Zona Mahasiswa - Tragedi memilukan terjadi di Pondok Pesantren DDI Patobong, Pinrang, Sulawesi Selatan, pada Rabu (8/1/2025) siang. Muhammad Zahwa, seorang santri berusia 14 tahun, tewas dalam insiden kebakaran yang melanda asrama putra. Kepergian Zahwa meninggalkan luka mendalam, tak hanya bagi keluarga dan teman-temannya, tetapi juga bagi masyarakat luas yang mengenang keberaniannya.
Baca juga: Ditanya saat Wawancara, Siswa Ini Tak Habiskan Makan Bergizi Gratis: Ayamnya Rasanya Aneh
Zahwa ditemukan dalam kondisi hangus terbakar, memeluk erat Al-Quran miliknya. Kisah pengorbanannya telah menjadi simbol ketulusan hati seorang anak muda yang mencintai agamanya hingga akhir hayat.
Detik-Detik Kebakaran Hebat
Insiden ini bermula sekitar pukul 12.30 WITA saat para santri sedang melaksanakan salat Zuhur di masjid pondok pesantren. Di tengah suasana khusyuk, tiba-tiba api terlihat berkobar di salah satu bangunan asrama putra.
Aris, teknisi pesantren, yang pertama kali menyadari kebakaran, segera meminta para santri untuk menjauh demi keselamatan. "Saat itu para santri sedang salat di masjid. Saya langsung menghalau mereka agar tidak mendekat ke lokasi kebakaran," kata Aris.
Namun, dua orang santri, termasuk Zahwa, nekat masuk kembali ke asrama. Menurut dugaan, mereka ingin menyelamatkan barang-barang berharga yang tertinggal di dalam kamar.
Keberanian yang Berujung Petaka
Dari dua santri yang masuk ke asrama, satu orang berhasil selamat dengan melompat keluar dari bangunan yang sudah dilalap api. Sementara Zahwa terjebak di lantai dua. Saat kebakaran semakin membesar, ia diduga terjatuh dari lantai dua ke lantai satu, membuatnya tak mampu lagi menyelamatkan diri.
Teknisi pesantren menggambarkan momen-momen tersebut dengan penuh kesedihan. "Korban Zahwa terlihat mencoba naik ke lantai dua. Sepertinya dia ingin mengambil barang-barangnya. Tapi, api sudah terlalu besar," ungkapnya.
Saat tim pemadam kebakaran akhirnya berhasil menjinakkan api, jasad Zahwa ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Namun, ada satu hal yang membuat semua orang terdiam haru: Zahwa ditemukan memeluk Al-Quran kesayangannya.
Al-Quran, Simbol Cinta dan Pengabdian
Posisi Zahwa yang ditemukan memeluk Al-Quran menyentuh hati banyak orang. Di tengah kobaran api yang membakar seluruh bangunan, Zahwa tetap berusaha melindungi kitab sucinya. Tindakan ini menjadi bukti cinta dan penghormatan Zahwa terhadap Al-Quran, yang mungkin ia anggap sebagai pegangan hidupnya selama berada di pesantren.
"Dia ditemukan bersama Al-Quran yang hangus terbakar. Itu adalah barang yang ingin ia bawa turun dari bangunan asrama," kata Aris dengan suara bergetar.
Bagi banyak orang, tindakan Zahwa adalah simbol pengorbanan dan keberanian. Ia mengutamakan Al-Quran di atas keselamatannya sendiri, sebuah sikap yang menginspirasi sekaligus menggugah rasa haru.
Kesedihan Mendalam di Pesantren
Kepergian Zahwa meninggalkan duka yang mendalam di Pondok Pesantren DDI Patobong. Para santri, guru, dan staf pesantren tak kuasa menahan air mata saat mengenang sosok Zahwa.
Zahwa dikenal sebagai anak yang rajin, disiplin, dan sangat mencintai pelajaran agama. Ia juga sering terlihat membawa Al-Quran ke mana pun ia pergi.
"Dia anak yang sangat baik. Selalu mendahulukan teman-temannya, dan tidak pernah lupa membaca Al-Quran setelah salat," ujar salah satu ustaz di pesantren tersebut.
Kisah Zahwa juga mengingatkan para santri lainnya untuk lebih menghargai apa yang mereka miliki, terutama iman dan pengetahuan yang diajarkan di pondok pesantren.
Penyebab Kebakaran Masih Diselidiki
Hingga saat ini, penyebab pasti kebakaran di asrama putra masih dalam penyelidikan. Pihak pesantren bekerja sama dengan kepolisian dan tim pemadam kebakaran untuk mengungkap asal mula api yang melahap bangunan tersebut.
Aris menduga kebakaran mungkin berasal dari korsleting listrik, mengingat kondisi bangunan yang sudah tua dan penuh dengan instalasi listrik yang tidak terawat. Namun, kesimpulan pastinya masih menunggu hasil investigasi lebih lanjut.
Dukungan dari Masyarakat
Berita tentang keberanian Zahwa yang memeluk Al-Quran di tengah kobaran api dengan cepat menyebar melalui media sosial. Banyak netizen yang memberikan doa dan penghormatan kepada Zahwa.
"Zahwa adalah pahlawan muda. Dia memberikan contoh kepada kita semua tentang cinta sejati kepada Al-Quran," tulis seorang pengguna Twitter.
Tak sedikit juga yang menggalang dana untuk membantu perbaikan pesantren dan memberikan santunan kepada keluarga Zahwa. Bantuan datang dari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat umum yang tersentuh oleh kisah ini.
Pelajaran Berharga dari Tragedi Zahwa
Kisah Zahwa bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang nilai-nilai yang dapat kita ambil. Keberanian, ketulusan, dan kecintaan Zahwa terhadap Al-Quran adalah pelajaran berharga bagi siapa saja, terutama generasi muda.
Tragedi ini juga menjadi pengingat tentang pentingnya keselamatan di lingkungan pendidikan, termasuk kesiapan menghadapi kebakaran atau bencana lainnya. Banyak pihak berharap agar tragedi seperti ini tidak terulang lagi di masa depan.
Pelukan Zahwa untuk Al-Quran Kesayangannya Sebelum Meninggal di Tengah Kobaran Api…
Kepergian Muhammad Zahwa telah meninggalkan jejak yang mendalam. Ia adalah sosok yang rela berkorban demi menjaga sesuatu yang ia cintai, yakni Al-Quran.
Bagi keluarga besar Pondok Pesantren DDI Patobong, Zahwa adalah pahlawan kecil yang akan selalu dikenang. Doa-doa terbaik terus mengalir untuknya, dengan harapan ia mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Komentar
0