Berita

Mengulik Cerita Mahasiswa Asing Berjuang Melawan Ketidakadilan di Australia

Nisrina Salsabila 17 Mei 2022 | 11:05:06

zonamahasiswa.id - Sejumlah polemik pekerja asing di Australia masih sering terjadi, salah satunya adalah tentang rendahnya upah yang diterima. Hal ini pun turut dirasakan beberapa mahasiswa asing yang bekerja di negara tersebut.

Bahkan ketika mereka mengajukan ke jalur hukum dan menang di persidangan, namun upaya untuk mendapatkan kekurangan upah sulit dibuktikan. Inilah yang dialami beberapa mahasiswa asing yang merasakan pahitnya berjuang melawan ketidakadilan di Australia.

Baca Juga: SBM ITB: Tak Kunjung Reda Usai Somasi dan Rektor 'Menutup Pintu'

Cerita Mahasiswa Asing di Australia

Mahasiswa asal India bernama Kajal Limbachiya mengungkap dirinya harus tidur di kursi restoran tempatnya bekerja karena tak punya jam istirahat yang cukup.

Terhitung pada awal tahun 2020, mahasiswa tersebut mengalami masa tersulit dalam hidupnya. Ia hanya menerima upah sebesar AUS$10 atau sekitar Rp100 ribu.

Sementara dirinya bekerja banting tulang siang dan malam hari, dengan melakukan tugas seperti memasak, melayani pengunjung, dan masih banyak tugas lainnya. Ia mengungkap dirinya baru selesai bekerja jam 4 pagi, lalu dirinya harus masuk lagi pada pukul 10.30.

Keadaan tersebut yang membuat mahasiswa berusia 24 tahun itu tidur di restoran tempatnya bekerja. Mahasiswa itu mengalami masalah keuangan karena tak memperoleh gaji yang layak dari bosnya.

Bahkan Kajal mengatakan masih ada kekurangan pembayaran sekitar $15 ribu atau sekitar Rp150 juta berbentuk upah dan tabungan pensiun ketika pandemi terjadi. Ia pun mengaku tak mampu membayar biaya kuliah, sewa rumah, hingga membeli makanan.

Namun, dua tahun berlalu Kajal yang telah menginjak usia 26 tahun masih belum mendapatkan haknya meski pengadilan sudah memutuskan bahwa mahasiswa tersebut harus mendapat bayaran.

Hal ini pun menunjukkan betapa keras dan sulitnya para pekerja di Australia untuk mendaparkan uang dari gaji mereka yang belum dibayarkan sebelumnya. Bukan hanya Kajal, namun banyak mahasiswa lainnya yang bekerja di sana namun tidak memperoleh gaji yang layak.

Menurut Gabrielle Marchetti, seorang pengacara utama dari Job Watch yang membantu mahasiswa mengungkap bahwa masalah upah belum dibayarkan kerap terjadi.

Sementara pada awal tahun 2022 ini, Pengadilan Federal Australia berhasil memenangkan gugatan yang diajukan para mahasiswa asing tersebut. Pihak pengadilan pun memustukan jumlah kompensasi keseluruhan yang harus dibayar yakni $50 ribu atau sekitar Rp 500 juta.

Namun sayangnya, Marchetti mengungkap hingga sekarang tidak ada uang yang dibayarkan. Ia menututurkan proses dalam penegakan hukum terbilang rumit.

Jelasnya, ia menghimbau bagi mahasiswa atau pekerja muda untuk langsung melapor jika merasa upah yang didapatkan tidak sesuai. Sependapat dengan Marchetti, mahasiswa bernama Teresa Alvares juga mengatakan bila banyak yang melapor maka sistem tersebut akan berubah menjadi lebih baik.

"Saya mendesak mahasiswa lain untuk berbicara. Kita tidak mau untuk bungkam," singkatnya.

Mengulik Cerita Mahasiswa Asing Berjuang Melawan Ketidakadilan di Australia

Itulah ulasan mengenai cerita mahasiswa internasional di Australia yang harus mendapatkan ketidakadilan karena upah yang diberikan tidak sesuai.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca Juga: Rektor Unnes Diduga Plagiasi, Rektor UGM Beberkan Sejumlah Fakta

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150