Berita

Tradisi Sambut Bulan Ramadan, Beginilah Keseruan Cuci Tikar di Sungai yang Dilakukan Beberapa Pemuda di Bantul

Muhammad Fatich Nur Fadli 11 Maret 2024 | 15:21:27

Zona Mahasiswa - Di daerah Bantul, sebuah tradisi unik yang dikenal sebagai “Umbah-Umbah Klasa” telah menjadi bagian tak terpisahkan dari persiapan menjelang bulan suci Ramadan.

Baca juga: Pesan Buat Kamu yang Masih Sering Buat Nyisain Makanan!

Tradisi ini menjadi sorotan setiap tahun karena dilakukan oleh sekelompok pemuda yang dengan penuh semangat membersihkan tikar di aliran sungai yang terletak di antara jalan setapak dan sawah. Kebiasaan ini bukan hanya sekadar ritual tahunan, melainkan juga simbol kebersamaan dan kegembiraan.

Mereka tidak hanya sekadar menjalankan tradisi membersihkan tikar, tapi juga bersenda gurau dan tertawa bersama, menciptakan suasana yang ceria dan penuh kebersamaan.

Aktivitas itu semakin seru sebab aliran sungai yang dijadikan lokasi mencuci, letaknya persis di tengah antara jalan dan sawah.

Setelah seluruh tikar dicuci dan dijemur, para pemuda itu juga menikmati momen dengan mandi bersama.

Kegiatan ini mungkin terlihat sederhana, acara yang biasa diadakan di sungai ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi "RAJAH" agar selalu kompak dan bersinergi dan juga untuk membersihkan sajadah yang kotor. 

Secara teknis acara ini sangat sederhana, mencuci tikar masjid dengan sabun di area sungai sambil berenang dan bermain air, hal inilah yang membuat acara ini sering menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh para remaja masjid. 

Selain itu, sering kali ada banyak makanan yang disajikan setelah acara berlangsung yang menambah keakraban para anggota dalam acara tersebut.

Tradisi Lain Jelang Ramadan

Banyak tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan yang berkembang karena perpaduan ajaran Islam dengan berbagai budaya, termasuk tradisi yang ada di masyarakat Jawa. Dalam menyambut datangnya bulan Ramadan, umat Islam di Jawa memiliki berbagai tradisi unik. 

Mulai dari yang meriah hingga yang syahdu dan sarat makna, tradisi-tradisi tersebut mencerminkan keragaman budaya dan spiritualitas umat Islam di daerah tersebut. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa tradisi Jawa dalam menyambut bulan Ramadan yang menarik untuk disimak.

1. Padusan

Tradisi pertama sebelum puasa Ramadan bagi masyarakat Jawa adalah Padusan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di sekitar Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta.

Padusan adalah ritual mandi atau berendam di sumur atau mata air yang dianggap keramat atau suci. Keunikan dari tradisi Padusan terletak pada lokasi pelaksanaannya yang dipercaya memiliki nilai spiritual yang tinggi.

Awalnya, tradisi ini dikenal dengan sebutan "padusa", yang berarti membersihkan jiwa dan raga secara jasmani dan rohani ketika memasuki bulan puasa. Selain itu, Padusan juga dimaknai sebagai cara untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, menurut kutipan dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Pati.

2. Dugderan

Tradisi yang satu ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah, dan biasanya diadakan sekitar 1-2 minggu sebelum bulan puasa Ramadan dimulai.

Tradisi Dugderan berasal dari kata "Dug" yang merujuk pada suara bedug masjid dan "Der" yang merujuk pada suara dentuman meriam. Saat tradisi ini diadakan, bedug masjid ditabuh bersamaan dengan bunyi meriam atau, seiring berjalannya waktu, digantikan dengan petasan atau bledur.

Saat ini, tradisi Dugderan telah berkembang menjadi semacam pesta rakyat. Berbagai kegiatan seperti pertunjukan tari japin, arak-arakan dan menabuh bedug bersama Wali Kota Semarang kerap menjadi bagian dari acara ini.

3. Sadranan

Sadranan atau Nyadran berasal dari kata "sodrun", yang pada awalnya merujuk pada praktik pemujaan terhadap pohon, batu, atau hewan dengan membawa sesajen, yang dianggap sebagai kebiasaan yang salah di masa lalu.

Namun, oleh Wali Songo, kebiasaan ini diluruskan sehingga Sadranan kemudian menjadi sebuah upacara untuk menyembah Allah SWT. Acara ini diawali dengan doa bersama (tahlil), dilanjutkan dengan kenduri atau makan bersama. 

Salah satu hal yang unik dari Sadranan adalah masyarakat membawa makanan tradisional seperti ingkung ayam, mangut, urap, dan baceman, sebagai sesaji. Tradisi Sadranan atau Nyadran tersebar luas di berbagai daerah di Jawa Tengah.

4. Megengan

Megengan merupakan tradisi yang dilakukan menjelang bulan puasa Ramadan di Surabaya, Jawa Timur, dan memiliki akar sejarah di sekitar Masjid Ampel.

Tradisi "Megengan" sangat erat kaitannya dengan kebiasaan menyantap apem, sejenis kue serabi yang memiliki tekstur tebal dan rasa yang hampir hambar. Asal kata "apem" atau "apam" berasal dari kata "afwan" yang berarti "maaf" dalam bahasa Arab.

Dalam pelaksanaannya, tradisi ini melibatkan acara tahlilan atau selamatan yang disertai dengan hidangan apem yang kemudian dibagikan kepada seluruh peserta. Mengkonsumsi apem dalam tradisi ini merupakan simbol permintaan maaf kepada orang lain, teman dan keluarga.

5. Dandangan

Tradisi ini biasanya terlihat saat menyambut bulan puasa di Kota Kudus. "Dandangan" adalah perayaan berupa pasar malam yang diadakan di sepanjang Jalan Sunan Kudus dan sekitarnya.

Pada masa Sunan Kudus, menjelang bulan puasa, banyak santri yang berkumpul di Masjid Menara. Seiring berjalannya waktu, perayaan ini semakin berkembang dan akhirnya banyak pedagang yang ikut ambil bagian sehingga acara ini menjadi ramai seperti pasar malam pada umumnya.

6. Munggahan

Menurut sumber resmi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, tradisi Munggahan biasanya diadakan sekitar satu atau dua hari sebelum bulan puasa Ramadhan oleh masyarakat di wilayah Jawa Barat.

Dalam pelaksanaannya, masyarakat biasanya berkumpul bersama keluarga untuk melakukan kegiatan seperti piknik di lokasi wisata. Selain itu, mereka juga sering membersihkan tempat ibadah, berziarah ke makam, dan makan bersama sebelum memulai puasa Ramadan.

7. Unggah-unggahan

Dikutip dari situs resmi Desa Umbulrejo, tradisi menyambut bulan puasa Ramadan ini berasal dari perpaduan budaya Jawa dengan ajaran Islam. Istilah "Unggah-unggahan" berasal dari kata "munggah" yang berarti masuknya bulan suci Ramadan.

Desa Umbulrejo, Ponjong, Gunung Kidul, DIY, merupakan salah satu daerah yang masih mempertahankan tradisi Unggah-unggahan hingga saat ini.

Tradisi keagamaan yang khas ini diadakan dengan mengundang warga untuk berkumpul dan melakukan kegiatan mengaji bersama. Biasanya, para ibu akan memasak hidangan khas keselamatan seperti ambeng atau berkat.

Hidangan "berkat" yang disajikan merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, tradisi Unggah-unggahan juga diadakan dengan tujuan untuk menjaga dan mempererat rasa kebersamaan dan kerukunan di antara masyarakat.

8. Gebyuran Bustaman

Dikutip dari situs resmi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, seperti namanya, tradisi ini terdapat di Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah. Tradisi Gebyuran Bustaman menjadi salah satu tradisi menyambut puasa Ramadhan yang masing ada hingga saat ini.

Ternyata, tradisi ini muncul dari kebiasaan Kyai Bustam yang memandikan cucunya di sumur sebelum puasa Ramadhan. Sehingga, hal tersebut menjadi budaya turun temurun di Kampung Bustaman.

Sebelum acara Gebyuran dimulai, terdapat tanda pemukulan kentongan setelah ashar, lalu dilanjutkan acara perang air hingga menjelang maghrib. Sejak tahun 2013, terdapat acara tambahan berupa air yang dicampur bubuk warna-warni, lalu dimasukkan dalam plastik.

"Gebyuran" bermakna sebagai penghapus dosa selama satu tahun dengan simbol mencorengkan bedak cair di wajah. Kemudian, siraman air tersebut harus membasahi seluruh masyarakat hingga kuyup dan bedak cair tersebut telah hilang.

Tradisi unik di Kampung Bustaman ini, biasanya diakhiri dengan acara doa dan makan nasi gudangan bersama.

9. Long Bumbung

Tradisi terakhir adalah Long Bumbung yang berasal dari Karanganyar. Jika Anda berasal dari daerah ini, Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan tradisi ini.

Menurut situs BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), Long Bumbung adalah tradisi memukul meriam bambu. Tradisi ini sering dijumpai menjelang bulan puasa Ramadan di daerah Karanganyar.

Tradisi Sambut Bulan Ramadan, Beginilah Keseruan Cuci Tikar di Sungai yang Dilakukan Beberapa Pemuda di Bantul

Demikianlah beberapa tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut bulan puasa Ramadan.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Terlalu Sering Mengunyah Es Batu, Wanita Ini Idap Penyakit Serius

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150