Berita

Sedang Ramai di Media Sosial, Anak Ceritakan Perjuangan Ayah Untuknya

Muhammad Fatich Nur Fadli 28 Maret 2024 | 15:51:35

 

Zona Mahasiswa - Ayah adalah sosok yang sangat penting dalam kehidupan. Jerih payahnya setiap hari memberikan penghidupan yang baik untuk keluarga dan tentu saja kita rasakan sendiri banyak manfaatnya.

Baca juga: Pernah Nggak Makan Dua Hari, Nonis Ini Cerita Tetap Dibolehin Ikut Makan Buka di Masjid 

Cinta ayah laksana air yang mengalir tanpa henti dan tidak kering didera musim. Inilah salah satu hal yang susah dibalas oleh seorang anak. 

Meskipun ia berusaha membalas kasih sayang seorang ayah, tetap saja ia tidak bisa sebanding dengan apa yang telah diberikan seorang ayah padanya.

Kasih sayang seorang ayah bagaikan air yang mengalir tanpa henti dan tidak pernah kering oleh musim. Ini adalah salah satu hal yang sulit dibalas oleh seorang anak. Meskipun ia berusaha membalas kasih sayang seorang ayah, namun tetap saja ia tidak dapat membandingkan dengan apa yang telah diberikan oleh seorang ayah kepadanya.

Ada banyak hal yang telah diberikan seorang ayah kepada anaknya. Inspirasi tentang apa yang harus dilakukan atau hal-hal lainnya adalah pemandangan yang sangat umum. Tidak jarang anak tumbuh dengan meniru apa yang dilakukan oleh ayahnya karena ayah adalah panutan. 

Seorang ayah memang memiliki cara tersendiri bagaimana ia akan mencintai anaknya. Kasih sayang yang diberikan seorang ayah berbeda dengan kasih sayang seorang ibu. Hanya saja, kasih sayang seorang ayah dapat menguatkan anaknya dimanapun ia berada.

Kata-kata bijak dari seorang ayah, menggambarkan bagaimana nasihat seorang ayah sepertinya sangat penting bagi anaknya dan nasihat seorang ayah juga merupakan contoh kepedulian terhadap anaknya.

Meskipun tidak terlalu sering berbicara, sosok ayah memiliki hati yang lembut terhadap anaknya. Seorang ayah tentu tetap memiliki hati dan bisa merasa sedih. Namun, demi anak-anaknya, ia rela menahan kesedihan dan memberikan banyak alasan mengapa ia harus berusaha tegar dan tetap membuat anak-anaknya merasa tenang dan bahagia.

Ayah adalah sosok pelindung utama dalam keluarga. Ia tidak segan-segan berkorban untuk anak-anaknya agar anak-anaknya selalu dalam keadaan baik dan selamat. Bahkan, ketika ia harus terluka, ia rela melakukannya. Inilah salah satu pengorbanan terbesar dari seorang ayah yang membuat kita harus selalu menghormati dan menghargainya.

Seorang ayah selalu tahu di mana dia berdiri. Ia tahu bahwa perannya adalah sebagai kepala keluarga, hal ini menggambarkan besarnya tanggung jawab seorang ayah terhadap keluarga yang sangat ia cintai.

Terkadang, apa yang dilakukan seorang ayah seringkali tidak terbaca sebagai bentuk perhatian. Larangan yang ia buat bukan didasari oleh kebencian, justru ketika ia melarang ia memiliki alasan yang lebih baik untuk memilihkan yang terbaik.

Lebih jauh lagi, tugas seorang anak adalah selalu berusaha dan berdoa. Jika belum bisa memberikan yang terbaik untuk ayah, maka janganlah membebani ayah dengan beban yang terlalu berat, terutama di masa tuanya. Sosok ayah yang begitu bertanggung jawab dan menjadi inspirasi bagi anaknya, harus tetap dijaga sedemikian rupa, terutama ketika ia perlahan mulai melemah dan menua.

Perjuangan Seorang Ayah dalam Mendidik Anak di Era Milenial

Seorang ayah bukanlah orang yang melahirkan seorang anak sehingga statusnya tidak semulia seorang ibu, namun ayahlah yang berkewajiban mencari nafkah untuk memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Ayah adalah profesi yang istimewa karena tidak semua pria ditakdirkan menjadi seorang ayah, juga tidak semua ayah bisa menjadi inspirasi yang membanggakan bagi anak dan keluarganya. 

Banyak harapan terhadap anak yang ditumpukan pada setumpuk kriteria mulia, yaitu anak yang sholeh, pintar, rajin dan mandiri atau bahkan menjadi anak yang hebat. Tidak ada yang salah dengan harapan-harapan tersebut, namun pada umumnya kita semua tidak tahu bagaimana cara mendidik anak-anak kita agar memenuhi kriteria dan harapan tersebut. Dan juga tidak mengerti bagaimana menjadi seorang ayah yang layak untuk melahirkan anak-anak yang hebat.

Masalahnya adalah tidak ada sekolah atau institusi yang mengajarkan bagaimana menjadi ayah yang baik. Ayah yang peduli dan berempati membangun visi dan masa depan anak-anaknya, yang terampil berbicara dengan anak-anaknya, bertemu dengan anak-anaknya dalam frekuensi dan kualitas yang menyenangkan.

Pada kenyataannya, kita pernah memiliki ayah-ayah yang hebat yang telah mengantarkan kita pada kesuksesan saat ini, yang menanggung semua beban dengan ikhlas, menaruh harapan besar dan tidak lupa mengiringi dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kelak menjadi orang yang berguna dan "berprestasi dhuwur bersikap rendah hati kepada keluarga." 

Pepatah Jawa ini mengajarkan kita untuk dapat menjunjung tinggi kehormatan, harkat dan martabat orang tua, tidak membuat aib dan malu serta dapat menghargai dan menghormati orang tua. Tidak hanya orang tua dalam arti sempit tetapi juga dalam arti yang lebih luas yaitu orang yang lebih tua, pemimpin dan tokoh masyarakat. 

Pertanyaannya, mampukah kita mengulang kesuksesan menjadi ayah yang hebat bagi anak-anak kita?

Zaman telah berubah, terutama kehidupan anak-anak di era milenial, begitu pula dengan konsep dan model pendidikan. Seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, orang tua semakin sibuk dan tidak memiliki waktu serta kompetensi keilmuan yang memadai untuk mendidik anak. 

Lahirlah berbagai lembaga pendidikan anak, baik formal maupun non formal, seperti sekolah, madrasah, pesantren, dan sekolah agama.

Meskipun pengajaran dapat dialihkan ke sekolah atau pihak lain, tanggung jawab pendidikan tidak serta merta berpindah kepada guru atau staf pengajar. Semuanya tetap bertumpu pada kedua orang tua di rumah. Tidak bisa dialihkan dan tidak bisa dialihkan, meskipun orang tua merasa membayar lebih banyak/mahal kepada sekolah.

Terlebih lagi ketika pandemi Covid-19 merebak, sebagian besar personil Treasury yang juga merupakan seorang ayah tentu memiliki permasalahan yang sama dalam memaksimalkan perannya dalam keluarga, terutama yang berkaitan dengan intensitas pertemuan dengan keluarga/anak dari sisi frekuensi dan kualitas interaksi yang efektif. 

Sedikit banyak hal tersebut merupakan dampak dari pola mutasi karyawan yang diterapkan, namun kami sangat menyadari bahwa kebijakan ini diterapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dan setidaknya itu adalah pilihan atau takdir kami. Jadi kita tidak perlu menyesal dan tidak perlu menggerutu, sehingga menyebabkan hasil kerja yang kurang maksimal.

Sehubungan dengan hal tersebut, kenyataan yang harus dihadapi pada umumnya adalah setiap saat kita terus berusaha mencari formula, resep, teknik atau apapun namanya yang tepat agar kita tetap dapat memaksimalkan peran kita. 

Inilah sebenarnya beban berat yang harus kita pikul, menjalankan peran sebagai seorang ayah dalam keluarga, di tengah-tengah kesibukan menjalankan tugas pekerjaan sehari-hari. Saya yakin kita memiliki metode atau cara yang berbeda dalam melakukan semua ini namun tujuannya sama. 

Hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh komitmen awal saat terbentuknya sebuah ikatan pernikahan, spiritualitas, pendidikan dan budaya yang terbentuk di dalam keluarga dari waktu ke waktu.

Apalagi pada kenyataannya, saat ini struktur keluarga mulai bergeser dari kodratnya. Seolah-olah ada kesepakatan tidak tertulis bahwa Ayah bertugas mencari uang, sementara Ibu mendidik anak-anak. 

"Maafkan ayahmu nak, jika ayahmu lalai karena peran ayah dalam mendidikmu sangat sedikit." Kesepakatan ini bisa jadi karena semakin ketatnya persaingan di berbagai bidang kehidupan, sehingga memaksa Ayah untuk pulang lebih pagi, demi tugas dan amanah yang harus diembannya.

Sedang Ramai di Media Sosial, Anak Ceritakan Perjuangan Ayah Untuknya

Tidaklah mudah untuk menemukan pola kepemimpinan keluarga yang dinamis dan seimbang. Dibutuhkan sinkronisasi dan penyesuaian yang terus menerus dari waktu ke waktu.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Kok Tega! Ojol Ini Kena Prank Orderan Fiktif 400 Ribu, Padahal Uang Tersebut Ditabung Buat Biaya Kuliah yang Sempat Terhenti

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150