Berita

Adik Ini Cerita ke Mamahnya Kalau di Sekolah Banyak yang Main Suka-sukaan,  Emang Nanti Nikahnya SD

Muhammad Fatich Nur Fadli 22 Mei 2024 | 15:51:58

Zona Mahasiswa - Sebagian besar masyarakat kita menganggap pacaran sebagai sesuatu yang biasa sebelum memasuki jenjang pernikahan. Namun, apa jadinya jika pacaran dilakukan oleh anak SD? 

Baca juga: Kisah Nimas dan Adi: Aku Cuma Kasih Uang 5.000, Kamu Kasih Aku Neraka 10 Tahun

Perubahan zaman memang telah membawa perubahan pada perilaku anak-anak zaman sekarang. 

Kalau dulu masih malu-malu dengan lawan jenis, namun sekarang anak di bawah umur saja sudah kenal dengan yang namanya pacaran.

Saat anak yang masih duduk di bangku SD tiba-tiba memberi tahu bahwa ia sudah pacaran, kamu tentu akan merasa terkejut.

Namun, penting bagi kamu untuk tetap menunjukkan sikap yang tenang. Jika perlu, hindari reaksi yang berlebihan.

Lalu, lakukan langkah-langkah di bawah ini agar anak terhindar dari hal-hal kelewat batas yang bisa berpengaruh pada tumbuh kembangnya.

1. Tanyakan pendapatnya tentang pacaran

Dilansir dari situs hallosehat.com, salah satu hal yang perlu kamu tanyakan kepada anak SD yang mengaku telah berpacaran adalah apa yang dimaksud dengan pacaran.

Anak kamu mungkin memiliki pemahaman yang berbeda soal apa yang dimaksud dengan pacaran.

Bisa saja anak yang masih duduk di bangku SD berpikir bahwa berpacaran adalah saat duduk bersebelahan dengan lawan jenis di dalam kelas.

Selain itu, bisa jadi bagi anak kecil, pacaran adalah bergandengan tangan dengan teman lawan jenis yang disukainya.

Jadi sebelum kamu berpikir terlalu jauh, kamu bisa menanyakan hal-hal seperti ini terlebih dahulu. Tanyakan juga padanya kegiatan apa saja yang dilakukan saat pacaran.

2. Berikan pemahaman tentang pacaran

Kalau anak kecil kamu sudah pacaran, coba ajak ia bicara baik-baik.

Berikan pemahaman yang sesuai dengan kematangan emosionalnya soal apa itu pacaran dan apa saja tanggung jawab yang dipikulnya kalau sudah mulai pacaran.

Ingat, pada tahap ini yang paling penting adalah menjaga komunikasi dan keterbukaan. kamu tentu ingin agar anak bisa percaya dan mau bercerita pada orangtua kalau terjadi sesuatu.

Selain itu, bukankah lebih baik kalau anak kecil kamu belajar arti pacaran dari orangtuanya daripada dari sinetron atau teman-teman sebayanya?

Selain memberi pemahaman soal pacaran itu sendiri, kamu juga perlu memberikan penjelasan kepada anak mengenai hal-hal di bawah ini.

  • Orangtua akan sering atau selalu memantau keberadaan anak, dan anak harus menjawab panggilan atau pesan singkat dari orangtua ketika menanyakan keberadaannya.
  • Pendidikan seks dasar dan isu-isu yang spesifik, misalnya menstruasi pertama kalau anak kamu perempuan dan mimpi basah kalau anak kamu lelaki.
  • Prioritas utama anak adalah sekolah, keluarga, dan teman-temannya. Akan ada nanti saatnya dimana anak memprioritaskan pasangannya, tapi sekarang belum waktunya.
  • Pencegahan kekerasan atau bullying (penindasan).
  • Anak tidak perlu pacaran kalau ia hanya ikut-ikutan teman sebayanya.

3. Minta anak untuk menunda pacaran

Setelah mendengar pendapat dan berdiskusi dengan anak SD kamu mengenai pacaran, kamu baru bisa mengambil langkah berikutnya.

Sebagai contoh, anak kamu yang masih SD menjawab bahwa kegiatan yang dilakukannya saat berpacaran adalah berdua-duaan, berpelukan, dan melakukan aktivitas fisik yang terlalu intim, kamu boleh saja merasa tidak nyaman.

Pasalnya, pada usia yang masih amat belia, anak kamu mungkin kurang memahami bahwa kegiatan tersebut memiliki konsekuensi yang belum siap dihadapi atau ditanggungnya.

Lebih baik, minta anak kamu yang masih SD secara baik-baik untuk menunda pacaran sampai ia sudah cukup dewasa untuk melakukannya.

Sampaikan pada anak bahwa menyukai atau memiliki perasaan kepada lawan jenis adalah hal yang indah dan tidak dilarang.

Namun, pada usia tersebut, belum waktunya bagi anak untuk memiliki perasaan tersebut. Pasalnya, anak mungkin belum mampu memikul tanggung jawab dalam menjalin hubungan atau pacaran.

4. Beri batasan

Sementara itu, jika jawaban anak kamu masih terdengar polos seperti, “Aku pacaran sama dia karena dia kemarin meminjamkan bukunya buatku,” dan, “Kita selalu chatting setiap hari soalnya dia pacarku,” kamu mungkin masih bisa memberi sedikit kelonggaran.

Namun, jelaskan batasan-batasan apa yang kamu harapkan dari anak SD yang pacaran.

Sebagai contoh, anak tidak boleh pergi berdua saja dengan teman dekatnya itu tanpa pengawasan orangtua.

Berikan batasan seperti tidak boleh chatting saat belajar atau lewat dari jam tidurnya.

Batasan yang diberikan tentunya bisa disesuaikan sendiri dengan prinsip dan nilai yang kamu bangun dalam keluarga. 

5. Memantau pergaulan dan media yang dikonsumsi anak

Ketika anak SD sudah pacaran, secara naluriah mereka akan jadi lebih aktif mencari informasi seputar hubungan dengan lawan jenis. Untuk itu, kamu perlu memantau media yang dinikmati anak.

Hal ini termasuk tontonan, bacaan, musik, media sosial, penggunaan internet, hingga games, perlu kamu saring secara cermat.

Pembatasan ini penting supaya anak tidak mengkonsumsi informasi yang tak sesuai usia dan perkembangan mentalnya.

Perhatikan juga teman-teman sebaya anak. Cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai tren atau topik yang hangat dibicarakan dalam pergaulannya.

Jika teman-temannya sudah mulai pacaran layaknya orang dewasa seperti ciuman atau pergi berduaan, kamu bisa membicarakan masalah ini dengan guru atau pihak yang bertanggung jawab di sekolah.

Kapan anak mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, anak SD yang mengaku pacaran mungkin memiliki pemahaman yang berbeda mengenai pacaran itu sendiri.

Namun sebenarnya, apakah anak SD ini benar-benar sudah tertarik dengan lawan jenisnya? Lantas. kapan sebenarnya anak mulai punya ketertarikan dengan lawan jenis?

Menurut American Academy of Pediatrics, anak perempuan biasanya mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis di usia 12 tahun. Sementara, hal ini akan terjadi pada anak laki-laki di usia 13 tahun.

Namun, seiring perkembangan zaman, tidak sedikit anak SD di Indonesia pada usia yang lebih muda mengalami ketertarikan lawan jenis.

Pada usia tersebut, anak SD dinilai masih terlalu belia untuk memahami arti sesungguhnya dari pacaran.

Sayangnya, pengaruh sosial media dan pergaulan mungkin membuat anak SD merasa sah-sah saja untuk pacaran dengan teman di sekolahnya.

Tak jarang, anak SD saling melempar komentar mesra dengan pacar di jejaring sosial. Belum lagi anak SD yang membagikan foto tengah pacaran di tempat umum.

Sebagai contoh, foto sedang bergandengan tangan, berangkulan, bahkan berpelukan.

Dilihat dari foto-foto ini, anak-anak SD sudah tidak sekedar memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, tapi telah mencontoh perilaku berpacaran orang dewasa.

Tentu hal ini merupakan masalah perilaku anak yang tak bisa dibiarkan. Jadi, jangan diam saja saat tahu anak kecil pacaran.

Lakukan langkah cara mengatasi di atas agar masalah perilaku ini tak berkembang semakin parah.

Adik Ini Cerita ke Mamahnya Kalau di Sekolah Banyak yang Main Suka-sukaan,  Emang Nanti Nikahnya SD

Itulah ulasan mengenai anak SD yang sudah mulai mengenal yang namanya pacaran atau cinta-cintaan.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Sosok ‘Santo Suruh’, Pria yang Buka Jasa Buat Disuruh Apa Saja, dari Kuburin Kucing hingga Nemenin Istri Orang Lahiran

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150