Pilihan Editor

Mahasiswa Penghuni Bangku Kosong UIN SUKA

Zahrah Thaybah M 28 Oktober 2021 | 17:02:29

zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Setelah berpikir panjang, akhirnya Sans memutuskan untuk tetap stay di UIN Sunan Kalijaga alias UIN SUKA. Karena, kampus ini menarik untuk dikulik lebih dalam lagi kisah-kisah horor dan teror menyeramkannya.

Kalau dilihat-lihat, Sobat Zona banyak yang menunggu-nunggu kisah horor apalagi yang akan Sans ceritakan di kampus UIN SUKA. Meskipun termasuk kampus islami, tapi ya nggak menutup kemungkinan banyak kejadian menyeramkan yang muncul dan itu banyak dialami oleh para mahasiswanya sendiri.

Nah, biar nggak makin penasaran, sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya, agar lebih seru! Selamat membaca.

Hari ini Bondan, Erik, Agung, dan Wawan sedang ada kuliah di salah satu fakultas di UIN SUKA, Fakultas Sains dan Teknologi (SAINTEK). Keempat mahasiswa itu sekalinya rajin, nggak akan bolos matkul. Tapi, sekalinya malas langsung aja cabut ke basecamp-nya.

Tahu sendiri lah kalau cowok itu pasti punya tempat tertentu yang bisa dijadikan tempat tongkrongan. Kebetulan juga jaraknya nggak jauh-jauh amat dari UIN SUKA. Sengaja nggak mau nyebutin nama basecamp-nya di mana. Takut ada mahasiswa lain yang mulutnya ember terus ngadu ke dosen. Uppsss.

“Hoaamm, Ya Gusti ngantuk,” Agung pagi-pagi sudah menguap sambil mengucek-ngucek matanya.

“Turu jam piro kowe?” tanya Wawan sambil matanya terus menatap ke layar HP. Biasalah ML-an.

“Embuh yo, aku rak yo lali,”

“Pak Gunawan nggak ada tugas po?” tanya Erik yang daritadi nyimak sambil baca buku. Oh iya, dia adalah kutu buku di antara mereka berempat. Tapi, sama-sama badungnya kok.

Setelah itu mereka semua hening dan melakukan aktivitas masing-masing di dalam kelas. Saat itu, memang suasananya masih sepi karena mendung juga nggak tahu kesambet setan apa jam 7 kurang sudah ngampus. Padahal perkuliahan jam 9 pagi.

“Iki kabeh gara-gara Bondan ngajak kita buru-buru berangkat sampai nggak sempat nyicipin pisang goreng anget buatan Tante Ana,” Agung kembali bersungut-sungut, karena dibangunkan pag-pagi buta sama si Bondan dengan dalih mau kuliah takut telat.

Padahal kan mau nyobain pisang goreng buatan Tante Ana alias mamanya Bondan. Semalam mereka menginap di rumah cowok itu, karena nonton pertandingan bola Liverpool vs Chelsea.

Obrolan pun terus berlanjut, hingga Wawan nyeletuk, “Kalian percaya sama hantu bangku kosong nggak?”

Sontak semuanya tertawa ngakak dan menganggap pemikiran Wawan sangat kekanakan mirip bocah SD.

“Woi! Dipikir kita anak SD apa? Masih jaman begituan?” kata Erik sambil terpingkal-pingkal nggak habis pikir sama Wawan yang masih aja percaya sama hal begituan.

“Asem! Malah guyon,” kata Wawan.

Ceklek

Pintu ruang kelas pun terbuka dan seorang mahasiswi masuk. Tertawa mereka berhenti, lalu memandang ke arah mahasiswi tersebut. Tapi, keempatnya bodo amat dan lanjut mengobrol.

“Iya katanya dia suka duduk di bangku paling belakang,” lanjut Wawan.

“Ah masa sih?” Bondan tetap aja nggak percaya. Karena itu cuma ada di film-film.

Erik yang sudah selesai membaca bukunya, kemudian mengankat kepala dan matanya langsung tertuju ke arah mahasiswi tadi. Pandangan mereka bertemu. Namun, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Suasana di ruang kelas semakin dingin, karena hujan. Jam pun sudah menunjukkan pukul 08.30 tapi anehnya belum ada mahasiswa lain yang datang. Sehingga, hanya mereka berlima.

“Itu siapa sih?” tanya Bondan sambil berbisik ke teman-temannya.

“Nggak ngerti, kayaknya kating deh. Soalnya nggak pernah lihat juga,”

Anehnya, mahasiswi tersebut hanya menunduk tanpa melakukan apapun.

“Dia lagi merenung sambil mbatin ‘Pak Gunawan kok nggak datang-datang ya?’ paling,” Agung pun cekikikan sendiri.

“Hush, nggak takut mbake krungu?” kata Erik.

Tiba-tiba mahasiswi itu menoleh ke arah mereka berempat. Wajahnya datar, tapi sedikit pucat. Kemudian, tanpa disangka gadis tersebut senyum, namun ada yang aneh. Kok, senyumnya lebar banget ya? Mirip Joker gitu lah.

“Saya dari dulu di sini kok mas cuma nggak ada yang sadar aja,” mahasiswi itu nyeletuk. Sambil pandangannya menatap lurus ke arah mereka.

“Mbaknya gokil nih bercandanya,” sahut Agung.

“Lho kan dari dulu bangku itu kosong? Apa mbaknya transparan?” Bondan mencoba menimpali candaan mahasiswi itu.

“Saya selalu di sini mas, mungkin masnya nggak pernah tahu,”

“Mbak angkatan berapa?” tanya Wawan.

“Yang jelas di atas kalian dan saya selalu di sini dari dulu,” kata mahasiswi itu sekali lagi menegaskan.

Keempatnya hanya mengangguk saja. Akan tetapi, Wawan mengendus-enduskan hidungnya. Ia mencium aroma aneh seperti...darah!

“Kowe lapo to Wan?” tanya Agung yang memperhatikan Wawan.

“Anu, kok mambu anyir to?” Wawan memastikan kepada teman-temannya.

“Hah? Mosok?” kata Agung.

Lalu, Erik, Agung, dan Bondan ikut mengendus-endus. Ternyata memang aroma darah semakin pekat. Kemudian, ada bau busuk seperti bangkai juga.

“Buseeett. Ini dari mana sih asalnya? Apa jangan-jangan lupa nggak dibersihin sama Pak Suroso?”

Bruaaakk

Suara jendela yang tiba-tiba tertutup mengagetkan mereka.

Tit tit tit

Temperatur AC pun semakin menurun, padahal nggak ada yang memegang remotnya.

Lalu, mereka berempat menoleh ke arah mahasiswi itu yang ternyata kursinya semakin bergeser mendekati Agung. Karena posisinya memang hanya berjarak beberapa bangku saja dari gadis tersebut.

Tapi, bukan itu saja yang membuat semuanya tercengang, melainkan mahasiswi tersebut duduk tenang di atas kursi yang bergeser tadi.

Erik yang cepat membaca situasi pun memerintahkan teman-temannya untuk menjauh dan segera berlari ke pintu kelas. Sialnya, pintu kelas tadi tiba-tiba terkunci, begitu pun dengan jendela. Semuanya berteriak meminta pertolongan dan berusaha mendobrak pintu. Namun, hasilnya nihil.

“Anj***!! Pintunya rusak! Mbaknya makin dekat!!” teriak Bondan panik.

“Mas, katanya nggak pernah lihat saya selama ini. Saya nggak kelihatan ya? Nah, sekarang udah tahu kan?” kata mahasiswi itu yang ternyata adalah penghuni bangku kosong.

Bau anyir dan busuk pun semakin menyengat seiring mendekatnya mahasiswi tadi. Tiba-tiba Wawan, Erik, Bondan, dan Agung berteriak kencang dan wajahnya pucat pasi. Karena, bangku sekaligus mahasiswi itu melayang-layang di udara.

Mahasiswi itu pun tertawa cekikikan sambil tangannya terlihat ingin mencekik Wawan. Lalu, ia semakin mendekat, mendekat, hingga...

“Huaaaaahhh ampuuunn,” Agung langsung terlonjak kaget dan terbangun dari tidurnya. Ia baru saja mimpi buruk dan itu terasa nyata.

“As* Gung! Ngageti ae!” Wawan misuh-misuh.

Sedangkan, Agung mengusap-usap mukanya sambil menatap satu per satu temannya. Ia terlihat seperti orang linglung.

“Wanjirrr, aku mimpi setan!” setelah itu, ia bergegas memperbaiki penampilannya yang berantakan sehabis tidur tadi. Untung nggak ileran.

Agung melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya ternyata sudah pukul 09.00 dan suasana kelas pun ramai dengan mahasiswa yang sedang menunggu Pak Gunawan datang.

Sementara itu, ia masih nggak habis pikir dengan mimpinya yang seolah-olah kejadian nyata. Lalu, Agung menatap ke arah bangku kosong di pojokan kelas dan menghela nafas pelan.

Ia berusaha mengenyahkan pikiran tentang ‘sosok mengerikan’ tadi di mimpinya dan mulai fokus mengikuti perkuliahan dari Pak Gunawan sepeerti teman-teman sekelasnya yang lain.

Mahasiswa Penghuni Bangku Kosong UIN SUKA

Wah, gimana nih sama cerita Sans tentang si penghuni bangku kosong UIN SUKA? Pada emosi banget ya sama Agung? Tahan, tahan dia memang ngeselin kok orangnya. Sans mau tanya, ada nggak cerita tentang bangku kosong di kampus kalian? Share di sini dong.

Oh iya, kira-kira kampus mana lagi nih yang harus Sans kunjungi untuk menceritakan kisah horornya? Tulis komentar kalian di bawah ya.

Baca Juga: Teror Menyeramkan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN SUKA

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150