Berita

Indonesia Darurat Pelecehan Seksual! Pelaku Berpendidikan Tinggi dan Berkuasa Sayangnya Nggak Punya Moral

Muhammad Fatich Nur Fadli 12 April 2025 | 14:39:19

Zona Mahasiswa - Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Deretan kasus pelecehan seksual yang muncul silih berganti, melibatkan orang-orang yang punya gelar, pangkat, dan kekuasaan. 

Baca juga: Neneng Rosdiyana, Sosok Emak-emak Pencetus Gerakan Nenengisme yang Akunnya Dilenyapkan Facebook

Mereka adalah dokter, guru besar, pejabat, bahkan tokoh agama. Ironisnya, justru dari posisi mereka yang seharusnya melindungi, mereka malah jadi pelaku. Ini bukan kasus satu dua, tapi sudah jadi pola yang membuktikan: Indonesia sedang darurat pelecehan seksual.

Deretan Kasus yang Bikin Merinding

  1. Dokter PPDS Unpad di RSHS Bandung
    Seorang dokter program pendidikan spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung tega membius dan melecehkan keluarga pasien. Bukannya menyembuhkan, ia justru merusak rasa aman di tempat yang seharusnya jadi tempat pemulihan.
  2. Eks Kapolres Ngada, Fajar Widyadharma Lukman
    Seorang mantan kapolres diduga terlibat dalam kasus pencabulan dan pornografi terhadap anak. Sosok yang seharusnya menjadi pelindung hukum justru melanggar hukum dengan keji.
  3. Guru Besar UGM, Prof. Edy S
    Dilaporkan melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswi saat konsultasi tugas akhir. Seorang pendidik yang seharusnya membimbing, malah menjadikan ruang konsultasi sebagai tempat berbahaya.
  4. Putra Pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyah Jombang, Mochamad Subchi Azal Tsani
    Terbukti melecehkan belasan santriwati. Dalam lingkungan keagamaan yang seharusnya penuh dengan nilai moral, malah ada predator yang berkedok kesalehan.

Data dan Riset yang Mengguncang

Menurut Komnas Perempuan (2023), kekerasan seksual berbasis relasi kuasa semakin meningkat, terutama di sektor pendidikan dan keagamaan. Artinya, kekuasaan dan kepercayaan yang diberikan pada seseorang sering kali malah disalahgunakan untuk menindas dan menyakiti.

Dari Laporan Komnas Perempuan 2022, ada fakta yang bikin miris:

  • 60% korban tidak melapor, karena takut terhadap institusi pelaku.
  • Banyak pelaku adalah tokoh penting, jadi korban sulit melawan.
  • Institusi lebih memilih menjaga nama baik ketimbang melindungi korban.

Kenapa Korban Takut Bicara?

Korban sering kali memilih diam karena:

  • Takut stigma dari lingkungan sekitar.
  • Takut diintimidasi oleh pelaku atau pendukungnya.
  • Takut karier atau pendidikan hancur karena melawan orang berkuasa.

Di sisi lain, pelaku yang punya jabatan atau kekuasaan bisa memakai pengaruhnya untuk membungkam korban. Sistem hukum pun kadang lambat merespons, bahkan cenderung melindungi pelaku jika mereka punya koneksi.

Pelecehan Seksual Bukan Aib Korban

Kita harus tegas menyatakan: pelecehan seksual bukan kesalahan korban! Ini murni kejahatan pelaku dan kegagalan sistem. Korban tak seharusnya dibebani rasa malu. Justru pelakulah yang seharusnya diadili dan dihukum.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

1. Dukung Korban

  • Dengarkan dan percaya cerita korban.
  • Jangan menyalahkan atau menghakimi.
  • Beri ruang aman bagi korban untuk bicara.

2. Edukasi Diri dan Lingkungan

  • Pelajari tentang apa itu pelecehan seksual.
  • Ajarkan batasan dan persetujuan sejak dini.
  • Buat ruang diskusi yang nyaman untuk membicarakan isu ini.

3. Tekan Institusi

  • Desak institusi untuk membuat sistem pelaporan yang aman.
  • Dorong agar pelaku mendapat sanksi tegas, bukan dipindahkan diam-diam.
  • Tuntut transparansi dalam penanganan kasus.

Regulasi Ada, Tapi Masih Lemah

Indonesia sudah punya UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) dan sudah meratifikasi berbagai konvensi internasional tentang hak anak. Tapi implementasinya masih lemah. Banyak lembaga belum punya SOP (Standar Operasional Prosedur) yang jelas soal penanganan pelecehan.

Banyak institusi masih sibuk "menyelamatkan nama baik" daripada menyelamatkan korban. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum masih belum merata dan belum berpihak pada korban sepenuhnya.

Mengapa Ini Urusan Kita Semua?

Pelecehan seksual bisa terjadi kepada siapa saja, di mana saja. Di sekolah, kampus, tempat kerja, rumah ibadah, bahkan di rumah sakit. Nggak peduli status sosial atau pakaian korban, kejahatan ini terjadi karena penyalahgunaan kekuasaan dan minimnya kontrol sosial serta hukum.

Kalau kita terus diam, maka:

  • Pelaku akan merasa aman dan bebas.
  • Korban makin takut bicara.
  • Kekerasan ini akan terus berulang.

Saatnya Bersatu, Saatnya Melawan

Indonesia darurat pelecehan seksual. Kita harus mulai dari hal kecil:

  • Percaya pada korban.
  • Bicara di media sosial.
  • Edukasi teman dan keluarga.
  • Laporkan jika melihat tindakan mencurigakan.

Ingat, kekuasaan tanpa kontrol hanya akan melahirkan predator yang dilindungi. Sudah terlalu banyak korban yang disalahkan, terlalu banyak pelaku yang bebas berkeliaran.

Indonesia Darurat Pelecehan Seksual! Pelaku Berpendidikan Tinggi dan Berkuasa Sayangnya Nggak Punya Moral

Ini bukan cuma tugas korban, atau tugas perempuan. Ini tugas kita semua. Demi masa depan yang aman buat anak-anak, perempuan, laki-laki, dan semua warga negara, kita harus bersatu lawan sistem yang gagal melindungi dan memperkuat budaya bungkam.

Institusi harus berubah. Sistem harus berpihak pada korban. Pelaku harus dihukum seberat-beratnya, tanpa pandang jabatan, gelar, atau status sosial.

Karena diam sama saja dengan mendukung kekerasan. Ayo kita bersuara. Karena Indonesia terlalu berharga untuk dibiarkan jatuh dalam krisis moral dan keadilan.

Baca juga: Gegara Gaya Satir Khasnya Host Metro TV Kena Sentil Ormas! Dinilai Merusak Generasi Bangsa

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150