zonamahasiswa.id - Sejumlah aliansi BEM menolak dihubungkan dengan Partai Mahasiswa Indonesia yang dianggap "tidak mewakili perjuangan" dan dicurigai "ditunggangi kepentingan politik tertentu untuk memecah gerakan mahasiswa".
Berdasarkan dokumen yang diperoleh dari Kementerian Hukum dan HAM, Partai Mahasiswa Indonesia resmi berbadan hukum sejak 21 Januari 2022 dan telah tercantum dalam surat penyampaian data partai politik ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hanya saja keberadaannya baru mengemukakan ke publik belakangan ini.
Baca Juga: Randy Bagus Mantan Pacar Novia Widyasari Mengaku Tak Salah
Awal Mula Terbentuknya Partai Mahasiswa Indonesia
Eko Pratama, Ketua Partai Mahasiswa Indonesia sekaligus Koordinator Pusat BEM Nusantara, salah satu kelompok gerakan mahasiswa paling dikenal di Indonesia dan belakangan pecah menjadi dua kubu.
Sedangkan, Ridho Alamsyah dari BEM Nusantara yang berseberangan dengan kubu Eko menyatakan pembentukan partai ini "mengkhianati" perjuangan mahasiswa di tengah rentetan aksi unjuk rasa yang belakangan mereka gelar, dari menolak penundaan pemilu hingga tuntutan menurunkan harga-harga kebutuhan pokok.
Ketua BEM Seluruh Indonesia (SI), Kaharuddin, juga menolak partai politik tersebut mengatasnamakan mahasiswa. Sebab, menurutnya orientasi partai politik yang mengarah pada kekuasaan bertentangan dengan perjuangan mahasiswa yang berbasis pada gerakan moral, bukan kepentingan tertentu.
"Ini tidak merepresentasikan kepentingan mahasiswa Indonesia," kata Kaharuddin, Minggu (24/04).
"Di sana ada kepentingan politik atau segelintir orang yang ingin memakai nama mahasiswa Indonesia. Kami dari BEM SI tegaskan untuk menolak keras pemakaian nama mahasiswa Indonesia dari partai yang dibentuk, karena perlu menjaga independensi dari mahasiswa itu sendiri, baik dari politik praktis atau kepentingan partai politik," kata Kaharuddin.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menilai bahwa kemunculan Partai Mahasiswa Indonesia ini aneh karena sikap politiknya yang tidak jelas, sumber dananya yang tidak diketahui, serta sepak terjang pengurusnya yang jarang terdengar. Menurutnya, keberadaan Partai Mahasiswa Indonesia justru rentan ditunggangi.
Lalu, pengamat politik dari Universitas Airlangga, Aribowo turut mengatakan hal serupa. Menurutnya, yang menenggarai bahwa pendirian Partai Mahasiswa Indonesia bertujuan memilah dan menetralisasi gerakan mahasiswa yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Tak Ada Keterangan Lebih Lanjut
Melansir dari BBC News Indonesia, Ketua Umum Partai Mahasiswa Indonesia, Eko Pratama, menolak diwawancarai. Ia menyatakan belum bisa dimintai keterangan sekarang dan berjanji akan mengirim pernyataan tertulis terkait pendirian Partai Mahasiswa Indonesia. Namun hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan tertulis dari Eko.
Koordinator BEM Nusantara untuk Pulau Jawa, Ahmad Marzuki yang satu kubu dengan Eko mengatakan bahwa pembentukan partai politik ini adalah wujud perjuangan alternatif di luar gerakan mahasiswa di jalanan.
"Kita lihat dinamika politik, tidak selamanya perjuangan jalanan itu memberikan dampak yang bagus dan ketika kita mau mengubah sistem di situasi sekarang, kita harus masuk ke dalam sistem itu," kata Ahmad, yang sempat menemui Kepala Dewan Pertimbangan Presiden Wiranto (8/4).
Menurut Ahmad, apa yang dilakukan oleh Partai Mahasiswa ini adalah wujud perjuangan jangka panjang. Partai Mahasiswa Indonesia juga diharapkan untuk menyuarakan isu-isu sosial yang dihadapi masyarakat.
Kemudian, Ridho Alamsyah dari BEM Nusantara mengatakan tidak pernah ada konsolidasi atau pembahasan mengenai pembentukan partai politik ini.
"Kami kaget partainya sudah terbentuk, entah kapan kongresnya, bagaimana AD-ART-nya, tiba-tiba disahkan oleh Kemenkumham. Ini partai kok tiba-tiba lahir, tanpa persiapan matang, tapi mengatasnamakan mahasiswa," ujar Ridho.
Ia menganggap pembentukan Partai Mahasiswa Indonesia ini "tidak etis" karena tidak melibatkan mahasiswa secara luas, namun dibentuk seolah-olah mewakili suara mahasiswa.
"Ini kan mengkhianati perjuangan teman-teman, yang hari ini berjuang di jalanan, berjuang dengan cara lain, tiba-tiba mereka mengambil momentum dengan membentuk partai di saat mahasiswa sedang bergerak, ini patut dicurigai," lanjutnya.
Selain itu, Ridho menilai tidak realistis bagi seorang mahasiswa membentuk sebuah partai politik tanpa ada donatur di baliknya.
"Kita tahu sendiri membentuk partai politik itu butuh biaya besar. Curiga kami ada donatur kuat yang ingin mencoba memecah belah gerakan mahasiswa yang saat ini sedang kencang-kencangnya terhadap pemerintah," kata Ridho.
Pengamat politik UIN, Adi Prayitno, mengatakan wajar apabila muncul dugaan bahwa partai ini didanai oleh pihak lain.
"Partai politik kan bukan organisasi sukarela, tapi harus digerakkan dengan mesin uang dan modal cukup kuat. Kalau pun ada mahasiswa kaya, belum tentu sanggup membiayai parpol," ujar Adi.
Terkait kecurigaan itu, Ahmad Marzuki, mengatakan hal itu hanya spekulasi yang tidak terbukti. Sedangkan sumber pendanaan Partai Mahasiswa Indonesia, lanjut dia, bisa saja berasal dari "gerakan kolektif".
Baca Juga: Tragis! Mahasiswa Jogja Dibakar Temannya hanya Perkara Ini
Tanggapan Ketua BEM SI
Ketua BEM Seluruh Indonesia, Kaharuddin, mengatakan pihaknya keberatan dengan embel-embel mahasiswa yang digunakan pada penamaan partai politik tersebut. Sebab menurutnya, perjuangan mahasiswa semestinya berbasis gerakan moral dan menghindari politik praktis.
"Nama itu tidak merepresentasikan sama sekali mahasiswa di Indonesia, justru mahasiswa perlu dijaga independensinya dari kepentingan partai politik atau pun politik praktis," ujar Kaharuddin ketika dihubungi.
Kehadiran Partai Mahasiswa Indonesia, lanjut dia, justru dikhawatirkan akan membuat gerakan mahasiswa tidak lagi dipandang sebagai gerakan moral yang berpihak pada masyarakat, namun dilandasi oleh kepentingan politik tertentu.
"Masyarakat mau percaya siapa lagi kalau ada partai mahasiswa? Yang betul-betul membuat gerakan moral itu kan mahasiswa, jadi kalau ada partai ini menjadi tanda tanya, masyarakat mempercayai siapa lagi untuk menyuarakan suaranya?" kata Kaharuddin.
Baik BEM SI maupun BEM Nusantara yang bertentangan dengan kubu Eko menyatakan akan berkonsolidasi untuk menentukan langkah selanjutnya terkait kehadiran Partai Mahasiswa Indonesia ini.
Adi Prayitno mengatakan pembentukan Partai Mahasiswa Indonesia tidak akan berpengaruh signifikan dalam mengubah pola pergerakan mahasiswa di Indonesia, sepanjang aktivis mahasiswa dari kampus-kampus yang menjadi episentrum pergerakan tidak terlibat di dalamnya.
Menurutnya, kemunculan partai politik ini justru akan mempertegas batas antara fraksi mahasiswa yang bergerak secara independen dengan mahasiswa yang berafiliasi dengan kepentingan politik tertentu.
"Justru khawatirnya partai mahasiswa itu hanya menjadi bemper untuk melawan mahasiswa yang kritis terhadap kebijakan yang tidak prorakyat," kata Adi.
Oleh sebab itu, Adi meminta Partai Mahasiswa Indonesia membuktikan bahwa mereka betul-betul berpihak pada kepentingan rakyat, bukan sekadar menjadi kaki tangan dari kelompok tertentu.
Aliansi BEM Tolak Partai Mahasiswa, Anggap Khianati Perjuangan Mahasiswa
Itulah ulasan mengenai aliansi BEM yang menolak adanya Partai Mahasiswa Indonesia karena dianggap mengkhianati perjuangan mahasiswa. Bagaimana menurut kalian?
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta selalu aktifkan notifikasinya. Sampai jumpa.
Baca Juga: Ungkapan Kekecewaan Mahasiswa: Kami Akan Sebarkan Kemarahan ke Seluruh Indonesia
Komentar
0