zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Gimana kabarnya hari ini? Semoga baik dan sehat selalu ya. Sans balik lagi nih menemani kalian dengan cerita horor di berbagai kampus. Kali ini Sans akan membawa kalian ke Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).
Salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia ini resmi berdiri pada 17 Januari 1955 yang terletak di Kota Bandung. Sebelum itu, kampus ini bernama Akademi Perniagaan menjadi Universitas Katolik Parahyangan. Cerita tentang dinamika perkuliahan hingga terselip kisah horor kampus ini sangat menarik untuk dikulik.
Salah satunya yang dikenal mahasiswa Unpar adalah penunggu pohon yang berada di Pusat Kajian Humaniora. Kabarnya banyak mahasiswa yang pernah melihat sosok hantu wanita itu di pohon dekat Fakultas Hukum tersebut. Sosoknya yang sering menampakkan diri membuat sejumlah mahasiswa merasa ngeri ketika lewat pohon itu.
Oke langsung saja, biar Sobat Zona nggak penasaran cerita penampakan penunggu pohon di Pusat Kajian Humaniora Unpar. Yuk, Sans mulai ceritanya! Eh, tetap ingat sebelum membaca aktifkan mode horonya terlebih dahulu ya supaya lebih seru. Selamat membaca.
Hari itu seperti biasa, Aiden mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum. Ia masuk kelas dengan suasana yang nggak seperti biasanya. Biasanya banyak mahasiswa yang ribet dengan tugas atau presentasi, kini sunyi senyap. Mereka menunduk fokus dengan ponsel masing-masing.
"Aiden," panggil Rona.
"Kenapa?" tanya Aiden sembari meletakkan tasnya di meja.
"Yaelah cuek amat lu, sini deh ada yang mau gue omongin," ucapnya.
Tanpa basa-basi, manusia kulkas itu segera menghampiri Rona yang hanya berjarak tiga tempat kursi mahasiswa lain. Rona meminta Aiden membungkuk dan mendekatkan telinganya.
"Temenin gue ngerjain tugas ntar," bisik Rona dengan cengegesan.
Alih-alih menjawab, Aiden menatap Rona dengan dingin dan kembali ke tempat duduknya. Sementara Rona tersenyum mengejek melihat sikap teman SMA-nya itu.
Seperti biasa, dosen memulai kelas dari materi yang membuat keduanya mengantuk. Materi kali ini tentang surat-menyurat, entah kenapa membuat Aiden merasa sangat malas mendengarkan penjelasan dosen.
"Fokus menyimak, bukan malah melamun dan mikir hal lain!" ucap dosen dengan tegas.
"Baik pak," seru mahasiswa.
Sambil menguap, Rona melihat punggung Aiden yang ada di depannya. Sepintas ia berpikir bagaimana caranya menaklukkan sang manusia es itu.
"Ah apaan sih gue, mikir kek gitu lagi. Cuma temen Rona," batinnya sambil mengelus dada.
Rona menunduk menuliskan sesuatu, sementara telinganya mendengar obrolan teman sebelah yang lagi ngomongi penunggu kampus. Karena kepo, Rona menyibakkan rambutnya dan membuka lebar-lebar pendengarannya.
"Gila hot news banget nih, anak fakultas sebelah katanya ada yang lihat mbak-mbak penunggu pohon deket Pusat Kajian Humaniora," tuturnya.
"Gue juga denger anj*r, mana ntar kelas kita sampe malem lagi. Merinding nggak tuh," balas mahasiswa lain.
Seketika Rona mengernyitkan dahi dan diam-diam meraih ponsel kemudian mengirim pesan teks ke Aiden.
"Den katanya di pohon deket fakultas ada penunggunya, cewek lagi. Mau nemenin ke sana nggak?" bunyi pesan Rona.
"Gila lu," balas Aiden.
"Gue nggak mau tahu, pokoknya lu harus nemenin gue nongkrong di bawah pohon itu sampe malem kalau perlu," tegas Rona.
Aiden hanya membalas pesan Rona dengan stiker jempol, sontak membuat temannya menyungging seulas senyumnya. Diam-diam Rona terkekeh membaca jawaban Aiden.
"Rona! Kalau masih nggak bisa diam, kamu keluar dari kelas saya!" ancam dosen padanya.
"Baik pak," balas Rona dengan cuek.
Setelah dua jam berlalu, kelas dosen yang menurut Rona menyebalkan berakhir. Ia segera berkemas dan menghampiri temannya Aiden.
Plak..
Rona menepuk bahu Aiden dengan kerasnya, sampai-sampai ia menyipitkan mata menahan sakit. Meski nggak marah, Aiden berjalan terlebih dahulu meninggalkan Rona.
"Den.. Kok gue ditinggalin sih?" rengek Rona.
Aiden berjalan lurus dengan muka datar, diikuti dengan Rona yang di belakangannya tersenyum sedang bernyanyi ria. Setelah keluar dari gedung fakultasnya, ia berjalan menuju tempat duduk dekat pohon di Pusat Kajian Humaniora.
Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam namun untungnya suasana kampus masih ramai lalu lalang mahasiswa. Rona melirik Aiden yang sedang sibuk dengan ponsel, sementara dirinya memegangi perut tanda kelaparan.
Akhirnya ia memutuskan buat beli bakso terlebih dahulu, tepatnya di mamang langganan mereka. Ketika itu, Rona nyeletuk tentang kejadian mahasiswa yang katanya melihat hantu penunggu pohan di sana.
"Den," celetuk Rona.
"Hmm," balas Aiden.
"Lu pernah hantu cewek di pohon deket fakultas itu?" tanyanya.
"Kagak, ngapain juga hantu nemuin gue," canda Aiden.
"Yeee malah becanda nih bocah. Serius Den gue nanyanya," kata Rona.
"Gue juga serius daritadi," ucapnya dengan wajah serius.
Seketika Rona diam, pandangannya mengarah pada pohon itu. Sekejap ia mendongak ke atas memeriksa pohon yang rimbun dengan dedaunan.
"Udah jangan diliatin mulu tuh pohon," samber Aiden seraya mengunyah bakso.
Mata elang Rona menatap dengan sinis kata-kata Aiden. Setelah kenyang dengan bakso itu, mereka kembali lagi ke tempat tongkrongan tadi.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Suasana sekitar gedung itu sudah mulai sepi, banyak mahasiswa yang memutuskan balik ke kosan masing-masing.
Sementara Rona kembali mendongak ke atas melihat yang katanya penunggu pohon. Sedangkan Aiden mendengarkan musik dan sibuk dengan game ponselnya.
Karena merasa bosan, Rona menyanyikan lagu favoritnya. Tulus berjudul Gajah itulah lagu kesukaan Rona.
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu di situasi rela jadi tamengku
Rona menamatkan nyanyiannya itu, sembari mendongakkan kepalanya lagi. Entah apa yang ia lihat, mata elangnya itu kembali mencari-cari mangsanya.
Tiba-tiba saja, angin berhembus kencang menyerbak kemeja yang dikenakan Aiden. Ia bergidik ngeri menatap Rona yang ada di sebelahnya.
"Den gue merinding," kata Rona.
Aiden mengangguk mengiyakan, seperti membenarkan omongan Rona. Mereka pun celingukan melihat situasi sekitar.
Deg!
"Lu denger sesuatu gak?" tanya Aiden dengan serius.
"Denger, suara cewek lagi nyanyi persis kek lagu yang gue nyanyiin tadi," bisiknya.
Bulu kuduknya merinding seketika, Rona memberanikan diri mendongak ke atas. Ia memberikan aba-aba pada dirinya.
"Satu.. dua.. tiga," batinnya.
AAKKHHH
"Den.. Astagfirullah apaan tuh," tunjuk Rona.
"Mana? Nggak ada apa-apa," kata Aiden dengan was-was.
"Ada den, mbak itu," ucapnya dengan ketakutan.
Rona berdiri dan segera berkemas, begitu pula dengan Aiden yang mengikutinya. Mereka berdua jalan cepat ketika melewati pohon itu. Tepat di depan pohon, kembali terdengar..
Hihihihi
Suaranya sangat nyaring dan terdengar keras di telinga Rona dan Aiden. Mereka berdua saling tatap dan memandang satu sama lain, seperti mengisyaratkan sesuatu.
Mereka mendongak ke atas, melihat sosok penunggu yang selama ini menampakkan diri ke mahasiswa.
Wanita berbaju putih lusuh dengan rambut panjang yang lusuh pula. Matanya melotot ke arah Rona dan Aiden.
Sontak mereka diam, tubuhnya bergetar. Rona mencoba meraih tangan Aiden yang membeku untuk berlari. Namun..
"Kalian bisa liat ya," suara ngeri cewek itu diikuti tawaan khas kuntilanak.
Bruk..
Baik Aiden maupun Rona terduduk lemas dan masih mendongakkan kepalanya menatap sosok penunggu itu. Rona yang nggak kuat dan terlalu syok, akhirnya ia pingsan.
TOLONGG!!
Aiden berteriak dengan kencang, berharap ada mahasiswa lain yang menolong mereka. Nggak lama kemudian, sorot lampu sepeda motor mengarah ke mereka berdua.
Ia menceritakan semua kejadian tadi dan segera meninggalkan tempat menyeramkan tersebut. Dari situ, cerita Aiden dan Rona berkembang menjadi turun temurun. Hingga banyak yang melihat penampakan wanita penunggu pohon gedung tersebut.
Penampakan Mengerikan Penunggu Pohon di Pusat Kajian Humaniora Unpar
Hmm, entah ada yang percaya atau nggak dengan cerita tersebut. Bagaimana menurut Sobat Zona, ada yang punya kisah sama seperti Rona dan Aiden? Kalau ada, yuk sharing sama Sans. Nah, kalau menurut Sobat Zona kampus mana lagi ya yang Aiharus Sans ulas tentang cerita horornya? Tulis di kolom komentar ya.
Baca Juga: Si Cantik Noni Belanda Penunggu Unisba
Komentar
0