Tips

Emang Gimana Kalau Skripsi Kita Nggak Ada Referensi dari Penelitian Terdahulu

Muhammad Fatich Nur Fadli 12 Juli 2025 | 15:45:26

Zona Mahasiswa - Skripsi adalah salah satu karya ilmiah yang bertujuan untuk memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan. Nah, salah satu cara paling fundamental untuk menunjukkan kontribusi itu adalah dengan melihat apa yang sudah ada sebelumnya. Di sinilah peran penelitian terdahulu menjadi sangat krusial.

Baca juga: Kamu Harus Tahu! Ini 5 Rekomendasi Beasiswa dalam Negeri yang Jarang Diketahui

Meskipun terlihat sepele, tidak adanya referensi dari penelitian terdahulu dalam skripsimu bisa berakibat fatal. Ini dia beberapa alasannya:

1. Dipertanyakan Orisinalitas dan Kontribusinya

Ini adalah dampak paling utama. Tanpa adanya penelitian terdahulu, skripsimu akan dianggap seperti "pulau sendiri" di tengah samudra ilmu pengetahuan. Kamu akan kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan krusial seperti:

  • "Apa bedanya penelitianmu dengan penelitian yang sudah ada?"
  • "Mengapa penelitian ini perlu dilakukan sekarang? Bukankah sudah pernah ada?"
  • "Apa kontribusi keilmuan yang kamu berikan?"

Penelitian terdahulu berfungsi untuk menunjukkan research gap (celah penelitian) atau kebaruan dari topik yang kamu angkat. Jika tidak ada pembanding, bagaimana kamu bisa meyakinkan pembaca atau penguji bahwa idemu orisinal dan bukan sekadar mengulang yang sudah ada?

2. Argumen Tidak Kuat dan Kurang Kredibel

Bagian pembahasan skripsi seharusnya tidak hanya berisi hasil temuanmu, tetapi juga membandingkan, menguatkan, atau bahkan membantah teori dan hasil penelitian sebelumnya.

  • Dasar Argumentasi Lemah: Tanpa referensi, argumenmu di Latar Belakang Masalah (LBM) akan terasa hampa. Kamu tidak bisa mengatakan "masalah ini penting karena belum banyak diteliti" tanpa menunjukkan bahwa kamu sudah mencari dan memang belum ada.
  • Kurang Kredibel: Karya ilmiah dibangun di atas landasan ilmu pengetahuan yang sudah ada. Mengabaikan penelitian sebelumnya sama dengan mengabaikan fondasi ilmu itu sendiri. Ini membuat skripsimu terlihat kurang kredibel dan tidak teruji.

3. Tidak Ada Pembanding Hasil Penelitian

Setelah kamu selesai mengumpulkan dan menganalisis data, kamu akan memiliki hasil penelitian. Nah, hasil ini perlu kamu diskusikan dan bandingkan.

  • Kesulitan Diskusi: Bagaimana kamu akan membahas hasilmu jika tidak ada penelitian lain sebagai pembanding? Kamu tidak bisa hanya bilang "hasilnya positif" tanpa mengaitkannya dengan temuan peneliti lain yang mungkin sejalan atau justru bertentangan.
  • Kurangnya Kedalaman Analisis: Pembahasanmu akan dangkal karena tidak ada perspektif dari studi sebelumnya. Padahal, justru dari perbandingan inilah analisismu bisa menjadi lebih dalam dan tajam.

4. Menunjukkan Minimnya Tinjauan Pustaka

Dosen pembimbing atau penguji akan langsung curiga jika bagian Tinjauan Pustaka atau Landasan Teori-mu hanya berisi teori-teori tanpa ada satupun referensi dari penelitian empiris yang relevan. Ini menandakan bahwa kamu:

  • Malas Riset: Tidak melakukan pencarian literatur yang memadai.
  • Tidak Paham Metodologi Penelitian: Tidak mengerti bahwa riset ilmiah itu kumulatif (membangun di atas pengetahuan yang sudah ada).

5. Risiko Plagiarisme Tidak Disengaja

Meskipun tidak berniat menjiplak, jika kamu tidak meninjau penelitian terdahulu, ada kemungkinan ide atau temuan yang kamu anggap orisinal ternyata sudah pernah diteliti atau bahkan dipublikasikan. Ini bisa berujung pada tuduhan plagiarisme tidak disengaja, yang dampaknya sangat serius dalam dunia akademik.

Lalu, Bagaimana Jika Benar-benar "Tidak Menemukan" Penelitian Terdahulu?

Kadang, ada anggapan bahwa "skripsi saya orisinal banget, jadi nggak ada penelitian terdahulu yang mirip." Hati-hati dengan anggapan ini! Sangat jarang ada topik yang benar-benar tidak ada penelitian sebelumnya sama sekali. Mungkin saja kamu yang belum tahu cara mencarinya atau memperluas scope pencarianmu.

Jika kamu benar-benar kesulitan, coba lakukan hal ini:

  1. Perluas Kata Kunci: Jangan terpaku pada kata kunci yang sangat spesifik. Coba gunakan sinonim, frasa yang lebih umum, atau istilah terkait. Misalnya, jika mencari "pengaruh TikTok pada motivasi belajar mahasiswa," coba juga "pengaruh media sosial pada motivasi belajar," atau "dampak platform digital pada perilaku belajar remaja."
  2. Cari dalam Konteks Berbeda: Mungkin topikmu belum diteliti di Indonesia, tapi sudah di negara lain. Itu juga bisa jadi referensi! Kamu bisa menunjukkan research gap dalam konteks lokal.
  3. Cari Penelitian dengan Variabel Mirip: Jika variabelmu X dan Y, cari penelitian yang mengkaji X saja, Y saja, atau kombinasi X dengan variabel lain, atau Y dengan variabel lain. Ini bisa memberikan inspirasi dan referensi teori.
  4. Baca Bagian "Saran Penelitian Selanjutnya" di Jurnal: Ini adalah "harta karun"! Peneliti sering memberikan saran untuk pengembangan penelitian mereka di masa mendatang. Di sinilah gap seringkali secara eksplisit disebutkan.
  5. Konsultasi Intensif dengan DPL: Dosen pembimbingmu adalah ahli di bidangnya. Jika kamu buntu, berikan daftar kata kunci yang sudah kamu coba dan diskusikan dengan mereka. Mereka mungkin punya referensi atau pandangan lain.

Emang Gimana Kalau Skripsi Kita Nggak Ada Referensi dari Penelitian Terdahulu

Singkatnya, skripsi tanpa referensi penelitian terdahulu adalah skripsi yang lemah dan berisiko tinggi untuk tidak disetujui. Bagian ini bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi yang menunjukkan kedalaman riset, pemahamanmu tentang literatur, dan yang terpenting, kontribusi orisinal dari penelitianmu.

Jadi, jangan pernah mengabaikan penelitian terdahulu. Habiskan waktumu untuk mencarinya, memahaminya, dan menggunakannya sebagai landasan untuk membangun skripsimu. Ini akan sangat membantumu dalam proses penulisan hingga nanti saat sidang. Semangat!

Baca juga: Jangan Mulai Ngerjain Bab 1 Skripsi Sebelum Tahu Istilah-istilah Dasar Ini

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150