Berita

Penjelasan Dokter Tirta Mengenai Nilai IPK Tinggi itu Tidak Penting, Kesuksesan Ditentukan Empat Faktor

Muhammad Fatich Nur Fadli 14 Agustus 2024 | 14:37:53

zonamahasiswa.id - Pendapat dr.Tirta terkait nilai IPK tinggi tidak penting. Menurutnya, keberhasilan seseorang didukung beberapa faktor lainnya. 

Baca juga: Keren Banget! ITS Catatkan Rekor Muri Lewat Karya Catra Warna Maba, Paper Mob Terbesar Konfigurasi 5.500 Maba

Nilai Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK menjadi momok menakutkan bagi setiap mahasiswa. Lantaran masih banyak yang beranggapan nilai IPK sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang. 

Pada akhirnya mempengaruhi mahasiswa kerap menghalalkan berbagai cara untuk memperoleh IPK tinggi. Harapannya supaya bisa mencari pekerjaan lebih mudah setelah lulus. 

Bagi seorang mahasiswa, nilai IPK yang tinggi tentu sangatlah penting ya, ini bisa jadi rujukan kalau dirinya adalah manusia berbakat yang patut dibangga-banggakan. Namun ada lho yang bahkan menganggap sesuatu idaman pelajar sekolah tinggi tersebut, malah dikatakan sebagai hal yang nggak terlalu penting.

Ialah dr. Tirta, seorang dokter yang telah berpengalaman, mengungkapkan bahwa nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi tidaklah penting. Menurutnya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh IPK, tetapi ada beberapa faktor lain yang ikut berperan. 

Banyak mahasiswa yang terobsesi dengan IPK tinggi karena mereka percaya bahwa nilai tersebut akan mempengaruhi kesuksesan mereka di masa depan. Akibatnya, mereka kadang-kadang menggunakan cara yang tidak terpuji untuk mencapai IPK yang tinggi, hanya agar dapat dengan mudah mencari pekerjaan setelah lulus

Menurut dr. Tirta masalah IPK perlu diluruskan, tidak semua perusahaan membutuhkan nilai IPK sebagai syarat kualifikasi penerimaan karyawan, hal tersebut akan terpakai jika ada tiga hal.

Pertama tenaga kesehatan, karena para mahasiswa harus menyerap ilmu yang ada. Jadi ilmunya harus terserap dengan baik, supaya tepat saat sedang mendiagnosa suatu penyakit dan jika nilai IPK buruk, kemungkinan salah diagnosa lebih rentan bisa terjadi.

Kedua adalah dosen, guru dan pengajar, karena tugas mereka untuk menyalurkan ilmu yang sebelumnya sudah didapatkan saat dibangku kuliah.

Ketiga adalah peneliti, dimana tugasnya adalah meneliti hal baru yang akan dibagikan kepada khalayak umum melalui jurnal.

Selain itu, profesi seperti arsitek atau akuntan akan jarang ditanyakan mengenai nilai IPK, yang terpenting adalah pengalaman.

"IPK itu penting sebagai bentuk tanggung jawab kita menyerap ilmu, kalau untuk faktor kesuksesan itu yang penting tiga hal," jelas pria dengan nama Tirta Mandira Hudhi.

"Pertama networking, kedua chanel pekerjaan, ketiga privilege, empat keberuntungan."

"IPK itu nomor-nomor bawah, IPK mu 3.9 tapi kamu jarang nongkrong, di rumah terus, gak punya loker (info lowongan pekerjaan). Masa salahnya IPK."

Dalam hal tersebut pria kelahiran 30 Juli 1991 ini, mengambil contoh Gibran yang tidak meraih nilai IPK cumlaude tapi bisa mengajukan diri menjadi wakil presiden.

"Tapi harus ada tempat itu, ini enggak ngerujak (menyindir Gibran), bisa jadi motivasi loh. Ini artinya walaupun IPK mu 2.5, 2.7 itu tidak menghalangi mimpimu di masa depan."

"Karena faktanya, selama aku liat HRD nggak ada yang tanya IPK mu berapa. Mereka cuma tanya tiga hal, kamu kampus mana, sekolah berapa tahun, terus pengalaman kerjamu apa aja," jelas dr. Tirta.

Predikat Cumlaude, dr. Tirta Lulus Magister ITB 1,5 Tahun: Ilmu Penting Diterapkan pada Realita

dr. Tirta (Tirta Mandira Hudhi) lulus program magister Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan waktu studi 1,5 tahun. Beliau meraih predikat cumlaude.

Saat berkuliah, Dr. Tirta mengambil program studi Magister Administrasi Bisnis, di Sekolah Bisnis dan Manajemen, ITB Kampus Jakarta. Setelah lulus, beliau resmi meraih gelar Master of Business Administration (M.B.A.) dengan tesis berjudul "The Effect of Micro and Macro Brand Ambassador Related to Soft and Hard Selling Language on Purchase Decision of Piero Shoes in Jakarta, Indonesia".

Usai mengikuti Sidang Terbuka Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2023/2024 untuk program doktor, magister, dan sarjana di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Sabtu (27/4/2024), dr. Tirta mengatakan alasan dirinya berkuliah di ITB. "Program MBA SBM ITB di Jakarta dan jurusannya relate dengan kegiatan, bisnis, dan kerjaan yang saya lakukan selama ini," katanya.

Beliau berbagi cara cepat lulus kuliah dengan nilai bagus, yakni mengikuti alur, lebih awal mempersiapkan topik yang akan dijadikan tesis, dan manajemen waktu.

"Pertama, mengikuti alur saja. Poin kuncinya kalau di S2 selain merhatiin kuliah kan di tesisnya ya, final project, dan itu harus publish (jurnal). Kalau bisa, ketika kita di semester satu atau saat kita masuk S2, kita sudah tahu ketertarikan atau final project-nya di bidang apa. Kebetulan saya suka di bidang digital marketing analysis dan ingin melihat relasi antara sepatu sama influencer, apakah berpengaruh atau tidak," katanya.

dr. Tirta mengatakan, topik tersebut sudah dikonsultasikannya sejak semester satu. Ketika memasuki semester tiga, proses pembuatan final project dapat berlangsung dengan cepat. Selain itu, beliau pun menerapkan manajemen waktu yang baik meski bekerja di luar waktu kuliah. Walhasil, tugas kuliah dapat diselesaikan dan pekerjaan tetap berjalan.

Selama berkuliah, beliau memiliki pengalaman berkesan. Salah satunya pengalaman berkuliah bersama Nila Armelia Windasari, S.A., M.B.A., Ph.D., dari Kelompok Keahlian Strategi Bisnis dan Pemasaran.

"Saya paling berkesan dengan Bu Nila. Bu Nila adalah dosen pembimbing saya sekaligus guru saya di semester satu. Beliau itu membuat saya revisi total sampai belasan kali. Tapi revisi itu tercermin baik di hasil ujiannya, saya bisa bagus. Bu Nila sempat ber-statement bahwa final project itu merupakan awal karena ke depannya job saya as a consultant dan pengusaha sering relate dengan tesis saya, yaitu dengan marketing analysis. Apa yang disampaikan oleh Bu Nila itu bukan hanya di bidang pendidikan saja, tetapi juga sangat bermanfaat bagi bisnis saya. Saya sering konsul juga masalah ke beliau, itung-itung konsul gratis," katanya.

dr. Tirta pun berbagi pesan terkait pentingnya penerapan ilmu selama berkuliah di kehidupan. Baginya, waktu lulus itu nomor dua, yang pertama adalah penerapan ilmunya.

"Karena S2 ini kan sebenarnya kita praktik, kita menerapkan teori yang kita pelajari selama di kuliah di dalam kerjaan sehari-hari. Mau kalian lulus tercepat pun kalau kalian tidak bisa menerapkan ilmu itu di realita sama saja percuma. Sebisa mungkin apa yang disampaikan dosen, berapa pun IPK-nya, sesuai dengan syarat ya, yang penting itu bermanfaat bagi realitanya. Jangan sampai kita S2 itu hanya mejeng gelar doang, tapi ilmunya tidak bermanfaat," ujarnya.

Setelah lulus S2 di ITB, dr. Tirta berencana untuk melanjutkan kuliahnya, baik program magister di perguruan tinggi lain dan program doktor di ITB. "Habis ini masih ngambil S3, rencananya di ITB lagi. Disertasinya di health dikaitkan dengan digital marketing sama AI," katanya.

dr. Tirta mengatakan, kehadiran ITB Kampus Jakarta sangat membantu dan sesuai dengan kebutuhan saat ini. "Itu sangat membantu dan saya berharap untuk prodinya akan ditambah lagi. Moga-moga ITB bisa mengembangkan sektor health-nya seperti di luar, kan ada marketing health management sehingga nanti semakin luas dan banyak dokter yang semakin paham di bidang manajerial," tuturnya.

Penjelasan Dokter Tirta Mengenai Nilai IPK Tinggi itu Tidak Penting, Kesuksesan Ditentukan Empat Faktor

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Berkat Doa Ibu & Semangat Juang! Veddriq Leonardo Raih Medali Emas Panjat Tebing Olimpiade Paris 2024

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150