Berita

Beda Banget! Cowok Ini Kasih Tahu Perbedaan Kuliah di Indonesia dan Jerman

Muhammad Fatich Nur Fadli 03 September 2024 | 10:11:42

Zona Mahasiswa - Ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara kuliah di Jerman dan Indonesia. Di Jerman, tidak ada aturan ketat soal absen seperti di Indonesia. Mahasiswa nggak wajib hadir di semua kelas, yang penting adalah ikut ujian akhir. 

Baca juga: Lulus UGM Cumlaude dan Berprestasi, Cewek Ini Malah Milih Jadi Babysitter di Belanda "Emangnya Kenapa?"

Selain itu, kuliah di Jerman umumnya gratis, kecuali di beberapa tempat seperti negara bagian Baden-Württemberg dan universitas tertentu seperti TUM, yang mengenakan biaya kuliah.

Sistem kredit di Jerman menggunakan ECTS (European Credit Transfer and Accumulation System), di mana nilai kreditnya lebih besar dibandingkan dengan sistem di Indonesia. Ini memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan pengakuan lebih atas beban studi mereka. Jerman juga menyediakan banyak beasiswa untuk program pertukaran mahasiswa, memberi kesempatan belajar di negara lain dalam konteks pendidikan internasional.

Jenis perkuliahan di Jerman juga bervariasi, seperti Vorlesung (kuliah umum), Seminar (diskusi kelompok), dan Übung (latihan praktik). Penilaian di Jerman biasanya lebih fokus pada hasil ujian atau proyek akhir. Sementara itu, di Indonesia, penilaian sering kali mencakup tugas berkala, presentasi, dan kehadiran. Semua ini menunjukkan pendekatan yang lebih mandiri dan berorientasi pada hasil dalam sistem pendidikan tinggi di Jerman.

Perbedaan Mencolok antara Kuliah di Jerman dan Indonesia

Kuliah di luar negeri, khususnya di Eropa, sudah jadi impian banyak mahasiswa Indonesia. Salah satu negara favorit yang sering jadi tujuan adalah Jerman. Banyak yang penasaran, apa sih bedanya kuliah di Jerman dengan di Indonesia? Nah, artikel ini bakal mengupas tuntas perbedaan mencolok antara kuliah di Jerman dan di Indonesia, biar kamu bisa menentukan mana yang lebih cocok buat kamu!

1. Kehadiran Bukan Hal Utama di Jerman

Di Indonesia, kehadiran di kelas bisa dibilang jadi faktor penting. Biasanya, dosen akan mencatat kehadiran mahasiswa, dan absen sering kali jadi bagian dari penilaian akhir. Beda banget dengan di Jerman! Di sana, mahasiswa nggak diwajibkan hadir di semua kelas. Kamu bisa datang atau nggak datang ke kelas, yang penting kamu ikut ujian akhir. Asalkan kamu bisa membuktikan penguasaan materi dengan hasil ujian yang baik, kamu nggak perlu khawatir soal absen.

Ini memberikan kebebasan yang lebih besar buat mahasiswa untuk mengatur jadwal mereka sendiri. Jadi, kalau kamu tipe orang yang suka belajar mandiri dan lebih fleksibel soal waktu, sistem di Jerman mungkin cocok buat kamu!

2. Kuliah Gratis di Jerman?

Nah, ini nih yang bikin Jerman makin menarik buat banyak orang. Di Jerman, kebanyakan universitas nggak mengenakan biaya kuliah alias gratis! Kecuali di beberapa wilayah tertentu, seperti negara bagian Baden-Württemberg, atau universitas seperti Technische Universität München (TUM) yang menerapkan biaya tertentu. Biaya hidup di Jerman juga relatif terjangkau dibandingkan negara Eropa lainnya.

Berbeda dengan Indonesia, di mana hampir semua universitas, baik negeri maupun swasta, menetapkan biaya kuliah yang harus dibayar setiap semester. Di universitas negeri pun, ada biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang jumlahnya bisa cukup besar tergantung pendapatan orang tua atau wali mahasiswa.

Jadi, buat kamu yang pengen kuliah di luar negeri tapi budget terbatas, Jerman bisa jadi pilihan yang tepat.

3. Sistem Kredit Kuliah: ECTS vs SKS

Di Indonesia, kita mengenal SKS (Satuan Kredit Semester) sebagai sistem kredit kuliah. Tapi, di Jerman, mereka menggunakan ECTS (European Credit Transfer and Accumulation System). Apa bedanya? ECTS biasanya punya nilai kredit yang lebih besar dibandingkan SKS. Jadi, beban studi kamu di Jerman akan dihitung dengan cara yang berbeda.

Kelebihannya, sistem ECTS diakui secara internasional dan memudahkan mahasiswa yang ingin melanjutkan studi atau transfer ke universitas lain di negara-negara Eropa. Selain itu, jumlah kredit yang lebih besar berarti kamu bisa mendapat pengakuan lebih atas usaha yang kamu lakukan selama belajar.

4. Banyak Beasiswa untuk Program Pertukaran Mahasiswa

Jerman sangat mendukung program pertukaran mahasiswa. Mereka menyediakan banyak beasiswa untuk mahasiswa internasional, termasuk mahasiswa Indonesia. Beasiswa seperti DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst) sangat populer dan sering menawarkan kesempatan belajar di berbagai negara dalam konteks pendidikan internasional.

Di Indonesia, meskipun ada juga program pertukaran mahasiswa, tapi jumlah beasiswa yang tersedia masih terbatas dan persaingannya cukup ketat. Jadi, kalau kamu tertarik dengan pengalaman belajar lintas budaya dan kesempatan untuk mengeksplorasi negara lain, kuliah di Jerman bisa membuka banyak pintu buat kamu.

5. Ragam Jenis Perkuliahan: Vorlesung, Seminar, Übung

Jenis perkuliahan di Jerman lebih beragam dibandingkan di Indonesia. Ada Vorlesung (kuliah umum) yang biasanya dihadiri banyak mahasiswa dengan gaya mengajar yang lebih formal dan teoritis. Lalu ada Seminar, yang lebih mirip dengan diskusi kelompok kecil di mana mahasiswa diharapkan aktif berpartisipasi, memberikan pendapat, atau bahkan mempresentasikan materi. Terakhir, ada Übung, yang fokus pada latihan praktik untuk memperdalam pemahaman konsep.

Di Indonesia, meskipun ada variasi jenis perkuliahan seperti kuliah teori, praktikum, dan diskusi, tapi struktur dan pendekatannya cenderung lebih formal dan fokus pada pengajaran satu arah, di mana dosen yang lebih banyak berbicara sementara mahasiswa mendengarkan.

6. Penilaian: Fokus pada Ujian atau Proyek Akhir

Di Jerman, penilaian mahasiswa biasanya lebih fokus pada hasil ujian atau proyek akhir. Jarang ada penilaian berkala seperti kuis atau tugas mingguan. Mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan menguasai materi untuk menghadapi ujian akhir atau menyelesaikan proyek besar.

Di sisi lain, di Indonesia, penilaian mahasiswa biasanya lebih beragam. Ada tugas berkala, kuis, presentasi kelompok, hingga kehadiran yang semuanya berkontribusi terhadap nilai akhir. Jadi, mahasiswa di Indonesia mungkin merasa lebih terbimbing sepanjang semester.

Kalau kamu lebih suka fokus pada satu ujian besar atau proyek akhir daripada tugas-tugas kecil sepanjang semester, kuliah di Jerman mungkin lebih sesuai buat kamu.

7. Pendekatan Belajar: Mandiri vs Bimbingan Terus-Menerus

Kuliah di Jerman mengedepankan pendekatan yang lebih mandiri. Mahasiswa diharapkan bisa belajar secara otodidak, mengatur waktu mereka sendiri, dan bertanggung jawab atas kemajuan studi mereka. Hal ini membuat mahasiswa lebih terbiasa dengan gaya belajar yang aktif dan kritis.

Sebaliknya, di Indonesia, mahasiswa sering kali lebih diarahkan oleh dosen atau tutor. Mereka mendapat panduan yang lebih detail tentang apa yang harus dipelajari, kapan tugas harus diselesaikan, dan sebagainya. Pendekatan ini mungkin lebih cocok buat mereka yang lebih suka dibimbing dan mendapatkan arahan jelas.

8. Kehidupan Kampus: Fleksibel dan Interaktif

Di Jerman, kehidupan kampus bisa dibilang cukup fleksibel. Karena mahasiswa nggak diwajibkan hadir di kelas, banyak yang memanfaatkan waktu untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler, bekerja paruh waktu, atau sekadar mengeksplorasi hal-hal lain di luar akademik.

Di Indonesia, kehidupan kampus juga interaktif, tapi fokusnya sering kali tetap pada kegiatan akademik dan organisasi kampus. Banyak universitas yang menawarkan kegiatan ekstrakurikuler, tapi jumlah waktu yang bisa digunakan untuk hal-hal di luar akademik mungkin lebih terbatas dibandingkan di Jerman.

9. Penguasaan Bahasa

Bahasa bisa jadi tantangan besar buat mahasiswa internasional di Jerman. Meskipun banyak program yang diajarkan dalam bahasa Inggris, masih ada banyak kelas yang diajarkan dalam bahasa Jerman. Jadi, setidaknya kamu harus punya dasar bahasa Jerman yang cukup baik. Ini berbeda dengan di Indonesia, di mana mayoritas perkuliahan menggunakan bahasa Indonesia, yang tentu saja sudah dikuasai oleh sebagian besar mahasiswa lokal.

10. Kesempatan Kerja Setelah Lulus

Kuliah di Jerman juga membuka peluang besar buat kamu yang ingin bekerja di luar negeri setelah lulus. Banyak perusahaan Jerman yang mencari lulusan internasional, terutama di bidang teknik, IT, dan sains. Selain itu, lulusan universitas Jerman juga diakui secara internasional, yang memberi kamu kesempatan bekerja di banyak negara lain.

Sementara di Indonesia, meskipun peluang kerja setelah lulus juga cukup luas, tetapi mungkin lebih terbatas pada wilayah nasional atau perusahaan-perusahaan multinasional yang ada di Indonesia.

Pilih yang Sesuai dengan Gaya Belajar dan Tujuan Kamu!

Kuliah di Jerman dan Indonesia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau kamu suka belajar mandiri, ingin pengalaman internasional, dan mencari kesempatan kuliah gratis atau murah, Jerman bisa jadi pilihan yang menarik. 

Tapi, kalau kamu lebih suka suasana kuliah yang lebih terstruktur, dengan banyak bimbingan dari dosen, dan ingin berkontribusi di negeri sendiri, kuliah di Indonesia tetap bisa jadi pilihan terbaik.

Beda Banget! Cowok Ini Kasih Tahu Perbedaan Kuliah di Indonesia dan Jerman

Pada akhirnya, pilihlah yang paling sesuai dengan gaya belajar dan tujuan hidup kamu. Jangan takut mengeksplorasi peluang baru dan ambil keputusan yang terbaik buat masa depanmu!

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Anak Jenderal Tak Gunakan Nama Besar Orang Tua Meski Dilecehkan dan Disiksa Oknum Aparat saat Demo UU Pilkada

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150