Berita

Wamen Stella Christie Tak Permasalahkan Mahasiswa Pakai ChatGPT, tapi Ingat Risikonya

Muhammad Fatich Nur Fadli 26 Oktober 2024 | 13:29:36

Zona Mahasiswa - Teknologi AI seperti ChatGPT sekarang semakin populer, terutama di kalangan mahasiswa yang sering menggunakannya untuk menulis tugas, mencari ide, bahkan membantu menyelesaikan penelitian. Menanggapi fenomena ini, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menyampaikan bahwa ia tidak mempermasalahkan mahasiswa yang memakai ChatGPT, tapi tetap mengingatkan agar mereka berhati-hati dengan risiko yang datang bersamaan.

Baca juga: Belum Selesai dengan Kasus Bu Supriyani, Diduga Pukul Murid dengan Sapu Lidi Guru Agama di Sulteng Dilaporkan ke Polisi

Dalam acara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2024 yang diadakan di Jakarta Selatan, Stella mengungkapkan bahwa meski ia mendukung mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi, penting juga untuk menyadari batasannya. Di artikel ini, kita akan bahas pendapat Stella tentang penggunaan ChatGPT, apa saja risiko yang perlu diwaspadai, dan bagaimana mahasiswa bisa menggunakan teknologi AI ini secara bijak.

1. Mengapa Stella Christie Tidak Mempermasalahkan Penggunaan ChatGPT?

Di era teknologi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa ChatGPT bisa sangat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai tugas akademik. Stella Christie bahkan menganjurkan mahasiswa untuk menggunakan ChatGPT, karena menurutnya, teknologi ini bisa memperkaya wawasan dan membuka lebih banyak referensi. Dengan bantuan ChatGPT, mahasiswa bisa dengan mudah menemukan inspirasi untuk menulis, mengembangkan argumen, atau sekadar mencari data awal untuk penelitian.

Namun, Stella menekankan pentingnya keterbukaan. Ia menyarankan agar mahasiswa yang menggunakan ChatGPT dalam menulis esai atau tugas lainnya mencantumkan bahwa mereka menggunakan bantuan dari AI. Ini bukan sekadar soal etika, tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran dalam menggunakan teknologi dengan jujur.

"Saya justru sangat menganjurkan mahasiswa untuk mempergunakan ChatGPT. Tapi penting bagaimana mempergunakannya dan harus ditulis bahwa saya menulis esai dengan dibantu oleh ChatGPT," kata Stella.

2. Risiko Penggunaan ChatGPT yang Perlu Diwaspadai

Meski mendukung penggunaannya, Stella menyoroti beberapa risiko yang perlu diperhatikan, terutama risiko yang berkaitan dengan proses berpikir mahasiswa. Menggunakan ChatGPT terlalu sering bisa berdampak pada pola pikir dan kemampuan kritis mahasiswa. Menurut Stella, ada kekhawatiran bahwa jika terlalu bergantung pada AI, mahasiswa mungkin kehilangan kemampuan untuk mengevaluasi kualitas tulisan atau argumen mereka sendiri.

"Kalau kita menulis pakai ChatGPT terus-menerus, lama-lama kita tidak akan punya rasa tahu mana tulisan yang bagus, mana yang tidak," ujarnya.

Risiko lain yang diangkat Stella adalah kemungkinan menurunnya kreativitas dan ketajaman analisis. ChatGPT mungkin mampu memberikan banyak referensi, tetapi ia hanya mengikuti pola dari data yang ada, tanpa mempertimbangkan konteks atau nuansa tertentu yang bisa mempengaruhi hasil tulisan. Ini berarti, jika mahasiswa terlalu sering mengandalkan ChatGPT, ada kemungkinan mereka menjadi kurang peka terhadap detail yang penting dalam akademik.

3. Pentingnya Sikap Kritis saat Menggunakan ChatGPT

Stella mengajak mahasiswa untuk tetap berpikir kritis saat menggunakan teknologi ini. Baginya, ChatGPT sebaiknya dipakai sebagai alat bantu, bukan sebagai sumber utama. Ini artinya, mahasiswa tetap harus melakukan riset dan berpikir mandiri sebelum dan sesudah menggunakan ChatGPT.

Cara Memanfaatkan ChatGPT Secara Kritis:

  • Gunakan sebagai referensi awal: ChatGPT bisa menjadi titik awal untuk mencari ide, tetapi mahasiswa tetap harus menggali lebih dalam dari referensi tambahan, seperti jurnal atau buku.
  • Cross-check jawaban: AI tidak selalu akurat, jadi penting untuk memverifikasi informasi yang diberikan. Jangan langsung percaya 100% pada jawaban yang diberikan ChatGPT.
  • Gunakan untuk latihan diskusi: Selain menulis, mahasiswa bisa menggunakan ChatGPT untuk simulasi diskusi atau debat mengenai topik tertentu. Ini membantu mengembangkan cara berpikir kritis dan kemampuan argumentasi.

Dengan menerapkan cara-cara ini, mahasiswa bisa memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan kemampuan berpikir kritis mereka.

4. Menghindari Ketergantungan Berlebihan pada ChatGPT

Stella juga menekankan bahwa penggunaan ChatGPT tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi ini bisa membuat mahasiswa enggan belajar atau berpikir sendiri. Padahal, proses belajar yang sesungguhnya melibatkan perjuangan untuk memahami materi secara mandiri.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah mengatur waktu penggunaan ChatGPT. Misalnya, membatasi penggunaannya hanya untuk tahap brainstorming atau mencari informasi awal, dan menghindari menggunakan ChatGPT saat sedang menulis tugas atau menyusun argumen utama. Ini membantu mahasiswa untuk tetap terlatih dalam menulis dan berpikir tanpa bantuan teknologi.

5. Manfaat dan Etika Penggunaan ChatGPT dalam Akademik

Menggunakan teknologi seperti ChatGPT dengan bijak tidak hanya memberi manfaat, tapi juga menumbuhkan sikap etis. Dalam dunia akademik, etika sangat penting untuk menjamin kejujuran dan keaslian karya ilmiah. Stella mengajak mahasiswa untuk menulis secara jujur dan terbuka, terutama jika menggunakan ChatGPT atau teknologi lainnya sebagai alat bantu.

Manfaat Menggunakan ChatGPT dengan Bijak:

  • Membantu mencari ide: ChatGPT dapat membantu dalam brainstorming ide, terutama jika mahasiswa kesulitan mencari topik yang menarik.
  • Meningkatkan kemampuan menulis: Jika digunakan dengan benar, ChatGPT bisa memberikan contoh struktur tulisan yang baik, sehingga mahasiswa bisa belajar dari susunan kalimat atau argumen yang dibuat AI.
  • Memperluas wawasan: ChatGPT menyediakan informasi dari berbagai sumber, sehingga mahasiswa bisa mendapatkan perspektif baru dalam waktu singkat.

Etika Penggunaan ChatGPT:

  • Transparan: Jika menggunakan ChatGPT dalam pembuatan tugas atau esai, mahasiswa sebaiknya mencantumkan keterangan bahwa AI membantu dalam proses penyusunan.
  • Tidak untuk plagiarisme: Hindari menyalin jawaban ChatGPT secara mentah-mentah. Alih-alih, gunakan sebagai referensi dan olah informasi tersebut menjadi pemikiran sendiri.

Wamen Stella Christie Tak Permasalahkan Mahasiswa Pakai ChatGPT, tapi Ingat Risikonya

Teknologi seperti ChatGPT memang bisa menjadi sahabat yang baik bagi mahasiswa di era digital ini. Namun, seperti yang disampaikan Stella Christie, penting untuk tetap berhati-hati dan tidak terlena oleh kemudahan yang ditawarkan. Memanfaatkan ChatGPT secara bijak, menjaga sikap kritis, dan tetap menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri adalah kunci agar teknologi ini bisa memberi manfaat tanpa mengurangi kualitas intelektual mahasiswa.

Jadi, kalau kamu mau pakai ChatGPT buat bantu ngerjain tugas, pastikan kamu tetap berpikir mandiri dan nggak sepenuhnya mengandalkan teknologi, ya!

Baca juga: Nasib Pilu Supriyani, Guru Honorer yang Ditahan Gegara Mendisiplinkan Anak Polisi yang Nakal

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150