Opini

Mahasiswa yang Hobi Menulis Tidak Menjamin Dirinya Bisa Lancar Mengerjakan Skripsi

Tiffany Maulany Putri 04 Januari 2021 | 18:15:27

zonamahasiswa.id – Mahasiswa yang memiliki hobi menulis sedikit banyak pasti termakan stigma “kamu pasti skripsinya lancar, kan pinter nulis”. Well, kalau nulisnya artikel ilmiah, review jurnal, dan laporan, pastinya sedikit banyak agak terbiasa. Lah kalau nulisnya puisi, cerpen, dan artikel populer? Apakah akan menjamin lancar menulis skripsi dengan penuh bahasa ilmiah, sedangkan yang sering ditulis adalah bahasai kiasan?

Stigma ini melekat tentu saja pada mahasiswa yang terkenal dengan kebiasaan dan hobinya dalam menulis. Termasuk Mimin. Beberapa orang terdekat, termasuk orang tua sendiri beranggapan bahwa mengerjakan skripsi akan sangat mudah bagi Mimin, karena emang anaknya suka menulis dari SMP.

Bahkan beberapa teman ada yang nyeletuk “kamu kalau bikin Fan Fiction (cerita fiksi penggemar) lancar. Masa nulis skripsi sampe sekarang masih bab I?”. Menanggapi hal itu, Mimin menjawab sekenanya “ya kalau di skripsi bisa ditulis dengan kata-kata kiasan dan percakapan romantis dengan oppa-oppa, mungkin aku bisa lebih dulu lulus dari kalian”.

Hadeehh...

Baca Juga: Dosenku Beralih Profesi Menjadi Youtuber, Mahasiswa yang Kena Imbas Jadi Subscriber

Punya Hobi Menulis tidak Sama Dengan Rajin Menulis Skripsi

Ilutrasi orang ryang suka menulis (Foto: WowKeren.com)

Tidak menampik bahwa Mimin sangat suka menulis. Ini adalah salah satu kegiatan yang membuat Mimin lupa dengan semua tugas dan tanggung jawab (jangan ditiru). Namun, layaknya seorang mahasiswa akhir yang mengalami kejenuhan saat menggarap skripsi, maka hal ini pun terjadi pada Mimin.

Semua bermula ketika Mimin memasuki semester tujuh. Sebagian besar teman angkatan dari yang paling pinter sampai yang terlihat paling tidak niat kuliah waktu semester awal sudah mulai sibuk dengan proposal dan skripsi mereka masing-masing. Melihat kehebohan mereka, tentunya Mimin tidak tinggal diam.

Karena kebingungan di awal, seperti orang pada umumnya, Mimin bergegas mencari tahu, bagaimana sih penyusunan skripsi? Apa yang akan ditulis pada Bab I? Di Bab II harus ada apa, dan Bab III enaknya pakai metode penelitian yang bagaimana? Satu demi satu teman Mimin tanyakan. Panduan penulisan proposal juga sampai hafal di luar kepala.

Namun, segala kerajinan dan banyak bertanya itu kemudian sirna karena tiba-tiba tertarik untuk melanjutkan hobi menulis fiksi yang memang selama kuliah hanya sepersekian persen dilakukan, karena lebih sering berkutat dengan makalah dan tugas-tugas lainnya.

Semuanya pun terasa ringan dilakukan. Meriset novel, Fan Fiction, serta menelfon teman-teman yang sesama penulis juga untuk meminta inspirasi. Namun, ketika menyadari bahwa sudah semakin banyak saja teman angkatan yang Seminar Proposal, setiap melihat ada yang habis sempro di lobi fakultas, langsung tremor sendiri sambil menanyakan ke diri sendiri “aku kapan, ya?”.

Lebih Lancar Menulis Fiksi dari pada Skripsi

Ilustrasi orang yang memiliki ide (Foto: missadedoyin's Blog)

Karena sudah secara tidak langsung diingatkan untuk segera merampungkan skripsi, maka Mimin bertekad untuk semester 7, pokoknya kudu rampung proposal. Namun, angan hanyalah sekadar angan dan rencana hanya menjadi wacana. Setelah menyelesaikan Bab I, di otak Mimin seakan-akan ada bayangan tembok besar yang menghalangi isi dari skripsi dan jurnal ilmiah masuk ke otak.

Dalam menyusun kata demi kata untuk skripsi pun perlu adanya usaha ekstra untuk menyambungkan satu kalimat ke kalimat yang lain. Sulit rasanya untuk mengerjakan proposal Bab I. Betul-betul perang menembus otak sendiri rasanya.

Herannya, hal ini tidak terjadi pada bacaan-bacaan dan tulisan fiksi yang Mimin baca sebelum tidur. Semuanya lancar jaya masuk ke otak, bahkan beberapa cerita sudah tergambar dengan skenario versi Mimin di kepala.

Kesulitan mengerjakan skripsi lainnya adalah perkara revisi. Mimin tidak menyangka setelah perjuangan sekian lama dengan otak menyusun bab I ternyata mengalami revisi. Semangat yang sudah payah dibangun seketika runtuh menjadi rasa malas untuk mengerjakan revisi yang berakhir meneruskan kumpulan cerpen saja.

Anehnya, ketika menulis cerpen, kata demi kata dengan lancar dan mudah mengalir. Bahkan semalam bisa dapat 12 lembar murni hanya untuk menuangkan khayalan demi khayalan yang Mimin rangkai dari meriset novel dan Fan Fiction. Bahkan waktu itu ketambahan dengan 5 lembar lainnya tepat sebelum tidur. Seketika lupa akan proposal yang dicoret dengan brutal oleh dosen pembimbing beberapa jam sebelumnya.

Setelah menulis itu, Mimin merenung. Mengapa hal ini tidak terjadi ketika mengerjakan skripsi, ya? Mengapa ketika menulis proposal rasanya seperti terhalang dan sulit untuk menyusun kata baku yang berbau ilmiah?

Baca Juga: Menjawab Ketepatan Analisis Perubahan dalam Hidup Manusia Pecinta Drakor: Mulai dari yang Tepat hingga yang Melenceng

Orang yang Tidak Hobi Menulis dan Malas Membaca Justru Lebih Mudah Mengerjakan Skripsi

Ilustrasi seseorang giat mengerjakan skripsi (Foto: EasyUni)

Untuk Sobat Zona yang saat ini telah berhasil merampungkan skripsi dan atau bahkan sudah mulai mengerjakan proposal meskipun tidak cekatan dalam menulis dan membaca, kudos to you, guys. Bukannya iri atau apa. Mimin malah heran dengan diri sendiri karena belum juga bisa melawan keinginan untuk merubah skripsi menjadi novel saja, karena menyusun kata demi kata ilmiah sangat sangat naudzubillah sulitnya.

Seakan-akan label “orang yang suka menulis” ini tidak ada gunanya ketika sudah berhadapan dengan skripsi. Belum lagi keluarga yang sudah menanyakan “skripsinya gimana? Kok belum? Kan kamu sudah jadi penulis. Bisa kan sambil nulis skripsi juga?”.

Kalau sudah begini, pengin rasanya mengajak mereka menjelajahi otak Mimin dan melihat betapa semrawutnya ketika mengerjakan skripsi dan betapa landainya ketika menulis artikel maupun cerpen. Dijamin, setelah itu, mungkin Mimin disuruh menjadi penulis saja selamanya dan tidak usah menyelesaikan skripsi.

Mahasiswa yang Hobi Menulis Tidak Menjamin Dirinya Bisa Lancar Mengerjakan Skripsi

Setelah membaca ulasan ini, mungkin ada Sobat Zona yang relate dengan opini ini? Mungkin ada yang juga dilabeli sebagai “orang yang suka nulis, pasti lancar skripsian” oleh teman-teman maupun keluarganya, namun tidak bisa mewujudkan ekspektasi mereka? Mari berkumpul dan tinggalkan komen di sini.

Untuk mendengar cuap-cuap opini Mimin yang lainnya, jangan lupa untuk mengaktifkan notifikasi postingan website zonamahasiswa.id ya.

Baca Juga: Perempuan Kok Jadi Pemimpin, Memangnya Bisa?

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150