Berita

Pantas Pendidikan di Indonesia Tak Maju-Maju, Banyak Tenaga Pengajar yang Dilaporkan oleh Muridnya Sendiri

Muhammad Fatich Nur Fadli 29 Oktober 2024 | 10:14:01

Zona Mahasiswa - Mendidik anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah tetapi juga tanggung jawab orang tua. Jika ada perbedaan pendapat antara orang tua dan guru mengenai tindakan disiplin, sebaiknya masalah ini dibicarakan terlebih dahulu melalui mediasi dengan pihak sekolah. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru sangat penting untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil memang untuk kepentingan terbaik anak.

Baca juga: BEM Fisip Unair Dibekukan Gegara Bikin Karangan Bunga untuk Presiden & Wapres

Alih-alih langsung melapor, orang tua perlu berdialog dengan guru dan memahami alasan di balik tindakan yang dilakukan. Ketika ada pemahaman dan kepercayaan, baik guru maupun orang tua bisa bekerja sama untuk mendidik anak-anak agar mereka menjadi pribadi yang berkarakter baik dan disiplin. 

Dalam beberapa tahun terakhir, muncul banyak kasus guru yang dilaporkan oleh orang tua atau wali murid ke pihak berwajib hanya karena memberikan teguran atau hukuman kepada siswa. Peristiwa ini memicu keprihatinan di kalangan pendidik dan masyarakat luas. Mengapa? Karena di balik laporan ini, ada dampak yang cukup besar terhadap sistem pendidikan kita, terutama dalam hal kedisiplinan dan kewibawaan guru di kelas. Kasus-kasus ini terus terjadi dan memunculkan pertanyaan serius: Apakah para guru masih punya ruang untuk menjalankan peran mereka dalam mendisiplinkan siswa?

Kasus-kasus pelaporan terhadap guru oleh murid atau orang tua murid di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sorotan. Fenomena ini memperlihatkan semakin tegangnya hubungan antara tenaga pendidik dan wali murid, terutama dalam hal kedisiplinan siswa. Di Indonesia, tugas guru yang seharusnya membentuk karakter dan disiplin siswa seringkali terhambat karena kekhawatiran akan dilaporkan atas tindakan mendisiplinkan yang dianggap berlebihan. Berikut ini beberapa contoh kasus yang sempat viral dan menggambarkan kondisi ini.

Kasus-Kasus Guru yang Dilaporkan Murid dan Orang Tua

Kasus Pak Sambudi di Jawa Timur
Pak Sambudi, seorang guru agama di sebuah sekolah menengah di Jawa Timur, harus menghadapi kenyataan pahit ketika dilaporkan oleh orang tua murid ke polisi karena tindakannya mencubit siswa. Kejadiannya berawal ketika Pak Sambudi menegur seorang siswa yang menolak mengikuti kegiatan sholat bersama. Karena ingin memberi efek jera, beliau melakukan tindakan fisik ringan dengan mencubit siswa tersebut. Namun, orang tua siswa merasa tidak terima dengan cara tersebut dan mengajukan laporan polisi. Akibatnya, Pak Sambudi harus menjalani persidangan dan akhirnya divonis hukuman penjara selama tiga bulan. Kasus ini mengundang banyak perhatian karena dianggap berlebihan dan mencerminkan betapa sulitnya guru saat ini dalam menegakkan disiplin di sekolah.

Kasus Ibu Supriyani, Guru yang Dilaporkan Anak Polisi
Ibu Supriyani, seorang guru di sekolah dasar, harus menghadapi situasi sulit ketika anak seorang polisi melaporkannya atas tuduhan kekerasan fisik. Dalam kejadian ini, Ibu Supriyani dikabarkan memberi peringatan kepada siswa tersebut yang melanggar aturan sekolah. Namun, peringatan ini dianggap berlebihan oleh keluarga siswa tersebut, sehingga kasus ini berakhir dengan laporan ke polisi. Akhirnya, Ibu Supriyani pun harus menerima kenyataan pahit, karena ia harus menjalani hukuman penjara atas tindakannya tersebut. Kasus ini mencuat ke media sosial dan mendapat banyak perhatian, terutama karena pelapornya merupakan keluarga aparat yang justru semestinya mendukung peran guru dalam menegakkan disiplin.

​​​​​​​

Pak Zaharman: Guru yang Mengalami Kekerasan Fisik dari Orang Tua Murid
Kasus ini terjadi di Sumatera, di mana seorang guru bernama Pak Zaharman menderita luka fisik setelah diserang oleh orang tua murid yang tidak terima anaknya dimarahi di sekolah. Kejadian ini bermula ketika Pak Zaharman menegur siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah. Tidak terima anaknya ditegur, orang tua siswa tersebut langsung mendatangi sekolah dan menyerang Pak Zaharman hingga mengakibatkan luka serius pada matanya. Kasus ini mengundang keprihatinan dari berbagai pihak, karena bukannya mendukung peran guru, orang tua siswa malah melakukan kekerasan yang membahayakan fisik guru.

Ibu Khusnul, Guru TK yang Dijadikan Tersangka karena Siswa Terluka
Ibu Khusnul, seorang guru TK, menjadi tersangka atas tuduhan kelalaian setelah seorang siswa mengalami cedera saat bermain di bawah pengawasannya. Peristiwa ini terjadi ketika siswa tersebut jatuh dari ayunan dan mengalami cedera ringan. Meskipun kejadian ini murni kecelakaan, orang tua siswa tidak terima dan melaporkan Ibu Khusnul atas tuduhan kelalaian dalam menjaga siswa. Kasus ini memicu perdebatan di masyarakat tentang seberapa jauh tanggung jawab guru dalam menjaga anak-anak saat kegiatan sekolah berlangsung.

​​​​​​​

Dampak Laporan Terhadap Wibawa Guru dan Kualitas Pendidikan

Guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Tugas mereka bukan hanya mengajar, tetapi juga membentuk karakter dan kedisiplinan anak didik. Ketika guru tidak lagi merasa aman untuk memberikan teguran atau hukuman yang wajar, kualitas pendidikan akan ikut terpengaruh. Guru jadi cenderung pasif, menghindari konfrontasi dengan siswa, dan memilih untuk tidak menegur siswa yang melanggar aturan.

Akibatnya, siswa bisa kehilangan pembelajaran penting mengenai kedisiplinan dan tanggung jawab. Rasa hormat siswa kepada guru juga berpotensi menurun, yang mana ini akan berdampak pada bagaimana siswa berperilaku dan belajar di lingkungan sekolah. Bukan hanya kualitas pengajaran yang menurun, tetapi juga sistem pendidikan secara keseluruhan menjadi lemah.

Mengapa Orang Tua Melaporkan Guru?

Ada beberapa alasan mengapa orang tua memilih untuk melaporkan guru daripada berkomunikasi langsung dengan pihak sekolah atau guru. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Protektif Berlebihan: Orang tua sering kali ingin melindungi anak-anaknya dari hal yang mereka anggap bisa "menyakiti" anak, baik secara fisik maupun emosional. Namun, sikap protektif ini kadang membuat orang tua terlalu cepat bereaksi dan tidak memikirkan dampak jangka panjang terhadap anak mereka sendiri.
  2. Kurangnya Pemahaman tentang Metode Pendidikan: Beberapa orang tua mungkin belum paham bahwa dalam proses pendidikan, ada berbagai cara yang dilakukan untuk mengajarkan disiplin. Tidak semua hukuman fisik, seperti squat jump atau teguran keras, berarti guru berniat jahat atau melukai anak.
  3. Pengaruh Media Sosial: Kasus yang viral di media sosial seringkali menjadi pemicu banyaknya laporan. Orang tua yang melihat kasus serupa di media sosial kadang terdorong untuk melakukan hal yang sama, merasa bahwa itu adalah cara yang paling tepat untuk membela anak mereka.

Peran Penting Kolaborasi antara Orang Tua, Guru, dan Sekolah

Mendidik anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah tetapi juga tanggung jawab orang tua. Jika ada perbedaan pendapat antara orang tua dan guru mengenai tindakan disiplin, sebaiknya masalah ini dibicarakan terlebih dahulu melalui mediasi dengan pihak sekolah. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru sangat penting untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil memang untuk kepentingan terbaik anak.

Alih-alih langsung melapor, orang tua perlu berdialog dengan guru dan memahami alasan di balik tindakan yang dilakukan. Ketika ada pemahaman dan kepercayaan, baik guru maupun orang tua bisa bekerja sama untuk mendidik anak-anak agar mereka menjadi pribadi yang berkarakter baik dan disiplin.

Cara Menyikapi Masalah Ini agar Pendidikan di Indonesia Bisa Maju

  1. Mendorong Komunikasi Terbuka: Orang tua, guru, dan pihak sekolah harus membangun komunikasi yang terbuka. Diskusikan segala masalah dan temukan solusi bersama.
  2. Memahami Peran Guru sebagai Pembentuk Karakter: Orang tua sebaiknya melihat guru sebagai partner dalam mendidik anak, bukan sebagai ancaman. Tindakan mendisiplinkan tidak sama dengan kekerasan, dan perlu ada pengertian antara kedua pihak tentang batasan-batasan ini.
  3. Sosialisasi dari Pihak Sekolah: Sekolah perlu memberikan pemahaman kepada orang tua tentang metode pendidikan dan pengajaran yang diterapkan. Misalnya, menyosialisasikan bahwa beberapa bentuk hukuman ringan adalah bagian dari proses pembelajaran kedisiplinan.
  4. Regulasi yang Melindungi Guru: Pemerintah bisa mempertimbangkan regulasi yang melindungi guru dalam menjalankan tugas mereka, selama tidak ada unsur kekerasan atau pelanggaran hak asasi. Hal ini bisa membuat guru merasa lebih aman dalam mengajar dan mendisiplinkan siswa.
  5. Meningkatkan Pemahaman di Masyarakat tentang Pendidikan yang Baik: Pendidikan tidak hanya tentang nilai akademis, tetapi juga pembentukan karakter. Orang tua dan masyarakat perlu memahami hal ini agar anak-anak tumbuh sebagai individu yang disiplin dan bertanggung jawab.

Pantas Pendidikan di Indonesia Tak Maju-Maju, Banyak Tenaga Pengajar yang Dilaporkan oleh Muridnya Sendiri

Banyaknya kasus guru yang dilaporkan oleh orang tua murid menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih mendalam antara orang tua dan guru. Tindakan disiplin yang dilakukan guru bukanlah bentuk kekerasan, melainkan cara untuk mengajarkan tanggung jawab dan kedisiplinan pada siswa.

Jika kita ingin pendidikan di Indonesia maju, kita perlu menciptakan lingkungan belajar yang sehat di mana guru bisa menjalankan tugas mereka tanpa takut dilaporkan hanya karena memberikan teguran. Pendidikan adalah kolaborasi antara sekolah dan orang tua. Dengan saling memahami dan menghormati peran masing-masing, kita bisa membangun generasi yang tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga berkarakter kuat dan disiplin.

Baca juga: Belum Selesai dengan Kasus Bu Supriyani, Diduga Pukul Murid dengan Sapu Lidi Guru Agama di Sulteng Dilaporkan ke Polisi

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150