Zona Mahasiswa - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) resmi diluncurkan pada Senin, 6 Januari 2025. Program ini menjadi salah satu kebijakan unggulan Presiden Prabowo Subianto dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak-anak Indonesia.
Namun, di tengah pelaksanaannya, muncul cerita unik dari seorang siswa bernama Krisna, yang tidak menghabiskan makanan bergizi yang disediakan. Alasannya sederhana: ayam teriyakinya "aneh".
Kisah Krisna dan Ayam Teriyaki yang Tidak Tersentuh
Di SD Angkasa 5, Jakarta Timur, seorang siswa kelas 3 SD bernama Krisna menjadi sorotan karena tidak menghabiskan ayam teriyaki yang menjadi lauk utama dalam menu makan siangnya. Menurut Krisna, tekstur ayam tersebut terlalu keras dan membuatnya kehilangan nafsu makan meskipun ia sebenarnya suka rasa ayam teriyaki.
"Soalnya rasanya aneh. Karena kulitnya tuh sangat keras, jadi nggak napsu makan," kata Krisna seperti dikutip dari Youtube CNN Indonesia.
Sikap Krisna mencerminkan tantangan yang muncul dalam program MBG ini, yaitu soal kualitas makanan yang disediakan. Krisna bukan satu-satunya siswa yang mengalami hal serupa. Beberapa temannya juga terlihat tidak menghabiskan makanan, terutama pada bagian sayuran.
Program MBG dan Menu Seharga Rp10.000
Program MBG merupakan inisiatif besar yang bertujuan memberikan makanan bergizi gratis kepada siswa di seluruh Indonesia. Dengan anggaran Rp10.000 hingga Rp15.000 per porsi, pemerintah berharap bisa memberikan menu makanan sehat yang mencakup karbohidrat, protein, sayuran, dan buah.
Pada hari pertama pelaksanaannya, menu yang disajikan adalah nasi, tumis buncis, ayam teriyaki, dan pisang. Sayangnya, tidak semua siswa merasa puas dengan menu tersebut.
Menurut Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, pemerintah telah menetapkan standar operasional prosedur (SOP) ketat untuk memastikan makanan yang disajikan higienis dan berkualitas.
"Menurut saya luar biasa SOP-nya sangat ketat. Masuk ke dalam harus ganti baju, pakai tutup kepala, pakai masker, dan bagaimana makanan tadi dipersiapkan," jelas Hasan.
Cukupkah Rp10.000 untuk Makan Bergizi?
Dengan budget Rp10.000 hingga Rp15.000 per porsi, banyak yang mempertanyakan apakah jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. Menjawab hal ini, dokter spesialis gizi klinik dr. Putri Sakti, MGizi, SpGK, menyatakan bahwa anggaran tersebut sebenarnya cukup dengan syarat pemerintah harus mengoptimalkan penggunaan produk lokal.
"Dengan budget Rp10 ribu sampai Rp15 ribu, asalkan pemerintah bisa mengoptimalkan menggunakan produk lokal yang sehat dan murah meriah. Tapi dengan catatan harus divariasikan," kata dr. Putri.
Ia menambahkan, menu yang dihidangkan sebaiknya disesuaikan dengan cita rasa lokal agar anak-anak lebih familiar. Misalnya, karbohidratnya tidak selalu nasi, tetapi bisa diganti dengan olahan jagung atau bihun. Untuk protein, pilihan seperti ikan, telur, tahu, atau tempe juga bisa menjadi alternatif.
"Kalau secara umum bisa ayam ditumis, sayurnya wortel atau buncis yang murah meriah. Ditambah karbohidrat nasi dan buah seperti pisang atau jeruk," tambah dr. Putri.
Tantangan dalam Implementasi Program MBG
Meskipun ide program MBG ini sangat baik, pelaksanaannya tentu tidak lepas dari tantangan. Salah satu yang menonjol adalah memastikan makanan memiliki rasa dan tekstur yang disukai anak-anak.
Krisna, misalnya, merasa bahwa ayam teriyaki yang disajikan tidak empuk, sehingga membuatnya enggan memakan lauk tersebut. Hal ini menjadi pelajaran bagi tim pelaksana program agar lebih memperhatikan kualitas masakan, bukan hanya nutrisinya.
Selain itu, anggaran Rp10.000 memang cukup ketat. Jika tidak dikelola dengan baik, kualitas makanan yang dihasilkan bisa saja kurang optimal. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menggandeng ahli gizi, akuntan, dan tim dapur yang profesional agar semua berjalan sesuai rencana.
Rekomendasi untuk Perbaikan Program MBG
- Penyesuaian Menu dengan Lidah Anak-anak
Makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan selera anak-anak di masing-masing daerah. Misalnya, anak-anak di daerah tertentu mungkin lebih suka ikan bakar daripada ayam teriyaki. - Peningkatan Kualitas Masakan
Tekstur makanan harus diperhatikan, terutama untuk daging seperti ayam atau ikan. Proses memasak yang lebih lama atau menggunakan bahan yang lebih segar bisa membantu meningkatkan kualitas. - Pemanfaatan Produk Lokal
Dengan menggunakan bahan-bahan lokal, biaya produksi bisa ditekan tanpa mengorbankan kualitas. Misalnya, mengganti ayam impor dengan ikan lokal yang lebih murah dan segar. - Peningkatan Pelatihan untuk Tim Dapur
Tim dapur perlu mendapatkan pelatihan lebih lanjut agar mampu mengolah makanan dengan rasa yang enak dan sesuai standar gizi. - Monitoring dan Evaluasi Rutin
Pemerintah perlu melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki dalam program ini.
Ditanya saat Wawancara, Siswa Ini Tak Habiskan Makan Bergizi Gratis: Ayamnya Rasanya Aneh
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan langkah besar yang layak diapresiasi. Namun, implementasi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak ruang untuk perbaikan. Kisah Krisna yang tidak menghabiskan ayam teriyaki menunjukkan betapa pentingnya memperhatikan aspek rasa dan tekstur dalam makanan yang disajikan.
Dengan anggaran yang terbatas, pemerintah harus cerdas dalam mengelola sumber daya, memanfaatkan produk lokal, dan terus berinovasi untuk menciptakan menu yang sehat, bergizi, dan disukai anak-anak. Program ini bukan hanya soal memberikan makanan, tetapi juga membangun masa depan generasi muda yang lebih sehat dan cerdas.
Komentar
0