Zona Mahasiswa - Sobat Zona, kabar duka sekaligus mengerikan datang dari Kota Baja, Cilegon. Di saat rumah seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak-anak untuk bermain dan beristirahat, sebuah tragedi berdarah justru terjadi di balik tembok sebuah rumah mewah.
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun berinisial E, ditemukan tewas mengenaskan dengan kondisi tubuh penuh luka di kediamannya sendiri, Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS) 3, Kelurahan Ciwaduk, Kota Cilegon. Peristiwa yang terjadi pada Selasa (16/12/2025) ini menyisakan tanda tanya besar: Siapa pelakunya dan apa motifnya?
Yang bikin merinding, hasil autopsi menunjukkan adanya 22 luka di tubuh mungil korban. Lebih aneh lagi, polisi memastikan tidak ada barang berharga yang hilang, yang artinya ini bukan perampokan. Lantas, apakah ini pembunuhan berencana karena dendam? Simak kronologi lengkap dan fakta-fakta terbarunya di bawah ini.
Sobat Zona, kabar duka sekaligus mengerikan datang dari Kota Baja, Cilegon. Di saat rumah seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak-anak untuk bermain dan beristirahat, sebuah tragedi berdarah justru terjadi di balik tembok sebuah rumah mewah.
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun berinisial E, ditemukan tewas mengenaskan dengan kondisi tubuh penuh luka di kediamannya sendiri, Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS) 3, Kelurahan Ciwaduk, Kota Cilegon. Peristiwa yang terjadi pada Selasa (16/12/2025) ini menyisakan tanda tanya besar: Siapa pelakunya dan apa motifnya?
Yang bikin merinding, hasil autopsi menunjukkan adanya 22 luka di tubuh mungil korban. Lebih aneh lagi, polisi memastikan tidak ada barang berharga yang hilang, yang artinya ini bukan perampokan. Lantas, apakah ini pembunuhan berencana karena dendam? Simak kronologi lengkap dan fakta-fakta terbarunya di bawah ini.
Baca juga: Heboh! Abah Aos Sebut Kopiah Hitam Haram Bagi Pemimpin, Wajib Pakai Merah Putih
Kronologi: Telepon Panik dan Pemandangan Horor
Tragedi ini bermula pada Selasa siang yang terik, sekitar pukul 14.20 WIB. Saat itu, ayah korban, HM (yang belakangan diketahui sebagai Maman Suherman, seorang tokoh politik lokal), sedang bekerja di wilayah Ciwandan.
Tiba-tiba, ponselnya berdering. Di ujung telepon, terdengar suara panik dari anak keduanya, berinisial D. D meminta pertolongan dengan nada yang sangat ketakutan. Firasat seorang ayah langsung bekerja. Tanpa pikir panjang, HM meninggalkan pekerjaannya dan memacu kendaraannya pulang ke rumah di Komplek BBS 3.
Sesampainya di rumah, HM mendapati pintu rumah yang mungkin menjadi gerbang menuju mimpi buruk terbesarnya. Saat pintu terbuka, ia melihat putranya, E, sudah dalam kondisi tengkurap di lantai. Darah segar menggenang di sekeliling tubuh bocah tak berdosa itu.
"Mendapat kabar tersebut, ayah korban segera meninggalkan tempat kerjanya... Setibanya di rumah dan membuka pintu, ayah korban mendapati anaknya dalam kondisi tengkurap dengan luka serius disertai pendarahan hebat," ujar Kapolres Cilegon, AKBP Martua Raja Taripar Laut Silitonga.
Dengan sisa harapan, HM dibantu saksi segera melarikan E ke Rumah Sakit Bethsaida Kota Cilegon menggunakan mobil pribadi. Namun takdir berkata lain, tim medis menyatakan E sudah meninggal dunia sebelum sempat mendapatkan pertolongan lanjutan.
Hasil Visum Bikin Ngilu: 22 Luka di Tubuh Bocah
Fakta yang paling menyayat hati dari kasus ini adalah brutalitas pelaku. Berdasarkan pemeriksaan medis sementara, E tidak meninggal karena satu tusukan fatal, melainkan dihujani serangan berkali-kali.
Tercatat ada total 22 luka pada tubuh korban:
- 19 Luka Tusuk/Sayat: Akibat benda tajam.
- 3 Luka Memar: Akibat benturan benda tumpul.
Bayangkan, Guys. Anak usia 9 tahun harus menanggung rasa sakit dari 19 tusukan. Ini mengindikasikan bahwa pelaku memiliki tingkat emosi atau kebencian yang sangat tinggi (overkill). Pelaku seolah tidak ingin memberi kesempatan sedikitpun bagi korban untuk selamat.
Pertanyaannya: Setan apa yang merasuki pelaku hingga tega melakukan hal sekeji itu pada anak kecil?
Kejanggalan: Bukan Perampokan, Lalu Apa?
Biasanya, kasus pembunuhan di rumah mewah identik dengan perampokan yang gagal atau home invasion. Namun, dalam kasus E, polisi menemukan fakta yang janggal.
Setelah melakukan Olah TKP (Tempat Kejadian Perkara), pihak kepolisian memastikan tidak ada barang berharga yang hilang dari rumah tersebut.
"Hingga saat ini, polisi masih mendalami apakah peristiwa yang merenggut nyawa korban itu merupakan aksi perampokan atau bukan. Namun, dari hasil olah TKP, polisi memastikan tidak ada barang hilang," lapor tim penyidik.
Jika motif harta dicoret, maka motif yang tersisa biasanya mengerucut pada:
- Dendam Pribadi: Apakah ada orang yang menaruh dendam pada keluarga korban?
- Masalah Internal: Konflik keluarga atau orang dekat.
- Psikopat/Random: Orang gila yang masuk sembarangan (kemungkinan kecil mengingat ini perumahan elit).
Mengingat identitas ayah korban, Maman Suherman, yang merupakan Dewan Pakar DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Cilegon, spekulasi liar pun bermunculan. Apakah ini teror politik? Atau murni masalah personal? Polisi meminta masyarakat untuk tidak berspekulasi sebelum ada bukti kuat.
CCTV "Bisu" dan Minim Saksi
Hingga Kamis (18/12/2025), Tim Sat Reskrim Polres Cilegon dan Polda Banten masih bekerja keras. Sebanyak 8 orang saksi telah diperiksa, termasuk HM (ayah korban), keluarga, dan tetangga sekitar.
"Hari ini pihak penyelidik telah meminta keterangan delapan orang saksi yang terdiri dari keluarga korban, ataupun kepada orang lain yang ada di sekitar," kata Kasi Humas Polres Cilegon, AKP Sigit Dermawan.
Kendala terbesar saat ini adalah minimnya bukti visual. Polisi telah memeriksa kamera CCTV milik tetangga di depan rumah korban. Sayangnya, kamera tersebut tidak menyorot langsung ke lokasi kejadian (rumah korban), sehingga detik-detik masuk atau keluarnya pelaku belum terekam jelas.
"Masih kita cari CCTV, karena yang tetangga di depannya, itu pun (CCTV-nya) sama dan fokusnya tidak ke rumah tersebut," tambah Sigit.
Ini menjadi PR besar bagi kepolisian. Pelaku sepertinya cukup "licin" atau mungkin sudah hafal situasi lingkungan sehingga bisa lolos dari pantauan kamera pengawas.
Darurat Keamanan di Lingkungan Sendiri
Sobat Zona, kasus ini menjadi wake-up call yang sangat keras bagi kita semua.
- Keamanan Perumahan: Perumahan dengan label "Elite" atau "Sejahtera" ternyata tidak menjamin keamanan 100%. Sistem one gate system dan patroli satpam harus dievaluasi.
- Perlindungan Anak: Anak-anak adalah kelompok paling rentan. Meninggalkan anak (meski dengan saudara) tetap memiliki risiko. Kita butuh sistem perlindungan komunitas (community watch) yang lebih peduli.
- CCTV Wajib: Di era sekarang, CCTV pribadi yang menyorot ke arah akses masuk rumah bukan lagi kemewahan, tapi kebutuhan primer untuk bukti hukum.
Usut Tuntas, Jangan Sampai Dingin!
Kasus tewasnya E tidak boleh menjadi "Cold Case" (kasus yang tak terpecahkan). Brutalitas 22 tusukan pada anak kecil adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.
Polres Cilegon dan Polda Banten perlu untuk mengerahkan sumber daya terbaik, termasuk anjing pelacak (K9) atau ahli forensik digital, untuk mengungkap jejak pelaku. Jangan biarkan pembunuh berdarah dingin ini berkeliaran bebas di luar sana dan mengancam anak-anak lain.
Kepada keluarga Bapak Maman Suherman, kami segenap tim Zona Mahasiswa mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Semoga Dik E mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan YME.
Bagaimana menurut kalian, Sobat Zona? Apa kira-kira motif di balik pembunuhan sadis ini jika bukan perampokan?
Baca juga: Siswa Sekolah Jepang Mencuri di Bali, Pihak Sekolah Meminta Maaf dan Akan Evaluasi Sistem Belajar
Komentar
0

