Fakta

5 Sikap Toxic Positivity yang Wajib Sobat Zona Hindari

Tiffany Maulany Putri 09 Januari 2021 | 17:39:53

zonamahasiswa.id – Halo, Sobat Zona! Adakah dari kalian yang tidak asing dengan kata “toxic”? Atau apakah yang dimaksud dengan Toxic Positivity? Mimin jelaskan sedikit, ya. Toxic Positivity adalah sikap untuk selalu beranggapan dengan berpikir positif, namun di waktu yang tidak tepat.

Misalnya ketika seseorang sedang sedih, ada masalah, maupun rasa kecewa, bukannya merasakan emosinya, ia malah terus memaksakan dirinya untuk semangat, tidak boleh sedih, dan harus tetap bahagia.

Sikap ini bahkan tidak hanya ia rasakan untuk dirinya sendiri, melainkan ke orang lain juga. Nah, untuk menghindari sikap tersebut, kenali 5 sikap Toxic Positivity berikut ini!

Baca Juga: Kenali Jurusan Kriminologi, Salah Satu Jurusan Kuliah yang Langka di Indonesia

Membanding-Bandingkan Masalah Orang Lain dengan Diri Sendiri

Ilustrasi orang yang memandingkan masalah dengan orang lain (Foto: Freepik)

Pernah tidak, ketika Sobat Zona sedang mendengarkan teman atau siapapun yang curhat ke kalian, lalu malah menyelanya dengan "kamu harus bersyukur, masalahku lebih berat dari kamu. Masalahmu tidak ada apa-apanya".

Jika demikian, maka mulai sekarang harus Sobat Zona hindari, karena ini termasuk Toxic Positivity. Memang sih, ketika ada orang yang curhat kita secara tidak langsung membandingkan diri kita dan mereka.

Namun, bukan berarti kalian harus mengungkapkannya, karena orang yang datang untuk menceritakan masalahnya tidak tepat kalau kita malah akhirnya membanding-bandingkan masalah kita dengannya.

Lebih berhati-hati ya, Sobat.

Mendengarkan, Namun Menyepelekan

Ilustrasi menyepelekan orang yang berbicara (Foto: LPPM Nuansa UMY)

Ciri-ciri Toxic Positivity lainnya adalah mendengarkan, namun terkesan menyepelekan cerita dari orang lain, seakan-akan masalah yang dialami orang tersebut tidak ada apa-apanya. Pernah tidak kalian mendengar, atau bahkan mengucapkan "halah gitu doang masalahmu" atau "kamu harusnya bersyukur masalahmu hanya segitu"?

Kalau pernah mendengar, itu artinya teman atau orang yang mengatakannya termasuk orang dengan sikap Toxic Positivity. Jika kalian pernah mengatakannya, maka harus dihentikan, karena kalian tidak mau kan, menjadi penyebar toxic trait untuk orang lain?

Menyangkal Perasaan

Ilustrasi orang menyangkal perasaan (Foto: Kompas.com)

Kalau tadi mengenai sikap toxic ke orang lain, sekarang Mimin akan membahas sikap Toxic Positivity ke diri sendiri. Secara tidak langsung, kita menyakiti diri sendiri dengan menyangkal perasaan. Orang yang tidak jujur kepada perasannya sendiri termasuk dalam Toxic Positivity, lho!

Hal itu bisa terjadi dalam sebuah keluarga, kelompok teman, atau dalam pekerjaan ketika seseorang dituntut untuk selalu menunjukkan sisi positifnya dan tidak mau terlihat sedih. Dengan menolak untuk merasa sedih dan tepuruk, maka ia sudah menyangkal perasaan sendiri.

Sobat Zona jangan sampai begini, ya!

Baca Juga: Mengapa Banyak Sarjana Menganggur? Ternyata Ini Alasannya

Memberi Semangat yang Tidak Realistis

Ilustrasi semangat yang tidak realistis (Foto: Diadona.id)

"Kamu nggak boleh sedih, harus semangat. Kamu nggak boleh sedih. Sedih itu cuma orang-orang lemah"

Nah, kalau kalian pernah mengatakan hal ini kepada diri sendiri maupun orang lain, kalian harus menghindari kebiasaan ini sekarang juga. Ucapan semangat memang baik adanya. Namun, hal tersebut tidak tepat ketika kalau diucapkan ketika seseorang merasa terpuruk dan butuh untuk merasakan kesedihannya.

Setiap emosi, baik negatif maupun positif tidak seharusnya ditahan, karena pengaruhnya tidak baik untuk kesehatan mental. Maka dengan memberikan semangat pada orang yang sedang terpuruk kurang tepat, bahkan tidak boleh kalian lakukan.

Bersikap Boros untuk Menekan Perasaan

Ilustrasi belanja banyak (Foto: Bincang Syariah)

Adakah dari Sobat Zona yang suka menghabiskan uang jajannya ketika sedang sedih untuk menekan perasaan, misalnya dengan belanja banyak, makan makanan enak, atau membeli barang-barang yang tidak perlu? Bersikap boros untuk menekan perasaan negatif adalah termasuk Toxic Positivity.

Kebahagiaan yang ingin kalian cari dari sikap boros bukan merupakan kebahagiaan sejati. Kalian tidak akan merasa sepenuhnya bahagia dan masih akan merasa sedih ketika kebahagiaan tersebut tidak datang dari diri sendiri.

Maka dari itu, untuk yang suka boros saat merasa sedih, jangan terlalu sering, ya. Sesekali tidak apa-apa untuk membahagiakan diri, namun bukan untuk dijadikan dari patokan kebahagiaan.

5 Sikap Toxic Positivity yang Wajib Sobat Zona Hindari

Alright, Sobat Zona! Sekian dulu ulasan mengenai 5 sikap Toxic Positivity. Perlu kalian ketahui, Toxic Positivity berlawanan dengan perasaan bahagia. Kalian hanya pelu menemukan kebahagiaan sesungguhnya, sedih seperlunya, dan jangan menyangkal perasaan yang hadir untuk terhindar dari Toxic Positivity.

Sebelum pamit undur diri, jangan lupa untuk menyalakan notifikasi postingan website zonamahasiswa.id untuk tetap update tentang informasi perkuliahan dan mahasiswa lainnya. Sampai jumpa!

Baca Juga: 5 Tanda Ini Menunjukkan Sobat Zona Mengalami Lelah Mental

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150