Berita

Anaknya Diterima 3 Universitas Top di Jawa, Ibu Ini Lebih Pilih Suap Unila Rp 500 Juta

Alif Laili Munazila 17 Februari 2023 | 15:31:47

Zona Mahasiswa - Banyak orang tua yang mengidam-idamkan anaknya bisa masuk ke perguruan tinggi ternama di Indonesia. Orang tua memiliki kebanggaan tersendiri jika anaknya bisa menjadi alumni kampus ternama. Namun berbeda dengan seorang ibu satu ini, ia menolak 3 universitas ternama yang sudah menerima putrinya dan lebih memilih menyuap Universitas Lampung (Unila).

Baca juga: Ratusan Dosen UGM Tolak Pemberian Gelar Profesor Kehormatan Untuk Pejabat Publik

Tolak Tiga Universitas Ternama Pulau Jawa

Proses peradilan kasus dugaan suap penerimaan mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) masih terus berlanjut hingga kini. Terbaru, sidang lanjutannya dilaksanakan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Tanjung Karang, Bandar Lampung pada hari Kamis (16/2) kemarin.

Dalam sidang lanjutan tersebut, salah satu orang tua calon mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Unila berinisial A dihadirkan sebagai saksi dalam sidang tersebut. A merupakan ibu dari CAL, mahasiswi FK Unila.

A mengaku dalam persidangan itu jika dirinya memasukkan putrinya ke Unila dan rela membayar uang suap Rp 500 juta. Padahal, sebelumnya sang putri sudah diterima tiga universitas ternama di Pulau Jawa.

CAL, putri A, lolos masuk di Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro (Undip), Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, dan Universitas Negeri Semarang (Unnes). Meskipun sang putri sudah lolos di tiga universitas bergengsi, A malah memilih Unila.

A ternyata memiliki alasan mengapa dirinya menolak jawaban dari tiga universitas tersebut. A beralasan jika anaknya lebih baik masuk di Unila karena jarak kampus tersebut dekat dengan rumah mereka.

Setelah diusut, ternyata kediaman A berada di belakang kampus Unila. "Rumah saya di belakang Unila, Pak. Lalu kalau di tempat (kampus) lain kejauhan karena anak saya perempuan," ungkap A.

A khawatir jika putrinya harus berkuliah yang jauh dari pengawasannya, apalagi di Pulau Jawa. Karena hal itu, A rela merogoh kocek hingga Rp 500 juta demi putrinya bisa berkuliah di Unila.

Hakim anggota Edi Purbanus menyinggung A yang rela mengeluarkan banyak uang dalam sidang kemarin. "Ibu ini banyak uang ya. Bayar sumbangan ditambah uang SPI dan UKT, total lebih Rp 500 juta," ucap Edi.

Kilas Balik Kasus

Sebelum A resmi menyuap Unila, ia sebelumnya membuat kesepakatan mengenai besarnya uang yang harus ia bayarkan. Kala itu, ia bertemu dengan Kabiro Perencanaan dan Humas (Kabiro Humas) Unila, Budi Sutomo.

A tidak sendirian bertemu dengan Budi. Ia mengaku jika pertemuan saat itu dihadiri tiga orang, ada satu orang tambahan yang bernama Ema. Bersama, ketiganya bertemu di sebuah tempat makan yang ada di Jalan Z.A Pagar Alam, Kota Bandar Lampung.

Dalam pertemuan 'santai' itu, Budi menanyakan kepada A apakah dirinya bisa menyumbangkan uang "infak" sebesar Rp 300 juta. Uang "infak" itu dimintanya untuk pembangunan Gedung Lampung Nahdliyin Center (LNC) yang berlokasi di Kota Bandar Lampung.

Namun, A saat itu mengatakan jika dirinya tak mempunya uang senilai Rp 300 juta. Ia berkata pada Budi jika dirinya hanya memiliki uang Rp 200 juta pada saat itu.

"Saya bilang, kalau Rp 300 juta enggak ada, tapi kalau Rp 200 juta saya ada dan siap menyumbang," ucap A dalam persidangan.

Sebelumnya, A diketahui sudah membayar uang kepada Budi Sutomo sebesar Rp 500 juta yang terdiri dari uang SPI hingga UKT putrinya.

Anaknya Diterima 3 Universitas Top di Jawa, Ibu Ini Lebih Pilih Suap Unila Rp 500 Juta

Itulah ulasan mengenai kasus seorang ibu yang lebih memilih menyuap uang Rp 500 juta demi putrinya bisa masuk ke Unila, padahal sang putri sudah diterima di tiga universitas ternama di Pulau Jawa.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: 320 Mahasiswa Universitas Udayana Kecewa Dana Sumbangan 3,8 Miliar Dikorupsi, Buat Apa?

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150