Pilihan Editor

Misteri Suara Ketukan Pintu Hantu Sebelah di Asrama IPB

Zahrah Thaybah M 12 April 2022 | 18:45:11

zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Sans balik lagi nih dan bakal menemani kalian dengan cerita horor di berbagai kampus. Kali ini Sans akan mnegajakmu ke Institut Pertanian Bogor (IPB).

Masih di Jawa Barat, kampus ini didirikan pada tanggal 1 September 1963. Namanya pun sudah melambung tinggi sebagai salah satu pelopor perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Nggak heran juga sih kalau termasuk pencetak akademisi luar biasa.

Serba-serbi tentang IPB memang menarik untuk dikulik lebih dalam. Tapi, di balik itu semua siapa sangka kalau IPB mempunyai cerita horor yang dialami oleh masyarakat kampusnya terutama mahasiswa. Hampir di setiap sudut kampus tersimpan beragam kisah mengerikan dan bahkan menjadi urban legend.

Seperti yang paling terkenal adalah hantu setengah badan atau yang dikenal dengan hantu sebelah. Sosok mengerikan itu sering meneror mahasiswa di Asrama IPB.

Oke langsung saja, biar Sobat Zona nggak penasaran sama cerita ini, yuk Sans mulai ceritanya. Eh, tetap ingat sebelum membaca aktifkan mode horonya terlebih dahulu ya supaya lebih seru! Selamat membaca.

Krik..krik..krik

Suara serangga terdengar nyaring menjelang malam hari. Kala itu, mahasiswa baru IPB memang menempati asrama selama beberapa semester. Kapasitasnya pun bisa muat untuk ribuan mahasiswa. Luamyan itung-itung nggak usah ngekos, hemat duit.

"Aduh capek banget," Gema merebahkan dirinya di ranjang. Rasanya punggungnya lega bisa bersitirahat setelah hampir seharian mengikuti rentetan perkuliahan. 

Hari ini memang kegiatan kampus cukup padat. Biasalah, menginjak tahun pertama masih riweuh-riweuh nya sampai hampir stres. Aduh lebay banget deh.

"Akhirnya badan gue bisa nyentuh kasur yang adem ini," sambil memejamkan mata, Erin menggosok-gosokkan tangannya ke permukaan kasur. Sedangkan, Juli dan Maya langsung ngacir ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di antara mereka berempat, Juli dan Maya lah yang paling bersihan. Bukannya Erin dan Gema jorok. Tapi, kalau dihitung pakai persentase masih kalau jauh 60 persen dibanding keduanya.

Gerah banget, tapi kaki berat buat ngelangkah ke kamar mandi," kata Gema yang sekarang malah memeluk guling hampir terlelap.

Merasa tak mendapatkan sahutan, ia melongokkan kepalanya dan ternyata temannya itu pelor sekali. Sudah tertidur nyenyak. Gema menghela nafas memaklumi.

"Woi, mandi dah lu pada. Jorok banget sih langsung ke kasur!" baru keluar kamar mandi dan menggosok rambutnya yang basah, Juli udah ngomel aja.

"Ssstt 5 menit deh Jul. Jangan kayak nyokap deh," kata Erin.

"Yee semprul. Kagak risih apa masih pake kemeja pula, sepatu masih nyantol, kaos kaki lo tuh bau jengkol," kali ini Maya melemparinya dengan boneka karakter Lilo & Stitch.

Sontak keduanya pun menjerit karena aksi rebahannya terganggu oleh omelan dua temannya yang sangat menjaga kebersihan itu.

Setelah membersihkan diri, kini Erin, Gema, Maya, dan Juli duduk melingkar sambil bercanda ria. Bergosip tentang anak jurusan lain kesurupan tempo hari, Mila si anak genit yang caper lewat asrama putra, hingga ke topik yang agak sensitif kalau dibahas malam hari. Apalagi kalau bukan tentang hantu sebelah di asrama.

"Alah tahayul tuh. Mana ada," Maya mengibaskan tangannya tanda nggak percaya.

"Ck! Ini anak dibilangin nggak percaya," kata Gema memutar bola matanya.

"Muke gile. Seyakin itu emang lo udah pernah liat sendiri?" tanya Juli penasaran. Kayaknya dia 11-12 sama Maya deh. Terlalu logis.

"Ya enggak. Bisa mati berdiri gue kalo beneran," jawab Gema. Sedangkan, Erin pun nyimak sambil makan kacang pilusnya seperti menikmati perdebatan di antara teman-temannya.

Lalu, Juli dan Maya mencibir. Keduanya heran kenapa Gema begitu menggebu-gebu menceritakan makhluk itu. Mana ngebahasnya malam-malam dalam keadaan asrama cukup sepi. Hanya beberapa kamar tersisa yang ada penghuninya. Tapi, kan di ujung sana.

“Terus-terus ada nggak di sini yang pernah liat si apa tuh sebelah-sebelah?” tanya Erin.

“Kalo itu gue kurang tau ya. Tapi, dengar dari anak-anak lain angkatan atas kita sering ditampakin gitu,” jelas Gema. Ketiga temannya yang lain hanya ber-oh ria.

Konon katanya, sosok hantu sebelah itu cuma setengah doang badannya. Jadi, tanpa kaki dan wajahnya sangat mengerikan.

“Kalian kenapa sih daritadi ngeributin cerita-cerita aneh? Nggak faedah sama sekali. Yang ada malah bikin ketakutan sendiri kayak orang gila,” kata Juli diplomatis.

Jujur saja Juliana Tampubolon sudah jengah dengan pembahsan mereka malam ini. Sudah tahu itu cerita horor masih aja diributin. Akhirnya, ia beranjak ke kasurnya dan bermain hp.

Wush..wushh..wusshh

Angin bertiup cukup kencang dan menggoyangkan korden di kamar asrama mereka.

“Rin..Rin.. minta tolong dong tutup kordennya. Kenceng banget tuh angin,” kata Maya.

Kemudian, Erin pun beranjak dari posisinya dan berjalan menuju jendela.

BRAAKKK

Belum apa-apa terdengar bunyi gebrakan yang cukup keras. Keempatnya pun terkejut bukan main. Setelah dilihat ternyata, jendela kamar tiba-tiba tertutup rapat. Mungkin karena tertiup angin.

Juli segera mengunci jendela, mencegah angin kembali bertiup. Bisa repot kalau roboh. UKT mahal coy.

“Anjirr susah banget sih,” Erin berusaha untuk mengunci jendela. Slotnya memang sudah karatan, tapi kemarin nggak sesulit ini kok.

“Kenapa Rin?” Juli melihat temannya itu yang kesulitan.

“Slotnya susah banget kekunci. Lo bisa tolong bantuin gue?” pinta Erin.

Tanpa berlama-lama Juli bergegas menghampiri Erin, membantu temannya itu. Beberapa menit detik kemudian sudah terkunci dengan sempurna.

BRAAKKK

Keduanya langsung menoleh ke arah jendela. Seperti ada yang menimpuk jendela itu dari luar. Kalau terbuka lagi nggak mungkin, karena keadaannya sudah tertutup rapat.

Suasana menjadi hening seketika. Pandangan empat gadis itu terpaku ke jendela.

“EH APA TUH?!” pekik Gema kaget membuyarkan keterkejutan mereka. Juli dan Erin hanya mengedikkan bahu sambil menenangkan teman-temannya.

Sambil berusaha mencairkan suasana yang sempat mengagetkan, Maya pun bercerita tentang masalah pribadinya. Katanya sih sang ibu sempat mimpi buruk, mangkanya tadi pagi langsung menelponnya cukup lama.

“Hmm.. udah posthink aja. Namanya juga orang tua pasti khawatir sama anaknya. Apalagi emak lo kan di Jambi sana,” Juli menenangkan Maya. Ia pun hanya menghela nafas panjang dan mencoba berpikir positif.

Tok..tok..tok

Suara pintu kamar asrama diketuk. Keempatnya saling berpandangan sambil menyiratkan tatapan ‘siapa itu?’

Bulu kuduk mereka merinding, tubuhnya bergetar. Satu yang ada di pikiran mereka bagaimana jika itu bukan manusia?

“Guys, kalian ada janjian nggak sama anak asrama lain?” tanya Gema. Sontak ketiganya menggeleng kompak.

Tok..tok..tok

Tanpa pikir panjang, Maya membuka pintu secara perlahan.

Krieeett

“Maaf mbak siapa ya?” tanya Erin sambil menatap sosok pengetuk pintu di depannya.

“Saya dari sebelah...” jawabnya sambil terkikik mengerikan.

DEG! AAAAAAAAA

Alangkah terkejutnya di hadapan mereka adalah sosok yang tadi dibicarakan. Hantu sebelah!!!

Kini otak mereka tak sanggup berpikri jernih membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Nyatanya di hadapan Erin, Gema, Juli, dan Maya adalah sosok hantu sebelah yang digadang-gadang sering menampakkan diri di asrama tersebut. Tubuhnya gemetar hebat, mulutnya terkatup rapat.

Sementara sosok itu semakin mendekatinya, tubuhnya tidak menapak tanah. Karena tidak memiliki kaki.

“I-i-itu..b-bb-bbadannya..nggak ada setengah!!” kata Gema terbata-bata sambil menunjuk makhluk di depannya.

“Rr-rin..” ia meremas lengan Erin di sampingnya berharap ini semua adalah mimpi buruk. Namun, itu semua nyata terbukti dengan wajah Maya dan Juli berubah pias.

Mereka berempat pucat pasi dan bingung harus melakukan apa.

“Jul..jul..sekarang lo tenang dan coba tutup pintunya pelan-pelan okay,” ujar Gema lirih takut terdengar oleh makhluk tersebut.

Juli tak sanggup berkata-kata. Ia hanya menggelengkan kepala ketakutan sambil menahan isak tangis. Ini adalah kejadian mencekap seumur hidupnya.

“J-jul please,” pinta Gema sekali lagi.

Menarik nafas perlahan, Juli memberanikan diri untuk maju untuk menutup pintu kamar.

Srekk..srekk..srekk langkahnya terdengar menyerert. Sekuat tenaga menggerakkan kakinya.

Hingga kemudian...

BLAM! AAAAAAAAAAA

Keempatnya berteriak panik, ketakutan, dan menangis lantaran tak mampu berbuat apapun. Satu kata untuk menggambarkan gadis-gadis itu. Linglung. Mereka sangat ketakutan dan terjaga hingga pagi menyapa.

Misteri Suara Ketukan Pintu Hantu Sebelah di Asrama IPB

Hmm, entah ada yang percaya atau nggak dengan cerita tersebut tergantung kepada masing-masing individu.

Bagaimana menurut Sobat Zona, ada yang punya kisah sama seperti keempat gadis itu? Kalau ada, yuk sharing sama Sans. Nah, kalau menurut Sobat Zona kampus mana lagi ya yang harus Sans ulas tentang cerita horornya? Tulis di kolom komentar ya.

Baca Juga: Penampakan Mengerikan Penunggu Pohon di Pusat Kajian Humaniora Unpar

 

 

 

 

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150