Berita

Banjir Bikin Dunia Merugi Ribuan Triliun, Indonesia Masuk Zona Merah!

Muhammad Fatich Nur Fadli 28 November 2025 | 17:42:51

Zona MahasiswaSobat Zona, kabar duka kembali menyelimuti Tanah Air di penghujung tahun 2025 ini. Cuaca ekstrem yang tak kenal ampun telah mengubah wajah sebagian wilayah Sumatra menjadi lautan lumpur dan air mata. Bukan sekadar genangan biasa, hujan deras yang memicu banjir bandang dan tanah longsor ini telah merenggut puluhan nyawa saudara kita.

Berdasarkan data terbaru yang dirilis Polda Sumatra Utara (Sumut) pada Kamis (27/11/2025), angka kematian terus bertambah. Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Ferry Walintukan, mengonfirmasi fakta yang bikin merinding: 43 orang meninggal dunia. Angka ini melonjak dari data sebelumnya yang mencatat 34 korban jiwa.

Baca juga: Pejuang Skripsi Wajib Ngerti Hal Ini! Apalagi yang Penelitiannya Kualitatif

Tragedi ini bukan kejadian tunggal, melainkan sinyal keras bahwa Indonesia dan dunia sedang menghadapi krisis iklim yang nyata dan mematikan.

Sumatra Menangis: Kronologi Bencana di Empat Kabupaten

Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur sejak Senin (24/11/2025) menjadi mimpi buruk bagi warga di empat kabupaten di Sumatera Utara: Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.

Dampak Kerusakan:

  • Tapanuli Selatan: Lebih dari 2.000 warga dipaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
  • Tapanuli Tengah: Banjir melumpuhkan sembilan kecamatan sekaligus, menenggelamkan 1.902 unit rumah. Bayangkan, ribuan keluarga kehilangan tempat bernaung dalam sekejap.

Di Kabupaten Humbang Hasundutan, air bah datang bak monster di malam hari (25/11). Lima warga ditemukan tak bernyawa terseret arus deras, sementara empat lainnya masih hilang, menyisakan ketidakpastian yang menyiksa bagi keluarga yang ditinggalkan.

Tak berhenti di Sumut, Kota Solok, Sumatera Barat, juga kena imbasnya. Sungai Batang Lembang dan Batang Gawan meluap, ditambah banjir kiriman, membuat pemukiman warga terendam dan aktivitas lumpuh total.

Merespons situasi yang makin kacau, Gubernur Aceh Muzakir Manaf resmi menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan longsor selama 14 hari ke depan, terhitung mulai Kamis (27/11/2025). Langkah ini diambil karena infrastruktur vital seperti jaringan komunikasi telah terputus total.

Fenomena Global: Cuaca Ekstrem Hajar China hingga Amerika

Kalau kamu pikir ini cuma masalah "nasib buruk" Indonesia, kamu salah besar, Sobat Zona. Tahun 2025 mencatatkan dirinya sebagai tahun di mana air menjadi musuh utama di berbagai belahan dunia.

  • China (Juli 2025): Provinsi Henan, Hubei, dan Guizhou dihajar banjir hebat. Puluhan jiwa melayang, dan puluhan ribu orang harus dievakuasi.
  • Amerika Serikat (Juli 2025): Texas Tengah, yang biasanya identik dengan panas, tiba-tiba diterjang banjir bandang.

Ketidakpastian iklim ini bukan kebetulan. Ini adalah dampak langsung dari pemanasan global. World Meteorological Organization (WMO) dalam laporannya "State of the Global Climate 2024" memberikan prediksi yang ngeri: Suhu rata-rata global antara 2025-2029 diperkirakan naik 1,2°C hingga 1,9°C di atas level pra-industri (1850-1900).

Artinya? Bumi makin panas, es mencair, air laut naik, dan siklus hujan jadi makin ekstrem. Ada peluang 80?hwa tahun-tahun mendatang akan lebih panas dari rekor 2024.

Kerugian Ekonomi Gila-gilaan: Rp 68.943 Triliun Lenyap!

Bencana banjir tidak hanya membunuh manusia, tapi juga membunuh ekonomi. Laporan Climate Risk Index 2025 menampar kita dengan fakta yang bikin dompet negara manapun gemetar.

Dalam tiga dekade terakhir, dunia mengalami lebih dari 9.400 peristiwa cuaca ekstrem. Total kerugian ekonominya? Mencapai US$ 4,2 triliun. Jika dikonversi ke Rupiah, angkanya bikin pusing: sekitar Rp 68.943 triliun!

Tiga "aktor" utama penghancur ekonomi ini adalah badai, gelombang panas (heatwave), dan rajanya bencana: BANJIR.

Banjir berdampak pada 2,91 miliar orang di seluruh dunia dalam 30 tahun terakhir. Ketika banjir melanda, pabrik tutup, sawah gagal panen, distribusi logistik putus, dan infrastruktur hancur lebur.

Fakta Pahit: Banjir Memiskinkan Si Miskin

Data dari World Bank mengungkap realitas ketimpangan yang menyedihkan. Sekitar 1,81 miliar orang (23% populasi dunia) terpapar risiko banjir langsung.

Yang bikin hati miris, bencana ini paling kejam terhadap mereka yang ekonominya lemah:

  • 780 juta orang yang terpapar banjir hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 5,50 per hari.
  • 170 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem (kurang dari US$ 1,90 per hari).

Singkatnya: 4 dari setiap 10 orang yang terancam banjir di dunia ini hidup dalam kemiskinan. Bencana alam bukan sekadar fenomena alam, tapi juga memperparah kemiskinan struktural. Mereka yang sudah susah, makin susah karena rumah dan mata pencahariannya hanyut terbawa air.

Indonesia Masuk 'Top 10' Negara Paling Berisiko

Di mana posisi Indonesia dalam peta bencana ini? Sayangnya, kita ada di barisan depan.

Penelitian berjudul "Flood exposure and poverty in 188 countries" (2022) menempatkan kawasan Asia Timur dan Pasifik sebagai zona merah. Dan tebak siapa yang masuk dalam daftar 10 negara dengan risiko banjir tertinggi di dunia? Ya, Indonesia.

Bersama dengan negara-negara seperti India, China, Bangladesh, Mesir, dan Vietnam, penduduk Indonesia banyak terkonsentrasi di wilayah pesisir dan sepanjang daerah aliran sungai. India dan China memimpin dengan masing-masing 390 juta dan 395 juta jiwa terpapar risiko. Namun, Indonesia dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan curah hujan tinggi, memiliki kerentanan yang sangat spesifik.

Pesan untuk Gen Z: Kita Harus Apa?

Sobat Zona, data di atas bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membangunkan kesadaran kita. Bencana di Sumatra hari ini bisa terjadi di tempat tinggal kita besok.

Mitigasi bencana bukan lagi pilihan, tapi kewajiban. Pemerintah harus serius membenahi tata ruang, menghentikan deforestasi yang memperparah longsor, dan memperbaiki sistem drainase. Tapi kita sebagai anak muda juga punya peran. Mulai dari hal kecil: sadar lingkungan, tidak buang sampah sembarangan yang menyumbat saluran air, hingga vokal menyuarakan isu krisis iklim.

Tragedi 43 nyawa di Sumatra adalah pengingat mahal. Jangan tunggu sampai air masuk ke kamar tidur kita baru kita sadar bahwa bumi sedang "bocor" dan butuh perbaikan segera.

Baca juga: Dapat Bocoran dari Dosbing, Kurang-kurangin Pakai Redaksi Kayak Gini di Skripsi

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150