Berita

Bertolak Belakang! Ini Perbedaan dari Ketua RT Termuda dan Koruptor Termuda, Sama-sama Gen Z tapi Beda Prestasi

Muhammad Fatich Nur Fadli 17 Juli 2025 | 16:30:51

Zona Mahasiswa - Publik kini dihadapkan pada dua narasi yang sangat kontras dari Generasi Z, menunjukkan spektrum potensi dan tantangan yang dihadapi angkatan muda ini. Di satu sisi, muncul sosok Nur Afifah Balqis, yang tercatat sebagai koruptor termuda di Indonesia. Di sisi lain, kisah inspiratif datang dari Sahdan Arya Maulana, seorang Ketua RT Gen Z yang berhasil memimpin perbaikan infrastruktur di lingkungannya. Kedua kisah ini menjadi potret tajam tentang arah yang bisa diambil oleh generasi penerus bangsa.

Baca juga: Cerita Mahasiswi Cantik di Makassar yang Mengaku Sering 'Dibo*k!ng' Kades Tiap Dana Desa Cair

Nur Afifah Balqis: Koruptor Termuda dengan Coretan Hitam

Nama Nur Afifah Balqis, perempuan kelahiran 1997, mencoreng nama baik Generasi Z dengan menjadi sorotan sebagai koruptor termuda di Indonesia. Saat kasusnya terungkap pada tahun 2022, ia baru berusia 24 tahun. Nur Afifah terseret dalam kasus suap proyek dan perizinan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkapnya, Nur Afifah menjabat sebagai Bendahara Umum DPC Partai Demokrat Balikpapan. Ia terbukti secara aktif membantu menerima dan bahkan menikmati uang suap senilai Rp 5,7 miliar. Kasus ini menjadi alarm keras tentang bagaimana godaan kekuasaan dan materi dapat menjerat individu dari generasi muda yang seharusnya membawa semangat perubahan dan antikorupsi. Keberadaan Nur Afifah dalam pusaran korupsi ini menjadi pengingat bahwa integritas bukanlah perkara usia, melainkan pilihan pribadi.

Sahdan Arya Maulana: Ketua RT Gen Z Penggerak Perubahan

Bertolak belakang dengan kisah Nur Afifah, muncul nama Sahdan Arya Maulana (19 tahun), seorang mahasiswa Teknik Industri dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sahdan mendadak viral setelah didapuk menjadi Ketua RT 07, RW 08, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara. Usianya yang sangat muda ini sempat menimbulkan keraguan di kalangan warga.

Namun, Sahdan dengan cepat membuktikan kepemimpinannya melalui gebrakan nyata. Ia menginisiasi perbaikan jalan rusak sepanjang 100 meter di lingkungan RT-nya. Yang lebih mengagumkan, proyek ini sepenuhnya dilakukan secara swadaya, dengan mengumpulkan dana sebesar Rp 23 juta dari pengurus RT dan partisipasi aktif warga. Semua ini dilakukan tanpa menunggu bantuan dari pemerintah daerah.

Aksi gotong royong warga di bawah komando Sahdan ini berhasil memperbaiki infrastruktur yang selama ini menjadi keluhan. Kisah Sahdan menjadi inspirasi bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan positif di masyarakat, mampu menggerakkan sumber daya lokal, dan mengatasi masalah secara mandiri. Kejujuran, inisiatif, dan kemampuan Sahdan dalam memimpin di usia belia menuai banyak pujian, membuktikan bahwa semangat pengabdian tidak mengenal batasan umur.

Dua Sisi Mata Uang Generasi Z

Dua narasi ini, Nur Afifah dan Sahdan, menggambarkan dua sisi mata uang dari potensi Generasi Z. Di satu sisi, ada kerentanan terhadap godaan kekuasaan dan jalur pintas yang berakhir di jeruji besi. Hal ini menyoroti perlunya pendidikan karakter, pengawasan etika, dan lingkungan yang mendukung integritas, terutama bagi mereka yang terjun ke ranah politik atau publik sejak dini.

Di sisi lain, kisah Sahdan menunjukkan kekuatan besar Generasi Z dalam membawa inovasi, semangat gotong royong, dan solusi nyata di tengah keterbatasan. Mereka adaptif, memanfaatkan teknologi, dan memiliki keinginan kuat untuk memberikan dampak positif. Sahdan adalah bukti bahwa ketika Gen Z diberikan kepercayaan dan kesempatan, mereka mampu menjadi pemimpin yang transformatif dan menggerakkan komunitas ke arah yang lebih baik.

Fenomena ini mengajak kita semua untuk lebih cermat dalam melihat Generasi Z. Mereka bukanlah blok homogen, melainkan kumpulan individu dengan pilihan, potensi, dan tantangan yang beragam. Peran masyarakat, keluarga, dan negara adalah untuk mengarahkan potensi besar ini ke jalur positif, agar lebih banyak "Sahdan" yang lahir, dan "Nur Afifah" tidak lagi terulang.

Baca juga: Heboh Seorang Pendeta Diduga Cabuli 4 Anak Sopirnya, Hotman Paris Turun Tangan

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150