Pilihan Editor

Arwah Penasaran di Gedung PAU ITB

Zahrah Thaybah M 18 Maret 2022 | 19:00:43

zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Seperti biasa Sans bakal menemani malam jumat kalian dengan menghadirkan cerita horor dari berbagai kampus di Indonesia. Beberapa waktu lalu sudah mengulas kampus di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogja, dan Jakarta. Nah, sekarang bakal berkeliling ke Jawa Barat, lebih tepatnya Bandung "Kota Kembang".

Bandung terkenal dengan suasana kotanya yang menyenangkan dan pendidikan berkualitas. Salah satu ikon kota ini adalah Institut Teknologi Bandung (ITB). Berdiri tanggal 2 Maret 1959, kampus ini dianugerahi oleh mahasiswa yang nantinya menjadi cendekiawan hebat, salah satunya Soekarno dan BJ. Habibie.

Selama berdiri, ITB mencetak track record dengan menghasilkan 120.000 alumni yang berperan penting dalam pembangunan bangsa. Hingga saat ini "Kampus Ganesa" tersebut menjadi perguruan tinggi terbaik serta menjadi pelopor sains, teknologi, dan seni di Indonesia.

Namun, ITB tetaplah seperti kampus-kampus pada umumnya yang memiliki ribuan cerita termasuk mistis. Karena sudah ada sejak zaman Belanda, maka tak heran jika sering mendengar kejadian aneh di lingkup perguruan tinggi ini.

Selain itu, ITB juga terdiri dari gedung-gedung antara lain Gedung CRCS Lantai 3 Eddy Sariaatmadja, Gedung Campus Center Timur Benny Subianto II, Labtek, hingga yang terkenal adalah Pusat Antar Universitas (PAU).

Konon katanya, para mahasiswa sering melihat penampakan arwah penasaran di atas gedung tersebut. Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran lagi dengan kisah pukul setengah tujuh malam di Daksinapati, langsung aja Sans mulai ceritanya. Eh, jangan lupa matikan lampu dan aktifkan mode horornya. Selamat membaca!

Flashback on

"Lo kenapa? Masih pagi udah mendung aja tuh muka," tanya Gita menghampiri temannya yang duduk menyendiri di perpustakaan.

"Oh, hmm nggak papa kok," kata seorang gadis yang hari ini penampilannya tampak manis berbanding terbalik dengan pancaran wajahnya yang masam.

"Beneran? Gue orangnya nggak bisa dibohongi lho. So, apa gerangan yang bikin temen gue begini?" Gita masih terus mencecar temannya itu untuk berterus terang.

Menghela nafas lelah, gadis itu bersikukuh tak mau mengeluarkan satu kata pun. Sorot matanya pun sama sekali tak menunjukkan gairah hidup. Seperti ada beban berat yang disembunyikan dan sesuatu amat mengganggunya.

Mencoba untuk menghiraukan temannya itu, Gita segera menyelesaikan urusannya di perpustakaan. Menurutnya, nggak baik berada di tempat itu saat jam masih menujukkan pukul 08.43.

"Git..gue...g-gue," gadis itu terbata-bata dan ragu untuk menceritakan permasalahannya.

"Kenapa? Lo butuh apa?" tanya Gita kali ini berusaha sabar menghadapi temannya yang makin lama makin mengjengkelkan.

Lagian juga apa yang mesti ia sembunyikan? Kenal juga nggak cuma sehari dua hari, tapi sejak maba. Batin Gita keheranan.

Asal kalian tahu, temannya itu selalu ceria, jarang murung, jarang pula bercerita kalau memang betul-betul privasi. Tapi sekarang? Entahlah ia angkat tangan saja karena ada laporang praktikum yang melambai-lambai minta untuk diselesaikan.

Lalu, ia kembali menatap wajah sahabatnya. Namun, saat menolahkan kepala tiba-tiba saja...

"Eh, Al...Al...AAALLLLL," Gita berteriak kencang, nafasnya memburu. Ia memegangi dadanya sambil mengusap buliran keringat di wajahnya.

"Si*al. Mimpi itu lagi," sudah berapa kali mimpi atas kejadian tersebut mendatanginya? Ia tak pernah mendapatkan jawaban atas peristiwa beberapa tahun silam.

Flashback off

Sore itu, banyak mahasiswa yang ada kegiatan di PAU. Meskipun di ITB, jangan dikira nggak ada gedung jelek ya. Kondisinya kurang layak, cukup memprihatinkan, baik dari segi fasilitas maupun struktur bangunannya itu sendiri. Tapi, sekarang sudah bagus dan bisa digunakan semestinya.

"Sha, lo beres ini kemana?" Ghina dan Jinan hampir bersamaan mengagetkan Alesha.

"Belum tahu tuh. Kayaknya di sini bentar mau nyelesaiin analisis buat Pak Heri lusa," kata Alesha tanpa menatap teman-temannya.

"Yaelah, rajin amat lo Sha. Gue mah boro-boro ngerjain, baru setengah eh si majikan ngerecokin," kata Jinan kesal. Iya, majikan yang dimaksud itu makhluk berbulu alias kucing kesayangannya.

Kelas mereka memang kebagian tugas analisis dan praktikum dari Pak Heri. Salah satu dosen yang cukup senior itu nggak tanggung-tanggung memang. Katiganya sudah memasuki tahun ketiga perkuliahan. Kebayang dong gimana frustasinya jadi mahasiswa apalagi ini di ITB.

" Ah elo sama aja dari dulu. Mana deh Fairuz sama Sigit? Katanya mau nyusulin ke sini?" Alesha mengedarkan pandangannya mencari-cari kebradaan dua temannya itu.

"Biasalah paling juga masih di Bang Ucup," kata Ghina mengibaskan tangannya tanda memaklumi Fairuz dan Sigit.

Lalu, ketiganya pun asik berbincang sampai pukul 6 sore. Tak sadar jika hari sudah petang dan perlahan suasana Gedung PAU mulai sepi.

"Anj*y, udah jam segini balik yuk," kata Jinan sembari melihat jam di pergelangan tangannya.

Lantas Alesha, Jinan, dan Ghina bergegas merapikan laptop dan buku-buku yang tadi berserakan di atas meja.

"Astaga!" tiba-tiba Ghina memekik heboh sontak mengejutkan Alesha dan Jinan.

"Sinting lo daritadi ngagetin mulu!" Alesha bersungut-sungut, lalu menoyor kepala Ghina.

Si empunya pun hanya cengengesan dengan watadosnya, "Heheheh."

Sementara itu, Jinan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan membuka kamera. Mengarahkan dan mencari angle yang tepat untuk bersiap mengabadikan langit jingga Gedung PAU.

Setelah mengambil beberapa foto dengan angle dan spot berbeda, gadis dengan blouse warna cream itu mengambil video singkat.

Awalnya, sama sekali tak menaruh rasa curiga sedikit pun. Hingga pada akhirnya...

"BANG*AT! APAAN TUH?!" Jinan memperbesar video di layar hp-nya guna memastikan tak salah lihat.

"Lo rusuh banget sih Ji. Jangan kayak Ghina deh!" Alesha melirik sinis Jinan yang masih fokus dengan videonya.

"Enggak anj*ng. Gue liat sesuatu aneh di video barusan," Jinan nampak ketakutan. Ia menyodorkan hp-nya ke Alesha dengan tangan gemetar hebat.

"Ji, lo kenapa? Kayak habis lihat setan," Jinan sama sekali tak menghiraukan Ghina. Karena, memang itu sudah kejadian.

"ASTAGHFIRULLAH," kali ini gantian Alesha yang ketakutan. Wajahnya memucat.

Di situ, di video yang merekam suasana langit sore di atas Gedung PAU, tertangkap sosok penampakan perempuan berada di atas gedung.

Sosok berbaju putih itu berdiri di pinggir atap dan posisinya seperti akan lompat ke bawah. Penampakan itu melihat tepat ke arah bidikan kamera Jinan sambil menunjukkan wajah mengerikan seolah-olah akan menghampirinya.

Lalu, terdengar suara burung gagak yang semakin menambah suasana yang semula menenangkan menjadi horor seketika. Suara itu mengingatkannya kepada pesan kematian.

"I-i-itu siapa woiiii," Ghina teriak ketakutan. Jujur saja selama 21 tahun hidupnya baru kali ini melihat wajah buruk rupa dan mengerikan itu.

Bukannya apa, walaupun dasarnya slengean tapi gadis itu tahu tentang cerita-cerita dan rumor yang bertebaran di sekitar Geding PAU. Ia sama sekali tak menutup telinga.

Kemudian, Ghina kembali menatap ke arah sosok itu berada. Masih berada di atas gedung dan badannya semakin condong ke depan dan bersiap untuk jatuh.

Sementara itu, Alesha tak sanggup berkata-kata. Ia ingin sekali kabur dan berlari sekencang mungkin untuk menghindari sosok arwah penasaran di Gedung PAU.

"Ayo kabur! Gila lo mau mati berdiri di sini?" Jinan sekuat tenaga menarik tangan dua temannya. Namun, tenaganya tak cukup besar lantaran kaki Ghina dan Alesha seperti dipaku.

AAAAAAAAAHHH

Belum sempat Jinan merealisasikannya, sosok itu jatuh ke bawah.

AAAAA YA TUHAAANN. Perempuan itu seperti akan menjatuhinya.

Mereka sangat ketakutan karena perempuan menyeramkan itu berada tepat di atas kepalanya. Akhirnya, Jinan berhasil menyeret Ghina dan Alesha.

Namun, tanpa disangka-sangka sosok itu mendadak lenyap. Hilang. Seperti nggak terjadi apapun.

Lalu, mereka bertiga terjatuh karena lemas. Sama sekali tak ada tenaga untuk sekadar mengeluarkan suara. Ghina shock dan hampir pingsan. Sementara itu, Alesha sudah menangis ketakutan.

Jinan berjalan terseok-seok ke arah kedua temannya sambil memberi pelukan.

"Sssstt..Ghin..Al..udah jangan nangis. Lo semakin bikin dia balik lagi ke sini. Jangan berisik mending sekarang tenangin diri lo terus kita balik deh," ia mengusap bahu temannya sambil meraup udara banyak-banyak.

Keesokan harinya mereka bertiga menceritakan kejadian sore itu kepada Gita, salah satu teman kelasnya. Kebetulan bertemu di kantin fakultas.

"Iya Git. Literally gue, Jinan dan Alesha ngeliat dia posisinya mau lompat ke bawah," Gita yang mendengar itu hanya tersenyum kecil.

Pandangannya seperti menerawang, sorot matanya mengatakan segalanya. Rapuh, sedih, kehilangan.

"Dia sosok yang ceria, penyayang, dan hampir nggak pernah sedih. Tapi, sore itu nggak tahu kenapa gue ketemu dia dalam keadaan yang berbeda. Gue tanya kenapa dia kayak ragu nyeritain."

"Sore itu, gue...gue nggak tahu kalau bakal kehilangan dia selamanya. Anak-anak ngasih kabar kalau setelah kita ketemuan di perpus ternyata dia lompat bunuh diri dari atas Gedung PAu," lanjutnya.

Nggak ada yang tahu alasan sebenarnya ia melakukan hal tersebut. Apa motif sosok itu mengahiri hidup?

Sejak saat itu, memang banyak mahasiswa yang melihat perempuan berbaju putih menampakkan diri di atas gedung.

Arwah Penasaran di Gedung PAU ITB

Sobat Zona, peristiwa ini menyebar luas di kampus ITB, bahkan menjadi salah satu urban legend Gedung PAU. Entah benar atau tidak cerita tersebut, kembali ke masing-masing individu.

Wah, selesai sudah kisah arwah penasaran di Gedung PAU ITB. Kali ini Sans mau melanjutkan perjalanan ke kampus mana ya untuk diceritakan kisah horornya? Tulis komentarmu di bawah ya.

Baca Juga: Misteri Setengah Tujuh Malam di Daksinapati UNJ

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150