Berita

Ternyata Karakter Nurman di Film Jumbo Bentuk Penghormatan Sang Sutradara untuk Mahar Laskar Pelangi

Muhammad Fatich Nur Fadli 16 April 2025 | 09:46:16

Zona Mahasiswa - Bagi kamu yang sudah nonton Jumbo tentunya tahu dengan salah satu karakter teman Don, Nurman, yang memiliki pembawaan ceria dan enerjik. Menariknya, secara bentuk wardrobe, salah satu inspirasi untuk Nurman adalah karakter Mahar dari film Laskar Pelangi.

Baca juga: Ngaku Dapat Bisikan Ghaib, Mahasiswa Unram Nyamar Jadi Jamaah Perempuan di Masjid

Hal ini juga dilakukan sebagai penghormatan kepada mendiang Verrys Yamarno dan film Laskar Pelangi yang merupakan produksi Miles Film. Melalui media sosialnya, sutradara film Jumbo Ryan Adriandhy mengungkapkan langsung bahwa karakter Nurman merupakan bentuk penghormatannya kepada Mahar.

“Nurman, penghormatanku dan caraku mengenang Mahar dan almarhum Verrys Yamarno,” tulis Ryan Adriandhy dikutip pada Kamis (10/4/2025).

Nostalgia Laskar Pelangi dan Sosok Mahar

Siapa sih yang bisa lupa dengan film "Laskar Pelangi"? Film adaptasi dari novel karya Andrea Hirata ini sukses besar dan menjadi salah satu film paling berpengaruh di Indonesia. Salah satu karakter yang paling ikonik adalah Mahar, anak laki-laki nyentrik yang kreatif dan berani tampil beda. Verrys Yamarno berhasil membawakan karakter itu dengan sangat kuat dan membekas di hati banyak penonton.

Mahar bukan hanya sekadar karakter pendukung, tapi juga simbol semangat, ekspresi diri, dan keberanian untuk jadi diri sendiri meski di tengah tekanan lingkungan. Gayanya yang nyentrik, hobi seni, dan keberaniannya menari dan menyanyi di tengah ejekan teman-teman membuat karakter ini sangat berkesan.

Dari Mahar ke Nurman: Estafet Semangat

Ketika kita melihat karakter Nurman di "Jumbo", kita bisa langsung merasakan semangat yang sama dengan Mahar. Ceria, percaya diri, dan nggak takut tampil beda. Wardrobe Nurman pun dibuat dengan sentuhan gaya yang mengingatkan pada Mahar—warna-warni, sedikit eksentrik, dan penuh ekspresi.

Ryan Adriandhy ingin menyampaikan bahwa semangat Mahar tetap hidup lewat karakter Nurman. Ini bukan sekadar tribute, tapi juga bentuk estafet karakter positif di perfilman Indonesia. Nurman mewakili generasi baru yang tetap membawa semangat keberagaman dan orisinalitas.

Verrys Yamarno, Sang Aktor Muda Berbakat

Verrys Yamarno meninggal dunia pada usia muda, namun perannya dalam Laskar Pelangi sudah cukup untuk membuat namanya dikenang selamanya. Aktingnya yang natural, polos, tapi penuh semangat membuat karakter Mahar hidup dan sangat relatable.

Kabar duka kepergiannya memang mengejutkan banyak pihak. Verrys dikenal sebagai pribadi rendah hati dan berdedikasi. Banyak yang menyayangkan bahwa karier aktingnya harus berhenti terlalu cepat. Tapi karya dan karakternya akan selalu hidup di ingatan kita, dan lewat Nurman, warisan itu tetap diteruskan.

Representasi Anak Muda dalam Film Indonesia

Baik Mahar maupun Nurman adalah representasi dari anak-anak muda Indonesia yang berani menjadi diri sendiri. Di tengah tekanan sosial untuk selalu sesuai standar atau takut beda, karakter seperti mereka muncul sebagai contoh bahwa menjadi unik itu bukan salah. Bahkan, keberagaman adalah kekuatan.

Film seperti "Jumbo" dan "Laskar Pelangi" menunjukkan bahwa karakter pendukung bisa memberikan warna kuat dalam sebuah cerita. Mereka bukan hanya pelengkap, tapi juga penentu mood dan pesan dari film itu sendiri.

Karakter Nurman dalam Film Jumbo

Di "Jumbo", Nurman adalah sahabat yang setia, supportive, dan selalu punya cara sendiri untuk menyemangati Don. Interaksinya dengan karakter lain selalu penuh kejutan dan kadang bikin ngakak. Tapi di balik kejenakaannya, ada nilai-nilai yang penting: keberanian, loyalitas, dan rasa percaya diri.

Bagi Ryan Adriandhy, menciptakan Nurman bukan sekadar menambahkan elemen komedi atau penyeimbang emosi dalam film. Tapi ini adalah langkah sadar untuk menunjukkan bahwa karakter seperti Mahar masih relevan dan dibutuhkan dalam cerita-cerita masa kini.

Pengaruh Karakter Mahar di Industri Film

Sudah lebih dari satu dekade sejak "Laskar Pelangi" dirilis, tapi karakter Mahar masih jadi perbincangan dan referensi. Banyak aktor muda yang menjadikan Mahar sebagai salah satu inspirasi mereka dalam berakting. Karakter ini juga banyak dibahas dalam diskusi perfilman sebagai contoh keberhasilan peran pendukung yang mencuri perhatian.

Kehadiran Nurman menjadi bukti bahwa karakter seperti Mahar bisa menginspirasi generasi baru, baik di dunia nyata maupun dalam skenario film. Ketika sutradara sekelas Ryan Adriandhy secara terbuka menyebutkan bahwa Nurman adalah bentuk penghormatannya, itu menjadi momen yang menyentuh dan patut diapresiasi.

Mengenang Verrys Yamarno dengan Cara yang Bermakna

Mengabadikan sosok Mahar lewat karakter Nurman bukan hanya ide yang kreatif, tapi juga sangat emosional. Ini menunjukkan bahwa industri film Indonesia masih punya hati dan kenangan terhadap aktor-aktor yang pernah berjasa.

Seringkali, aktor yang sudah tiada hanya dikenang lewat penghargaan atau festival film. Tapi Ryan melangkah lebih jauh: dia memasukkan penghormatan itu ke dalam karya sinematik yang bisa dinikmati semua kalangan. Dan dengan begitu, Verrys Yamarno dan Mahar tetap hidup di layar dan di hati penonton.

Ternyata Karakter Nurman di Film Jumbo Bentuk Penghormatan Sang Sutradara untuk Mahar Laskar Pelangi

Perjalanan dari Mahar ke Nurman adalah perjalanan yang menyentuh. Dua karakter dari dua film yang berbeda generasi, tapi punya benang merah yang kuat. Semangat kebebasan berekspresi, keberanian menjadi diri sendiri, dan energi positif yang menular.

Buat kamu yang belum nonton film "Jumbo", sekarang kamu punya alasan tambahan buat nonton. Lihat dan rasakan bagaimana karakter Nurman bisa bikin kamu ketawa sekaligus tersentuh. Dan buat kamu yang pernah kagum sama Mahar, karakter ini hadir kembali dalam bentuk baru yang nggak kalah keren.

Jadi, mari kita apresiasi karya anak bangsa yang nggak hanya menghibur, tapi juga punya nilai emosional dan penghormatan tinggi. Karena perfilman bukan cuma soal cerita, tapi juga soal kenangan, nilai, dan penghargaan terhadap mereka yang sudah lebih dulu memberi warna.

Baca juga: Indonesia Darurat Pelecehan Seksual! Pelaku Berpendidikan Tinggi dan Berkuasa Sayangnya Nggak Punya Moral

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150