Opini

Kasus Fetish Mukena Berkedok Olshop Bermunculan, Sudah Tertutup pun Masih Dilecehkan?

Zahrah Thaybah M 20 Agustus 2021 | 17:37:33

zonamahasiswa.id - Sobat Zona tahu nggak, baru-baru ini ramai menjadi perbincangan soal fetish mukena yang korbannya terus bermunculan di Kota Malang. Tentu saja hal tersebut membuat masyarakat terheran-heran, sebab sudah berpakaian tertutup tapi kok masih dilecehkan?

Baca Juga: Kalau Bu Megawati Tetap Memilih Mbak Puan, Jangan Menyerah Mas Ganjar Kami Tetap Mendukungmu Demi Indonesia Maju!

Jangan-Jangan Ketularan Gilang

Heboh! Model Cantik di Malang Jadi Korban Fetish Mukena, Begini Ceritanya :  Okezone News
Gambar korban fetish (Foto: Okezone News)

Wah, emang ngeri sih kalau sudah menjurus ke pelecehan seksual. Karena fetish sendiri merupakan objek yang bisa membuat seseorang menjadi terangsang secara seksual. Kemudian, pelakunya bakal merasakan dorongan ingin berhubungan seksual, ketika melihat benda atau bagian tubuh manusia.

Kalian ingat nggak dulu ada yang fetish terhadap kain jarik dan sempat menggegerkan jagat maya tahun lalu? Sang pelaku bernama Gilang merasa terangsang ketika lihat orang menggunakan kain tersebut. Tapi, akibat perbuatannya tersebut ia terancam vonis hukuman 5 tahun 6 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Surabaya.

Nah, kalau sekarang justru malah model mukenah. Astaga, orang-orang kok ada aja kelakuannya. Makin lama dunia makin nggak jelas, apalagi ngirim berita semacam ini di grup keluarga besar pasti dibilang pertanda akhir zaman sudah dekat. Lah, kok jadi kemana-mana sih?

Kasus ini pertama kali muncul karena ada seorang korban berinisial JT (20) menuliskan cuitannya di Twitter. Ia juga membeberkan kronologi fetish yang berawal dari kontes kecantikan hijab yang diselenggarakan oleh salah satu instansi di Malang. Kebetulan, sponsor saat itu salah satunya berasal dari produk mukenah dari pria berinisial DA.

Seusai kontes, DA menghubungi JT untuk menawarkan pemotretan produk katalog mukena miliknya. Ia dan beberapa finalis lainnya pun menerima tawaran itu. Singkat cerita, semua foto tersebut tiba-tiba muncul di akun fetish mukenah Twitter.

Apa nggak bikin jantungan dan naik darah kalau fotonya sebagai objek fantasi seksual orang-orang tak bertanggung jawab? Lalu, si DA juga punya empat fake account, pertama untuk jualan, kedua berisi foto ciwi-ciwi bermukenah, sumbangan mukenah. Sedangkan, yang keempat digunakan oleh pelaku fetish.

Kalau kalian beda lagi, fake account untuk stalking mantan, gebetan, sampai semua orang yang berhubungan dengan mereka. Selain itu, juga buat galau-galauan kan? Hehehe.

Baca Juga: Bikin Carut Marut! DPR Stop PTN Gara-Gara Rekrut Mahasiswa Besar-besaran, Sobat Zona: Bisa Gawat nih Kalau Diterusin

Harus Berpakaian Seperti Apa dong?

Flintstones' Movie To Feature WWE Stars - YouTube
Ilustrasi kartun Mr. Flintstones (Foto: YouTube)

Sekarang, pertanyaannya adalah kita sebagai kaum wanita bingung bagaimana harus berpakaian supaya nggak menjadi korban fetish? Pakai jarik dan mukenah yang tertutup aja sudah terkena pelecehan seksual. Apalagi kalau berpakaian seperti Mr. Flintstones yang mirip seperti daster ibu-ibu.

Astaghfirullah, semakin takut buat posting foto ala ukhti-ukhti bermukenah karena habis sholat. Bukannya, apa tapi kalau nanti ada yang fetish gimana coba? Bisa gaswat, eh gawat.

Tapi, kalau semisal kalian menemukan orang yang fetish seperti itu, jangan tanggung-tanggung buat melapor ke pihak berwajib. Jangan salah lapor ke pacar, gebetan, apalagi sahabat. Karena, pasti mereka cuma marah-marah nggak terima orang terdekatnya jadi korban pelecehan. Sehingga, biar ada ujungnya ya ke polisi saja.

Kasus Fetish Mukena Berkedok Olshop Bermunculan, Sudah Tertutup pun Masih Dilecehkan?

Itulah ulasan Mimin mengenai fetish mukenah yang muncul di Kota Malang dan korbannya, pun dari kalangan model hijab. Jadi, gimana menurut kalian?

Semoga ulasan ini bermanfaat. Jangan lupa untuk terus mengikuti informasi seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan serta aktifkan notifikasinya ya. Sampai jumpa!

Baca Juga: Bahagia Tiap Mahasiswa Itu Berbeda, Lalu Mengapa Masih Dituntut untuk Mendapatkan Hasil yang Sama

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150