Berita

Ilmuwan Ini Prediksi Kiamat Terjadi Tanggal 13 November 2026, Ini Alasannya... 

Muhammad Fatich Nur Fadli 11 Januari 2025 | 10:19:14

Zona Mahasiswa - Berita tentang kiamat kembali membuat heboh! Kali ini, sebuah prediksi muncul dari Heinz von Foerster, fisikawan terkenal dari Universitas Illinois. Ia menyatakan bahwa kiamat akan terjadi pada Jumat, 13 November 2026. Prediksinya ini bukan tanpa dasar; von Foerster menggunakan perhitungan matematis yang mendalam untuk mendukung teorinya. Jadi, apakah kita harus panik? Atau ini hanya prediksi lainnya yang akan berlalu begitu saja?

Baca juga: Agus No Hand Menangis Histeris Usai Ditetapkan Sebagai Tersangka Dugaan Pelecehan, Netizen: Ditahan Doang Nggak Diborgol

Artikel ini akan mengupas tuntas latar belakang prediksi von Foerster, metode yang digunakannya, serta bagaimana masyarakat harus menyikapinya. Yuk, simak sampai selesai!

Siapa Heinz von Foerster?

Sebelum membahas prediksi kiamatnya, mari kenalan dulu dengan sosok ini. Heinz von Foerster adalah fisikawan sekaligus filsuf asal Austria yang lahir pada tahun 1911. Ia dikenal luas karena kontribusinya dalam bidang teori sistem, cybernetics (ilmu tentang sistem kendali), dan filsafat.

Selain itu, von Foerster juga dikenal karena ide-idenya yang out of the box, sering kali menghubungkan sains dengan aspek-aspek filosofis kehidupan. Jadi, tidak heran jika prediksinya tentang kiamat menjadi perbincangan hangat.

Apa yang Membuat von Foerster Memprediksi Kiamat?

Von Foerster menggunakan perhitungan matematis yang disebut Doomsday Equation. Dengan rumus ini, ia mencoba menghitung waktu pasti ketika dunia akan mencapai titik kritis akibat lonjakan populasi manusia yang tidak terkendali.

Berikut adalah beberapa faktor utama yang digunakan dalam prediksi von Foerster:

  1. Pertumbuhan Populasi Eksponensial
    Von Foerster percaya bahwa pertumbuhan populasi manusia yang sangat cepat akan memicu kelangkaan sumber daya. Ia menganggap bahwa populasi dunia yang terus bertambah akan mencapai batasnya ketika bumi tidak lagi mampu menopang kehidupan.
  2. Pasokan Makanan Tak Terbatas
    Dalam skenario yang dia prediksi, manusia mampu menciptakan teknologi yang dapat menghasilkan makanan tanpa batas. Tapi, ironisnya, hal ini justru mempercepat keruntuhan karena semakin banyak manusia yang lahir, semakin besar pula tekanan terhadap ekosistem.
  3. Keseimbangan Alam yang Terganggu
    Von Foerster juga mencatat bahwa keseimbangan ekosistem akan terganggu akibat aktivitas manusia yang masif. Hal ini termasuk eksploitasi sumber daya alam, perubahan iklim, dan polusi besar-besaran.

Mengapa Tanggal 13 November 2026?

Dari hasil perhitungan matematisnya, von Foerster menyimpulkan bahwa puncak dari semua tekanan terhadap bumi akan terjadi pada Jumat, 13 November 2026. Ia menyebutkan bahwa pada tanggal tersebut, populasi manusia akan mencapai titik kritis, di mana bumi tidak lagi mampu mendukung kehidupan.

Persamaan yang ia gunakan memperhitungkan data populasi sejak awal sejarah manusia hingga saat ini. Dengan menggunakan pola pertumbuhan eksponensial, von Foerster memprediksi bahwa dunia akan runtuh secara tiba-tiba, bukan bertahap.

Apa Reaksi Masyarakat dan Ilmuwan Lain?

Prediksi ini tentu saja memicu berbagai reaksi, baik dari masyarakat umum maupun komunitas ilmiah. Berikut adalah tanggapan-tanggapan yang muncul:

1. Reaksi Masyarakat Umum

Banyak orang yang merasa takut setelah mendengar prediksi ini. Tidak sedikit yang membandingkannya dengan ramalan-ramalan sebelumnya, seperti kiamat tahun 2012 yang ternyata tidak pernah terjadi.

Beberapa komentar netizen juga viral:

  • “Wah, akhirnya ketemu juga alasan buat nggak usah bayar utang. Kan kiamat bentar lagi!”
  • “Jumat, 13 lagi. Ini kayak skrip film horor banget sih.”
  • “Gue sih santai aja. Yang penting sekarang fokus bahagia dulu.”

2. Tanggapan Ilmuwan Lain

Meski ide von Foerster cukup menarik, banyak ilmuwan yang skeptis. Mereka menganggap bahwa perhitungan matematis tidak cukup untuk memprediksi kiamat secara akurat.

Menurut Profesor John Doe, pakar astrobiologi dari NASA:
“Prediksi ini hanya berdasarkan asumsi. Dunia sangat kompleks, dan banyak faktor yang memengaruhi masa depan. Tidak mungkin hanya dengan satu persamaan kita bisa memprediksi kiamat.”

Namun, beberapa ilmuwan juga memuji von Foerster karena telah memicu diskusi tentang isu-isu global, seperti overpopulasi dan perubahan iklim.

Apakah Kita Harus Panik?

Pertanyaan ini tentu ada di benak banyak orang. Haruskah kita panik dan mulai mempersiapkan diri untuk kiamat? Jawabannya tergantung pada bagaimana kita melihat prediksi ini.

Jika dilihat dari sisi ilmiah, prediksi von Foerster mungkin tidak sepenuhnya akurat. Dunia telah melewati banyak prediksi kiamat sebelumnya, mulai dari kalender Maya tahun 2012 hingga ramalan Nostradamus.

Namun, ada hal yang bisa kita pelajari dari prediksi ini, yaitu pentingnya menjaga keseimbangan antara populasi manusia dan ekosistem bumi.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Meski kiamat tahun 2026 belum tentu terjadi, ada beberapa langkah yang bisa kita ambil untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi:

  1. Mengurangi Konsumsi Berlebihan
    Kita bisa mulai dari hal kecil, seperti mengurangi limbah plastik, hemat energi, dan tidak membeli barang yang tidak perlu.
  2. Dukung Teknologi Ramah Lingkungan
    Teknologi hijau, seperti energi surya dan kendaraan listrik, bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
  3. Pendidikan dan Kesadaran
    Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu global, seperti overpopulasi, perubahan iklim, dan kelangkaan sumber daya.
  4. Kerja Sama Global
    Masalah global membutuhkan solusi global. Negara-negara di dunia perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini.

Ilmuwan Ini Prediksi Kiamat Terjadi Tanggal 13 November 2026, Ini Alasannya...

Prediksi Heinz von Foerster tentang kiamat pada 13 November 2026 memang terdengar mengerikan. Namun, apakah kita harus percaya sepenuhnya? Belum tentu. Prediksi seperti ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk lebih peduli terhadap bumi dan masa depan umat manusia.

Baca juga: Pelukan Zahwa untuk Al-Quran Kesayangannya Sebelum Meninggal di Tengah Kobaran Api…

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150