Berita

Curhat Pencari Kerja yang Tak Pernah Lolos Selama 3 Tahun: Tak Ada Feedback Usai Interview, Bikin Sulit Evaluasi Diri

Muhammad Fatich Nur Fadli 01 Oktober 2025 | 16:17:17

Zona Mahasiswa - Kisah pencarian kerja di Indonesia sering kali menyisakan frustrasi, terutama karena minimnya umpan balik (feedback) dari perusahaan setelah wawancara. Kondisi ini dialami oleh banyak pencari kerja, termasuk Yesi (21), lulusan SMK yang sudah tiga tahun berjuang mendapatkan pekerjaan tetap.

Baca juga: Tak Sadar Usai Mabuk Miras, Mahasiswa di NTT Dicabuli Sesama Jenis

Yesi, yang ditemui di Job Fest 2025 Jakarta Pusat, mengaku sering dipanggil interview, terakhir untuk posisi marketing di tahun 2025, namun hasilnya selalu sama: tanpa kabar lanjutan.

“(Kendala atau kurang) di-interview enggak tau juga sih, enggak pernah ada kejelasan setelah interview soalnya,” ungkap Yesi.

Tanpa feedback yang jelas, pencari kerja seperti Yesi kesulitan mengidentifikasi letak kekurangan mereka, apakah itu keterampilan, cara menjawab, atau hal lain yang perlu diperbaiki untuk kesempatan berikutnya.

Yesi berharap bisa mendapatkan pekerjaan tetap agar sang ibu tak perlu bekerja lagi di pasar. Harapan ini yang ia bawa saat mendatangi Job Fest 2025.

“Kasian saja sama ibu sih kak, sudah tua masa masih harus kerja, padahal harusnya bisa tinggal santai di rumah,” kata Yesi. Sebagai informasi, Job Fest 2025 Jakarta Pusat resmi dibuka dengan menghadirkan 36 perusahaan dan setidaknya hampir 4.000 lowongan pekerjaan di Gedung Pertemuan Pertamina, Cempaka Putih, Selasa. Job Fest akan dibuka selama dua hari hingga Rabu (1/10/2025). Program ini salah satu solusi konkret Pemerintah Provinsi Jakarta menekan angka pengangguran terbuka. Selain itu, Job Fest 2025 juga melibatkan berbagai UMKM agar para pengunjung bisa mudah mencari makan dan minum dengan harga terjangkau. “Disampaikan juga bahwa kegiatan semacam ini bisa menyerap kurang lebih 30 persen tenaga kerja yang bisa mendapatkan pekerjaan,” ungkap Wali Kota Jakarta Pusat Arifin kepada wartawan, Selasa.

Bertahan Hidup di Tengah Ketidakpastian

Selama belum mendapatkan pekerjaan tetap, Yesi terpaksa mengandalkan pekerjaan musiman sebagai sales atau SPG event, dengan upah terbesar sekitar Rp 180.000 per hari. Saat tawaran kerja sepi, ia membantu ibunya berjualan salad buah dan roti unyil di Pasar Kembang Cikini.

Yesi membawa harapan besar saat mendatangi Job Fest 2025: mendapatkan pekerjaan tetap agar ibunya yang sudah tua tak perlu lagi bekerja keras di pasar. “Kasian saja sama ibu sih kak, sudah tua masa masih harus kerja, padahal harusnya bisa tinggal santai di rumah,” katanya lirih.

Problem Klasik Rekrutmen dan Angka Pengangguran

Minimnya transparansi dalam proses rekrutmen ini bukanlah isu baru, namun memiliki dampak nyata terhadap angka pengangguran terbuka yang terus meningkat. Data BPS Februari 2025 mencatat ada 7,28 juta pengangguran, naik 83 ribu dari tahun sebelumnya, karena pertambahan angkatan kerja tidak diimbangi penyerapan pasar yang memadai.

Amalia Adininggar Widyasanti, Kepala BPS, menekankan bahwa feedback dari perusahaan dapat menjadi bekal penting bagi para pencari kerja untuk mengevaluasi diri dan meningkatkan kesiapan mereka.

Praktisi HRD, Damar Radityo (29), mengakui bahwa banyak perusahaan mempertimbangkan pengalaman kerja sebagai faktor utama. Namun, ia juga menyoroti masalah di balik layar rekrutmen:

  • Ekspektasi User Tidak Realistis: Calon atasan sering menuntut kualifikasi tinggi untuk pekerjaan sederhana tanpa menawarkan kompensasi yang layak.
  • Isu Pungli: Di kawasan pabrik, isu pungutan liar (pungli) dalam rekrutmen masih menjadi rahasia umum.

Upaya Pemerintah dan Harapan Perubahan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui job fair seperti Job Fest 2025 yang menawarkan hampir 4.000 lowongan, berupaya menekan angka pengangguran. Gubernur Pramono Anung juga menekankan pentingnya pelatihan reguler dan mobile training unit untuk bahasa asing agar pencari kerja siap menghadapi pasar global.

Secara nasional, Presiden Prabowo Subianto menargetkan tingkat pengangguran terbuka turun dari 4,76 persen pada 2025 menjadi 4,44 persen pada 2026 melalui penciptaan lapangan kerja baru.

Namun, selama perusahaan tidak meningkatkan transparansi dan memberikan feedback yang konstruktif, pencari kerja akan terus menghadapi lingkaran kebingungan, membuat upaya perbaikan diri menjadi sulit dan membebani mental mereka.

Menurut Anda, apa sanksi yang tepat bagi perusahaan yang tidak memberikan feedback kepada kandidat setelah interview?

Baca juga: Guru Cabul Suruh Siswi Onani di Sekolah Gegara Tolak Oral Seks, Korban Trauma dan Tak Mau Sekolah

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150