Berita

Surga Terakhir Indonesia Terancam Keserakahan Industri Nikel! Ibu Susi Desak Prabowo Hentikan Ekspansi Tambang Raja Ampat

Muhammad Fatich Nur Fadli 05 Juni 2025 | 09:29:33

Zona Mahasiswa - Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat Daya, yang selama ini dikenal sebagai surga terakhir bumi Indonesia, kini sedang berada di ujung tanduk. Ancaman tambang nikel perlahan mengintai kawasan konservasi laut yang selama ini jadi kebanggaan bangsa. Sorotan tajam pun datang dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.

Baca juga: Cho Yong Gi, Mahasiswa Filsafat UI Tiba-tiba Ditangkap dan Jadi Tersangka Padahal sedang Jadi Paramedis di Demo Buruh

Lewat unggahan di akun media sosial pribadinya awal Juni 2025, Ibu Susi menyampaikan kegeramannya terhadap rencana ekspansi tambang yang akan memasuki wilayah Raja Ampat. Dengan suara lantang, dia mendesak Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk segera menghentikan segala bentuk aktivitas pertambangan di kawasan tersebut.

"Tolong Pak Presiden Prabowo, lindungi laut dan hutan Raja Ampat dari eksploitasi tambang. Jangan sampai kita menyesal ketika semuanya sudah hancur," tulis Susi di akun X miliknya.

Raja Ampat: Mahkota Keanekaragaman Hayati Laut

Raja Ampat bukan tempat biasa. Wilayah ini dijuluki sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Ada lebih dari 1.400 spesies ikan, 550 jenis karang, dan ratusan biota laut lainnya hidup di sini.

Tidak hanya itu, perairan Raja Ampat juga jadi rumah bagi mamalia laut seperti dugong dan lumba-lumba, serta tempat penting bagi migrasi penyu dan ikan pari manta. Bahkan UNESCO pun telah melirik kawasan ini untuk masuk dalam daftar warisan dunia.

Ancaman Industri Tambang

Ancaman muncul setelah kabar bahwa perusahaan tambang nikel akan memperluas operasinya ke kawasan Raja Ampat. Aktivitas tambang, meski seringkali diklaim ramah lingkungan, tetap menyisakan persoalan serius:

  • Risiko kerusakan ekosistem laut akibat pencemaran limbah tambang
  • Perusakan hutan mangrove dan bakau sebagai pelindung alami pesisir
  • Potensi konflik dengan masyarakat adat dan nelayan lokal

Jika eksplorasi terus berlanjut, bukan tidak mungkin seluruh tatanan sosial dan ekologis yang ada akan hancur.

Suara dari Warga Pesisir

"Kami tidak ingin Raja Ampat jadi seperti Morowali," kata Ansel, seorang nelayan dari Kampung Yenbuba. "Laut adalah kehidupan kami. Kalau laut rusak, kami makan apa?"

Keluhan serupa datang dari kelompok pemuda adat. Mereka merasa pembangunan tidak mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

"Kami punya hubungan sakral dengan alam. Tapi tambang datang hanya untuk merusak," kata Marthen, aktivis muda Papua.

Ekowisata vs Eksploitasi

Sektor ekowisata di Raja Ampat telah menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Wisatawan dari seluruh dunia datang untuk menyelam, snorkeling, atau sekadar menikmati panorama laut yang luar biasa.

Sebuah studi dari Conservation International mencatat bahwa satu ekosistem karang yang sehat di Raja Ampat bisa menyumbang lebih dari Rp 2 miliar per tahun melalui pariwisata berkelanjutan. Bandingkan dengan keuntungan sesaat dari tambang yang bisa habis hanya dalam satu dekade.

Tuntutan Kepada Pemerintah

Ibu Susi bukan satu-satunya yang bersuara. Lembaga swadaya masyarakat, aktivis lingkungan, dan warga lokal juga turut menyuarakan penolakan terhadap pertambangan di kawasan konservasi. Beberapa tuntutan yang disampaikan:

  1. Cabut izin tambang yang berada di kawasan konservasi Raja Ampat
  2. Tegakkan hukum lingkungan dengan transparan dan tanpa kompromi
  3. Jadikan Raja Ampat sebagai kawasan lindung nasional tanpa celah

Solidaritas Nasional

Di berbagai kota, mahasiswa mulai menggelar aksi solidaritas. Poster dengan tulisan "Save Raja Ampat" hingga "Nikel Merusak, Bukan Menyejahterakan" ramai terlihat di kampus-kampus. Petisi online pun mulai beredar, dan dalam waktu tiga hari sudah ditandatangani oleh lebih dari 100.000 orang.

Harapan pada Pemerintahan Baru

Sebagai presiden terpilih, Prabowo Subianto kini menghadapi ujian awal dalam memimpin Indonesia. Apakah akan menempatkan lingkungan sebagai prioritas, atau terus mengikuti kepentingan industri tambang?

Ibu Susi dan banyak pejuang lingkungan lainnya hanya meminta satu hal: jangan gadaikan masa depan demi keuntungan sesaat.

"Negara ini kaya, tapi tidak semua harus ditambang. Ada kekayaan yang justru harus dijaga dan diwariskan, bukan digali," tegas Susi dalam salah satu wawancara daring.

Surga Terakhir Indonesia Terancam Keserakahan Industri Nikel! Ibu Susi Desak Prabowo Hentikan Ekspansi Tambang Raja Ampat

Raja Ampat bukan hanya milik Papua, tapi milik seluruh anak bangsa. Kawasan ini adalah simbol dari kekayaan alam dan keharmonisan manusia dengan lingkungan. Jika kita biarkan tambang merajalela, maka generasi berikutnya hanya akan mengenal keindahan Raja Ampat dari cerita dan foto lama.

Saat ini, kita masih punya waktu untuk bertindak. Suara Ibu Susi adalah alarm yang membangunkan kita semua. Jangan tunggu sampai surga terakhir Indonesia benar-benar hilang.

Baca juga: Begini Fakta Mahasiswa Unila yang Meninggal setelah Ikuti Diksar, Diduga Disiksa Senior sampai Terpaksa Minum Spiritus

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150