zonamahasiswa.id - Sosok Iqbal Ramadhan yang satu ini belum banyak dikenal publik. Dia bukan artis Iqbal Ramadhan, pemeran Dilan di Film Dilan yang viral beberapa tahun lalu. Iqbal Ramadhan ini adalah mahasiswa yang ikut demo menolak Revisi UU Pilkada. Aksi massa itu ricuh dan Iqbal bersama ratusan pendemo lainnya ditangkap polisi.
Dia mengaku d!p4ksa buka cel4na oleh oknum aparat, sempat dipukul, dan tulang hidung retak. Belakangan diketahui, dia adalah anak Letjen TNI (Purn), Moerdiono yang pernah menjabat sebagai Menteri Sekeretaris Kabinet di masa Presiden Soeharto.
Namun, Iqbal menegaskan bahwa dia tak pernah menggunakan nama besar ayahnya tersebut. Iqbal mengaku kecewa cara rezim memperlakukan mahasiswa yang menyuarakan aspirasi.
Ditangkap saat Ikut Aksi Demonstrasi di Gedung DPR RI Menolak Pengesahan RUU Pilkada
Usai Iqbal Ramadhan ditangkap saat ikut aksi demonstrasi di gedung DPR RI menolak pengesahan RUU Pilkada di DPR, Jakarta, Kamis (24/8/2024).
Beredar video di media sosial, dia mengaku seorang putra dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Moerdiono yang juga Mantan Menteri Sekretaris Negara Indonesia pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993) dan Kabinet Pembangunan VI (1993–1998).
Namun Iqbal menegaskan tidak akan menggunakan nama ayahnya yang seorang mantan pejabat di era Soeharto.
“Memang benar ayah saya seorang Jenderal TNI dan Pejabat tinggi pada era Orde Baru. Saya tidak pernah menggunakan nama besar almarhum ayah saya untuk kepentingan pribadi,” curhatnya dalam tulisan, Kamis (22/8/2024).
Dia mengaku dalam situasi serba sulit saat diamankan petugas. Dia juga tak mau menggunakan nama ayahnya.
“Bahkan, ketika saya berada pada situasi yang sangat mengerikan di hadapan aparat bersenjata yang melecehkan, memukul, menendang kepala saya,” ucapnya.
“Hanya satu yang ingin saya ketahui. Bagaimana rasanya menjadi masyarakat kecil saat mereka ditangkap dan ditahan aparat keamanan karena menuntut hak-haknya,” ucapnya lagi.
Iqbal berucap, meski dia dari keluarga yang pernah terpandang di orde baru. Akan tetapi dia kerap merasakan berbagai himpitan dan kesusahan ekonomi.
Bahkan dia mengaku pernah menjadi ojol hanya untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan ibunya.
“Di saat yang lainnya memanfaatkan nama besar orang tuanya agar mendapatkan kedudukan dan jabatan. Ada banyak orang tua dan pemuda yang berjuang untuk membayar biaya pendidikan yang mencekik, mencari kerja untuk menjadi tulang punggung keluarga, dan menjadi Ojol hanya untuk bertahan hidup sehari,” ungkapnya.
Sejak kecil, Iqbal mengaku, dirinya selalu berjuang untuk melawan ketidakadilan. Sebab, ibundanya selalu mengajarkan agar berpihak kepada orang-orang yang terpinggirkan. Dia tak dapat menerima bila penguasa bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat.
"Jurang antara si kaya dan si miskin begitu lebar di negeri ini," ujar dia.
Lebih lanjut, Asisten pengacara publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta ini juga menegaskan bahwa perjuangan pada tanggal 22 Agustus merupakan perjuangan semua pemuda di tanah air. Dia pun menekankan bakal terus berjuang untuk melawan ketidakadilan.
"Negeri ini bukan milik keluarga tertentu. Kami menolak tunduk pada kekuasaan yang zalim," kata dia.
Iqbal diamankan polisi saat mengikuti aksi unjuk rasa kawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di DPR, Jakarta, Kamis (22/8). Iqbal diduga sempat mendapat tindak kekerasan dari aparat saat diamankan. Bagian kepalanya ditendang atau dipukul. Rambutnya dijambak. Iqbal mengalami patah hidung.
Putra Machica Mochtar, Iqbal Ramadhan, sempat diamankan polisi saat ikut serta aksi unjuk rasa kawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di DPR, Jakarta, Kamis (22/8). Polisi membebaskan Iqbal pada Jumat (23/8) malam.
Siapa Ayah Iqbal Ramadhan?
Letnan Jenderal Moerdiono dikenal sebagai salah satu orang dekat Soeharto. Wajahnya sering kali muncul di televisi untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Moerdiono merupakan salah satu tokoh militer, khususnya TNI Angkatan Darat, yang berperan dalam membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Moerdiono menulis Surat Keterangan (SK) Pembubaran PKI berdasarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar sebagai landasan hukum. Pascaruntuhnya kekuasaan Orde Lama, Moerdiono memiliki karier cemerlang bersama dengan Orde Baru.
Satu hal yang paling dikenal dari Moerdiono adalah cara ia berbicara di depan publik. Ia merupakan lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang pada 1957. Ketika itu, Moerdiono baru berusia 23 tahun.
Pada 1966, pasca-G30S, karier Moerdiono mulai bersinar. Kegagalan G30S dan semakin kuatnya Angkatan Darat membuat Moerdiono terlibat dalam sejarah Indonesia.
Saat itu, Moerdiono menjadi staf dari Letnan Kolonel Sudharmono di Penguasa Perang Tertinggi (Peperti). Ia berperan dalam membuat SK pembubaran PKI berdasarkan Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret. Moerdiono berada di bawah pimpinan Soedharmono hingga 1970-an.
Anak Jenderal Tak Gunakan Nama Besar Orang Tua Meski Dilecehkan dan Disiksa Oknum Aparat saat Demo UU Pilkada
Iqbal memilih untuk tidak menunggangi reputasi ayahnya dan tetap berjuang untuk keadilan. Menurutnya, negeri ini bukan milik keluarga tertentu dan ia bertekad untuk tidak tunduk pada kekuasaan yang sewenang-wenang.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Komentar
0