zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Gimana kabarnya hari ini? Semoga baik dan sehat selalu ya. Sans balik lagi nih, nemenin kalian dengan cerita horror yang ada di kampus di Indonesia.
Sepertinya Sans masih pingin mengulas cerita-cerita misteri di kampus sekitaran Jakarta. Sebelumnya Sans sudah mengulas pengalaman mahasiswa di PNJ. Nah, sekarang Sans bakal bawa kalian ke Universitas Indonesia (UI).
Oke sebelum lanjut ke cerita tentang terror hantu yang dialami salah satu mahasiswa di kampus tersebut. Simak informasi sedikit dari Sans yuk!
Siapa sih yang nggak tahu kampus satu ini? Yap, Universitas Indonesia atau yang kerap dikenal sebagai UI merupakan salah satu perguruan tinggi bergengsi Indonesia.
Kampus ini didirikan pada tahun 1849 yang letaknya ada di bagian utara Depok, tepatnya di perbatasan antara Depok dengan Jakarta Selatan. Sementara, kampus utama lainnya terletak di Salemba, Jakarta Pusat.
UI merupakan institusi pendidikan tertua di Indonesia. Maka dari itu, nggak perlu diragukan lagi tentang lulusan kampus ini.
Bukan hanya cerita tentang keunggulan kampus ternama ini, namun banyak cerita lain yang menyelimutinya. Sepertinya cerita lain tersebut berhubungan dengan makhluk yang menempati kampus terbaik di Indonesia itu.
Banyak cerita-cerita yang datang dari pengalaman mahasiswa mengenai penampakan yang ada di kampus tersebut. Namun, Sans kali ini akan membawakan cerita dari salah satu mahasiswa yang mendapat teror selama tinggal di asrama kampus UI.
Nggak perlu panjang lebar, langsung aja Sans mulai ceritanya. Eits.. sebelum baca cerbungnya jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya. Selamat membaca!
Layaknya mahasiswa baru seperti lainnya, Bagus yang datang dari Jawa Timur merasa bangga sekali ketika dirinya diterima di salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Sebagai anak rantau, ia mempertimbangkan banyak hal termasuk tempat tinggalnya selama menempuh pendidikan di sana.
Bagus memutuskan untuk tinggal di asrama karena lebih terjangkau dan sangat dekat dari kampus tentunya. Sebulan pertama tinggal di sana, Bagus tak merasakan hal apa pun yang mengganjal.
Ia tinggal di lantai 3 dan mendapat kamar sendiri. Informasi yang ia dapat, Bagus bakal sekamar sama mahasiswa S2 tapi baru mendapati pada bulan kedua nanti.
Satu bulan pertama tinggal di asrama, Bagus tak merasakan gangguan apa pun. Bahkan ia sering begadang mengerjakan tugas dan nggak ada hal yang menganggu sama sekali.
Tak terasa, ia sudah menginjak bulan kedua menempati asrama kampus tersebut. Mulai dari sini, Bagus merasakan hal-hal aneh hingga merasa diteror oleh sosok penunggu di sana.
Suatu ketika saat Bagus baru saja selesai kelas, ia bergegas ke asrama sekitar pukul 8 malam. Ia berniat mandi, namun tiba-tiba saja Bagus mendengar suara orang seperti sedang memaku dinding.
Tuk tuk tuk..
“Siapa sih malem-malem maku dinding? Berisik banget dah,” gerutunya.
Bagus melengos menghiraukan suara itu, ia melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Sebagai informasi, kamar mandi di asrama itu seperti bilik tentara.
Ketika dirinya masuk ke kamar mandi, ia tak mendengar atau melihat satu pun orang yang ada di sana. Bagus pun masuk ke kamar mandi pertama dekat pintu.
Saat itu, ia mendengar suara orang sedang mandi tepat di sebelahnya. Pikirnya saat itu memang ada orang lain yang sedang mandi.
Selesai mandi, Bagus berniat mengintip apakah yang berada di kamar mandi sebelahnya memang orang atau bukan. Tapi karena ia takut, Bagus memilih kembali ke kamarnya.
Setelah kembali, ia tak mendengar suara orang seperti sedang memaku lagi. Mungkin memang benar, ada orang yang sedang sibuk memperbaiki sesuatu di lantai atas.
Hari itu cukup melelahkan bagi Bagus, pukul 10 malam ia sudah mengantuk. Baru 15 menit ia tertidur, Bagus mendengar suara langkah kaki dari lantai atas.
Drap.. drap..
Suara langkah kaki itu seperti sengaja dihentakkan dengan keras. Bagus menutup telinganya dengan bantal, ia emosi dengan mahasiswa yang tinggal di lantai atas tersebut.
Keesokan harinya, Bagus menemui salah satu temannya yang juga tinggal di asrama. Ia menceritakan kerisauannya tentang penghuni kamar lantai atas yang selalu saja menganggu dirinya.
“Eh lu tau ga yang tinggal di lantai atas tuh anak jurusan apa?” tanya Bagus.
“Lantai atas? Maksud lu lantai 4?” jawab Dika.
“Iya mau lantai mana lagi. BT gua tiap malem berisik banget tuh orang,” gerutunya.
“Hah? Lu salah denger kali, di lantai itu nggak ada mahasiswa yang tinggal di sana,” jelasnya.
“Serius lu? Lah terus siapa dong yang tiap malem jalan sama maku dinding?” kata Bagus dengan nada sedikit panik.
Dika hanya menggelengkan kepala dan mengajak Bagus untuk membicarakan hal lain. Selesai kelas, ia bersama Dika mampir ke mushola untuk sholat Magrib.
Tak!!
Baru rakaat kedua, mereka dikagetkan dengan lampu mushola yang tiba-tiba mati. Meski sempat terganggu, mereka tetap melanjutkan menunaikan ibadah sholat.
Kemudian setelah sholat, Bagus hendak berdiri mengecek saklar lampu di sana. Tapi tiba-tiba saja, lampu tersebut hidup dengan sendirinya.
Dika dan Bagus seketika bertatapan seperti berkata “Kok bisa nyala sendiri?”. Masih berpikir positif, Bagus menyangka mungkin tadi sempat mati lampu.
Malam itu, Dika berencana menginap di kamar Bagus karena ada presentasi kelompok yang harus diselesaikan. Tapi seperti ada yang aneh di kamar itu.
“Lu nyium bau dupa atau kemenyan gitu nggak sih?” tanya Bagus.
“Enggak, ngadi-ngadi aja lu daritadi,” gumam Dika.
“Ye beneran bau banget lho ini, masak lu nggak nyium sama sekali?” ujar Bagus.
“Kagak serius,” ungkapnya.
Bagus merasa ganjal ketika bau kemenyan yang semerbak di sekitar kamarnya. Tiba-tiba ia merasa kantuk dan mengatakan kepada Dika bahwa dirinya ingin tidur sebentar.
Sementara Bagus tidur, Dika serius mengerjakan tugas sembari melantunkan lagu favoritnya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, Dika pun tertidur di ranjang sebelah temannya itu.
Tak berselang lama, dalam tidurnya Bagus merasa nggak bisa menggerakkan badannya sama sekali. Ia berusaha menggerakkan tangannya namun tak bisa, seperti ada yang sesuatu yang mencekeramnya.
“Gua ketindihan,” batinnya.
Ia berusaha teriak meminta tolong, tapi suaranya seperti tercekat di tenggorokan. Berulang kali ia membuka mulut tapi tak ada suara satu pun yang keluar.
Tubuh Bagus seakan kaku, ia lantas perlahan membuka matanya melirik ke samping kanan dan kiri. Di sana, ia melihat Dika yang sedang tertidur pulas namun tetap saja Bagus tak bisa meminta tolong.
Dalam hatinya, ia mengucap bacaan Al-Qur’an berulang kali. Saat matanya melirik ke atas, ia kaget melihat sosok Mbak Kunti yang sedang menatap dirinya.
Sosok itu melotot ke arahnya dengan wajah yang sangat pucat seperti mayat. Rambutnya yang kusut nan panjang hampir mengenai wajah Bagus.
Bagus makin ketakutan, ia berusaha bergerak tapi tangannya dicengkeram dengan keras oleh sosok itu. Kuntilanak itu menggeram dengan tatapan penuh dendam diiringi suara cekikan yang menggelegar di telinga Bagus.
DEG DEG DEG..
Detak jantung Bagus terasa makin cepat hingga tak karuan. Ia bolak-balik menyebut nama Sang Kuasa berdoa agar sosok itu cepat menghilang dan tak lagi menganggu dirinya.
Sekitar lima menit ia mendengar tawa hingga tangannya yang mencengkeram Bagus dengan sangat kencang. Entah keajaiban yang terjadi, suaranya tak tercekat lagi.
Bagus dengan lirih meminta tolong kepada temannya yang masih tertidur pulas. Untungnya, Dika mendengar suara lirih Bagus.
“Gus lu kenapa? Hei bangun..,” kata Dika sembari menggoyang-goyangkan badan Bagus.
Saat itu, Dika melihat Bagus seperti menggurutu mengatakan sesuatu. Ia melihat Bagus masih tertidur tapi seperti orang yang sedang bermimpi buruk.
Gus.. Bagus..
Berulang kali Dika membangunkan Bagus dan membacakan doa-doa pendek. Akhirnya, Bagus membuka mata dan bangun dari tidurnya.
“Lu kenapa? Mimpi buruk?” tanya Dika.
“Gw ketindihan Dik, ada kuntilanak tadi yang megang tangan gw sampe sakit banget rasanya,” jelasnya.
Mendengar itu, Dika melirik ke arah tangan Bagus. Ia melihat tangan temannya ada bekas kemerahan seperti habis cengkeram dan dicakar seseorang.
Dika hanya diam mencerna apa yang baru saja terjadi kepada temannya itu. Malam itu, mereka berdua memutuskan begadang karena takut sosok Kuntilanak itu akan kembali lagi.
Esoknya, baik Dika maupun Bagus sepakat merahasiakan teror yang terjadi semalam. Bahkan ketika temannya bercerita pernah melihat sosok kuntilanak di asrama itu, Bagus hanya diam. Ia takut, kejadian tersebut akan terulang. Beruntung, hingga ia pindah dari asrama tersebut Bagus tak menemui kejadian ganjal lainnya.
Teror Hantu di Asrama Universitas Indonesia (UI)
Entah ada yang percaya atau tidak dengan cerita pengalaman mahasiswa yang diteror oleh penghuni asrama kampus tersebut. Barangkali ada yang pernah mengalami kejadian serupa? Kalau ada, jangan lupa tulis di kolom komentar ya. Sampai jumpa.
Komentar
0