
Zona Mahasiswa - Pasti kenal dong dengan perasaan buntu saat mau mulai skripsi? Udah baca-baca jurnal, tapi kok rasanya stuck di situ-situ aja? Topik udah ada di kepala, tapi giliran mau dibikin jadi masalah penelitian, kok susah banget nemu permasalahan skripsi atau yang sering disebut gap research?
Baca juga: Hal Ini Nih yang Biasanya Bikin Mahasiswa yang Ambil Skripsi Kuantitatif Bimbang
Pentingnya Permasalahan Skripsi dan Gap Research
Sebelum kita bahas caranya, yuk pahami dulu kenapa dua hal ini krusial banget:
- Arah Penelitian: Permasalahan skripsi yang jelas ibarat kompas. Dia menuntunmu ke mana arah penelitianmu akan berjalan. Tanpa ini, kamu bisa tersesat di tengah jalan.
- Urgensi dan Relevansi: Gap research adalah alasan utama kenapa skripsimu penting dan layak untuk diteliti. Ini yang akan meyakinkan dosen pembimbing dan penguji bahwa penelitianmu punya kontribusi, bukan sekadar mengulang apa yang sudah ada.
- Kunci Lulus Sidang: Penguji akan selalu bertanya, "Apa kontribusi penelitianmu? Apa gap yang kamu isi?" Kalau kamu nggak bisa jawab, siap-siap revisi atau bahkan ditolak.
Jadi, jangan pernah meremehkan pentingnya menemukan permasalahan yang tepat. Ini adalah jantung dari skripsimu!
Cara Mudah Menemukan Permasalahan Skripsi atau Gap Research
Tenang, kamu nggak sendiri kok. Banyak mahasiswa mengalami ini. Kuncinya ada di pengamatan yang jeli dan literatur yang relevan. Ini dia step by step mudahnya:
1. Mulai dari yang Paling Dekat: Observasi Fenomena di Sekitar Kamu
Percaya atau nggak, masalah penelitian itu seringkali ada di sekitarmu, lho!
- Amati Lingkungan Sehari-hari:
- Di Kampus: Apakah ada masalah dalam sistem pembelajaran? Kualitas fasilitas? Tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan tertentu?
- Di Tempat Kerja/Magang: Adakah isu di perusahaan? Perilaku konsumen yang unik? Strategi pemasaran yang kurang efektif? Budaya kerja yang aneh?
- Di Masyarakat: Apa masalah yang sedang hangat dibicarakan? Sampah? Stunting? Hoaks di media sosial? Perilaku tertentu di komunitas?
- Perhatikan Tren dan Isu Terkini:
- Media Massa: Baca berita-berita relevan dari media kredibel. Apakah ada isu ekonomi, sosial, teknologi, atau lingkungan yang menarik perhatianmu dan berkaitan dengan bidang studimu?
- Media Sosial: Tren apa yang sedang viral? Kenapa viral? Apakah ada fenomena baru yang muncul dari penggunaan platform tertentu?
- Contoh: Kamu jurusan Komunikasi. Melihat banyak temanmu sangat aktif di TikTok tapi kok nilai akademiknya cenderung menurun. Ini bisa jadi fenomena awal!
2. Baca, Baca, dan Baca: Eksplorasi Literatur Lebih Dalam
Setelah punya gambaran fenomena awal, saatnya menyelami samudra literatur ilmiah. Ini adalah cara paling ampuh untuk menemukan gap research.
- Fokus pada Jurnal Ilmiah (Paling Penting!):
- Gunakan Database: Google Scholar, Scopus, Web of Science, ScienceDirect, JSTOR, SINTA (untuk jurnal Indonesia).
- Cari Kata Kunci: Masukkan kata kunci dari fenomena awalmu. Misalnya, "TikTok," "prestasi belajar," "mahasiswa," "motivasi belajar."
- Baca Abstrak dan Pendahuluan: Ini akan memberimu gambaran cepat tentang topik, tujuan, dan hasil penelitian.
- Fokus pada Bagian "Diskusi" dan "Saran Penelitian Selanjutnya": Ini adalah harta karun! Peneliti seringkali menyebutkan batasan penelitian mereka dan menyarankan arah penelitian berikutnya. Di sinilah gap sering bersembunyi.
- Contoh: "Penelitian ini hanya mengkaji pengaruh A terhadap B di konteks kota besar, sehingga disarankan untuk meneliti di daerah pedesaan." (Ini gap lokasi!)
- Contoh: "Penelitian ini belum melibatkan variabel C sebagai moderator, disarankan untuk penelitian selanjutnya." (Ini gap variabel!)
- Contoh: "Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, disarankan untuk melihat fenomena yang sama dengan pendekatan kualitatif." (Ini gap metode!)
- Telusuri Skripsi dan Tesis Terdahulu:
- Lihat skripsi kakak tingkat di perpustakaan atau repositori kampus. Perhatikan Latar Belakang Masalah, Pembahasan, dan Saran. Apakah ada yang bisa kamu kembangkan, koreksi, atau lengkapi?
- Jangan Menjiplak! Jadikan inspirasi dan referensi untuk menemukan gap yang berbeda.
3. Petakan Apa yang Sudah Ada dan Apa yang Belum (Identifikasi Gap)
Setelah banyak membaca, saatnya kamu membuat "peta" kecil untuk melihat celahnya.
- Buat Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu: | Peneliti (Tahun) | Judul Penelitian | Tujuan | Metode | Hasil Kunci | Lokasi/Subjek | Gap yang Ditemukan | |---|---|---|---|---|---|---| | A (2020) | Pengaruh X terhadap Y | Mengetahui... | Kuantitatif | X berpengaruh positif | Jakarta, Karyawan Swasta | Belum ada di konteks UMKM | | B (2021) | Faktor-faktor Z | Mengidentifikasi... | Kualitatif | Faktor Z1 & Z2 penting | Surabaya, Generasi X | Belum ada studi kualitatif tentang Gen Z | | C (2022) | Analisis Fenomena P | Mendeskripsikan... | Kuantitatif | Punya dampak negatif | Mahasiswa umum | Belum spesifik pada mahasiswa DKV |
- Identifikasi Jenis Gap:
- Empirical Gap: Fenomena di lapangan berbeda dengan teori atau hasil penelitian sebelumnya. (Teorinya bilang A, tapi di lapangan kok B?)
- Theoretical Gap: Ada teori yang belum diuji di konteks tertentu, atau ada dua teori yang saling bertentangan dan perlu dibuktikan.
- Methodological Gap: Fenomena sudah diteliti, tapi dengan metode yang berbeda (misal, sebelumnya kuantitatif, kamu ingin kualitatif, atau sebaliknya).
- Population/Context Gap: Penelitian sudah ada, tapi belum dilakukan pada populasi atau lokasi yang kamu targetkan.
- Knowledge Gap: Benar-benar ada pertanyaan yang belum terjawab atau masalah yang belum tersentuh penelitian.
4. Rumuskan Permasalahan Skripsi dengan Jelas
Setelah menemukan gap, saatnya merumuskannya jadi pertanyaan penelitian yang spesifik.
- Dari Gap ke Masalah:
- Gap: Penelitian sebelumnya belum mengkaji pengaruh TikTok terhadap motivasi belajar mahasiswa DKV.
- Permasalahan: "Bagaimana pengaruh penggunaan TikTok terhadap motivasi belajar mahasiswa Desain Komunikasi Visual di Universitas X?"
- Pastikan SMART:
- Spesifik: Jelas apa yang mau diteliti.
- Measurable (terukur): Bisa dijawab dengan data.
- Achievable (bisa dicapai): Mungkin dilakukan dalam waktu dan sumber daya skripsi.
- Relevant (relevan): Sesuai dengan bidang studimu.
- Time-bound (terikat waktu): Bisa diteliti dalam jangka waktu tertentu.
5. Jangan Ragu Konsultasi dengan Dosen
Begitu kamu punya beberapa ide permasalahan dan gap yang kuat, jangan disimpan sendiri!
- Diskusikan dengan Dosen Pembimbing Incaran: Mereka adalah ahli di bidangnya. Mereka bisa memberikan feedback apakah gap-mu relevan, penting, dan layak diteliti. Mereka juga bisa memberikan perspektif yang mungkin belum kamu pikirkan.
- Terbuka terhadap Masukan: Dosen mungkin akan menyarankan perubahan atau pergeseran fokus. Dengarkan baik-baik, catat, dan pertimbangkan. Ini adalah proses belajar.
Tips Tambahan Biar Nggak Tersesat Lagi
- Mulai dari yang Kecil: Jangan langsung mencari gap yang "mengubah dunia". Mulai dari permasalahan kecil yang bisa kamu amati dan buktikan dengan data.
- Jangan Terpaku pada Satu Ide: Siapkan beberapa opsi permasalahan atau gap. Kalau satu ditolak dosen, kamu punya cadangan.
- Perbanyak Diskusi: Ngobrol dengan teman seangkatan, senior, atau alumni. Mereka mungkin punya pengalaman atau ide yang bisa membantumu.
- Catat Setiap Insight: Saat membaca jurnal atau mengamati fenomena, segera catat ide-ide atau pertanyaan yang muncul di kepalamu. Sekecil apapun itu.
- Banyak Riset Awal (Prelim Research): Jangan hanya baca literatur. Jika ada fenomena yang menarik, coba lakukan observasi singkat atau wawancara informal dengan beberapa orang untuk mendapatkan gambaran awal.
Contoh Evolusi Ide hingga Menjadi Permasalahan Skripsi
Ide Awal: "Pengaruh media sosial pada remaja." (Terlalu umum!)
Observasi Fenomena: Banyak remaja, terutama mahasiwa DKV, sangat aktif di TikTok untuk membuat konten. Tapi kok kayaknya mereka lebih fokus ke popularitas daripada kualitas tugas kuliahnya.
Riset Literatur:
- Jurnal A: Meneliti pengaruh Instagram terhadap kreativitas mahasiswa komunikasi. (Tapi belum TikTok!)
- Jurnal B: Membahas motivasi penggunaan media sosial pada generasi Z. (Tapi belum spesifik ke dampak akademis).
- Jurnal C: Menyarankan penelitian tentang dampak platform baru pada soft skills mahasiswa. (Aha! Kreativitas masuk soft skill!)
Identifikasi Gap: Penelitian tentang pengaruh media sosial pada mahasiswa sudah banyak, tapi spesifik pada TikTok (sebagai platform yang sedang booming) dan dampaknya pada kreativitas konten video (sebagai output yang relevan dengan DKV) mahasiswa DKV (sebagai subjek spesifik) di konteks Indonesia (lokasi) belum banyak ditemukan.
Rumusan Permasalahan Skripsi: "Bagaimana pengaruh penggunaan TikTok terhadap kreativitas konten video mahasiswa Desain Komunikasi Visual di Universitas X?"
Nah, ini baru deh yang namanya permasalahan skripsi dengan gap research yang jelas!
Belum Nemu Permasalahan Skripsi atau Gap Research? Gini Cara Mudahnya
Menemukan permasalahan skripsi atau gap research itu memang tantangan awal, tapi bukan berarti nggak bisa kamu taklukkan. Kuncinya adalah mulai dari pengamatan di sekitarmu, teliti dalam membaca literatur (terutama di bagian diskusi dan saran jurnal), dan aktif berdiskusi.
Jangan biarkan dirimu terus buntu. Ikuti step by step ini, dan kamu akan menemukan pintu gerbang menuju skripsi yang sukses. Semangat!
Baca juga: Nggak Perlu Lama-lama! Ini Dia Rentang Waktu Ideal dalam Pengerjaan Skripsi
Komentar
0