Opini

Seandainya Skripsi Tidak Digunakan Sebagai Syarat Kelulusan...

Zahrah Thaybah M 24 Juni 2021 | 15:58:08

zonamahasiswa.id - Skripsi adalah momok yang menakutkan di kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa tingkat akhir. Karena, indikasinya cukup membahayakan, seperti terserang mual melihat tebalnya kertas yang harus diprint, pusing mantengin layar laptop, dan frustasi 'digoda' dosen pembimbing.

Hmm, bagaimanapun juga kita tidak bisa menghindarinya, sebab menjadi syarat kelulusan. Selain itu, kalau tidak mau skripsian ya siap-siap mengucakapan selamat tinggal pada gelar sarjana yang kalian agung-agungkan. Kira-kira setuju nggak kalau nggak usah skripsian apalagi jadi syarat kelulusan?

Baca Juga: Cita-Cita Lulus Skripsi Tahun Ini, Ekspektasi Masih Ada Tahun Depan Kok

Nggak Ada Alternatif Lain nih?

FPsi akan Berlakukan Kebijakan Baru Pembimbingan Proposal dan Skripsi | LPM  Psikogenesis
Ilustrasi skripsi (Foto: LPM Psikogenesis)

Heiho, para mahasiswa. Mimin mau tanya nih siapa yang sudah skripsian? Boleh minta testimoninya nggak? Hehehe. Pasti pada puyeng mikirin revisian, dosen pembimbing yang mendadak jadi 'Kang Ghosting', atau justru belum nemu judulnya sama sekali.

Pernah nggak sih Sobat Zona membayangkan bagaimana kalau skrispi itu enyah dari bumi, supaya tidak lagi menghantui masa muda para mahasiswa? Misalnya, ada alternatif lain yang lebih mudah agar cepat lulus. Kasihan kita semua yang mau lulus jadi sedikit tertunda. Bahkan, ada yang terpaksa kena drop out (DO) karena masa perkuliahannya sudah melebihi batas alias 14 semester. Jadi, mereka lulus sekitar umur 25-an.

Harusnya sih umur segitu sudah planning buat menikah dan berkarier ya, kan? Dengan catatan bagi yang sudah punya calon. Tapi, beda ceritanya untuk mahasiswa yang jomblo alias available. Mending kerja dulu deh sampai ada sesuatu yang bisa kalian banggakan untuk orang tua dan calon mertua nantinya.

Baca Juga: Kalau Kangen Solusinya Ketemuan, Kalau Pengen Wisuda Solusinya Skripsian

Khawatir Mengalami Hal yang Tidak-Tidak

Bernas.id | Jurus Jitu Ketika Kita Dapat Dosen Pembimbing Killer Enggak  Usah Takut Simak Ini
Ilustrasi dosen killer (Foto: Bernas)

Lebih gawatnya lagi skripsi juga masuk dalam SKS lho, yang mana kalau tidak tuntas terpaksa harus jadi 'juru kunci' kampus. Pantas saja para mahasiswa menganggapnya sebagai sesuatu yang sakral menjurus ke horor. Bagaimana tidak? Karena harus merasakan yang namanya susah dapat topik penelitian atau judul, layaknya mencari jodoh. Lalu, wajib memiliki kemampuan menulis dan merangkai kata yang baik.

Sehingga, nanti bisa tersusun menjadi skripsi yang setebal dosa, bukannya setipis tumpukan kertas untuk gorengan. Mahasiswa pun ada yang beruntung dan buntung. Kenapa? Karena nasib kalian ditentukan oleh dosen pembimbing. Kata kakak tingkat Mimin sih, dosen yang berhati malaikat justru memudahkan kita dan membantu untuk menyelesaikan skripsi. Sebaliknya, apabila dosen yang kejam akan bersiap untuk membuat hidup kalian suram.

Mulai dari susah untuk dimintai bimbingan dengan alasan A-Z, mencoret-coret skripsi dengan tinta merah untuk segera revisian. Belum lagi kalau minta hasil revisian sudah berada di atas mejanya 3 hari kemudian. Sedangkan, untuk mengerjakannya saja butuh waktu seminggu bahkan berminggu-minggu.

Selain itu, banyak pemberitaan tentang mahasiswa akhir yang katanya meninggal karena gantung diri, overdosis obat-obatan karena stres, hingga terlalu banyak begadang. Waduh, apa nggak semakin ngeri? Tapi, Mimin percaya kita semua bisa melewatinya dengan baik asalkan terus konsisten dan ingat dengan tujuan hidup yang sebenarnya. Jadi, coba kalian doktrin otak untuk selalu berpikir positif tentang skripsi ini.

Seandainya Skripsi Tidak Digunakan Sebagai Syarat Kelulusan…

Itulah ulasan mengenai seandainya skripsi tidak digunakan sebagai syarat kelulusan.

Semoga ulasan ini bermanfaat untuk Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti update informasi seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan dengan mengaktifkan notifikasi website Zona Mahasiswa. Sampai jumpa!

Baca Juga: Semakin Besar Biaya Kuliah Mandiri Apakah Juga Penentu Kualitas Mahasiswa?

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150