Berita

Sadar Habis Nonton Serial Walid Santriwati di Lombok Laporkan Sang Ustaz

Muhammad Fatich Nur Fadli 25 April 2025 | 14:00:50

Zona Mahasiswa - Ketika hiburan ternyata bisa membuka mata seseorang akan trauma masa lalunya, itulah yang terjadi pada seorang santriwati di Lombok yang akhirnya sadar bahwa apa yang ia alami di pondok pesantren bukanlah hal yang wajar. Semua berawal dari serial Malaysia berjudul Bid’aah yang sedang viral dan ramai dibahas di media sosial. 

Baca juga: Oknum Polisi Pacitan Perkosa Tahanan Wanita 3 Kali Berturut-turut, Pelaku Dipecat Tidak Terhormat

Dialog ikonik “Walid nak Dewi boleh?” yang seolah cuma bagian dari plot fiksi, ternyata membangkitkan ingatan seorang perempuan yang pernah menjadi santri di sebuah pondok pesantren di Nusa Tenggara Barat.

Serial Jadi Cermin Trauma

Serial Bid’aah yang mengangkat tema tentang manipulasi agama dan kekuasaan di balik jubah ustaz, ternyata menggambarkan secara persis pengalaman yang pernah dialami korban. Dalam serial tersebut, tokoh Walid digambarkan sebagai pemimpin agama karismatik yang memanfaatkan posisinya untuk memanipulasi dan melecehkan para pengikutnya, khususnya perempuan.

Korban yang enggan disebutkan namanya, awalnya hanya ikut-ikutan nonton karena ramai diomongin temannya. Tapi, semakin ia menyimak cerita di serial itu, semakin pula ia sadar bahwa dirinya dulu telah menjadi korban dari ustaz yang ia percaya.

Sosok Ustaz Ahmad Faisal dan Pondok Pesantren Nabi Nubu

Nama ustaz Ahmad Faisal pun akhirnya mencuat setelah korban berani angkat suara. Ia adalah pemimpin dari Pondok Pesantren Nabi Nubu yang berlokasi di Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Ponpes ini dikenal dengan ajaran-ajaran spiritual yang dianggap unik dan berbeda dari ponpes konvensional.

Namun di balik itu semua, tersimpan praktik-praktik manipulatif yang berkedok agama. Ustaz Ahmad kerap kali menyampaikan bahwa rahim santriwati akan diberkahi jika mereka menerima “energi spiritual” dari dirinya. Dalam praktiknya, hal ini menjadi dalih untuk melakukan tindakan pelecehan seksual.

Manipulasi Emosional Berkedok Keberkahan

Modusnya tidak langsung frontal. Ahmad menyampaikan doktrin bahwa salah satu syarat melahirkan seorang wali atau anak saleh adalah dengan menerima 'berkah' dari sang guru. Berkah tersebut diklaim hanya bisa ditransfer lewat 'sentuhan spiritual' secara langsung.

Dalam kondisi psikis yang dikendalikan, banyak santriwati yang percaya dengan ajaran tersebut. Mereka menganggap hal itu sebagai bagian dari proses spiritual. Beberapa bahkan merasa bersalah ketika ingin menolak karena takut dianggap menentang guru agama.

Serial yang Menjadi Pemantik Kesadaran

Serial Bid’aah sendiri menyita perhatian netizen karena berani mengangkat tema yang dianggap tabu. Karakter Walid yang manipulatif tapi berkedok religius menjadi semacam kaca pembesar untuk melihat realita kelam yang jarang terungkap.

Bagi sang korban, menonton serial ini seperti menonton ulang fragmen hidup yang pernah ia alami. Perlahan ia menyusun kembali potongan-potongan kejadian yang selama ini ia pikir sebagai bagian dari “ibadah.”

Setelah mendapatkan keberanian, korban kemudian melaporkan Ahmad Faisal ke pihak berwajib. Laporannya juga mendapat dukungan dari Koalisi Stop Kekerasan Seksual (KSKS) NTB.

Lebih dari Satu Korban

KSKS NTB menyebutkan bahwa hingga saat ini, ada sekitar 22 perempuan yang diduga menjadi korban dari ustaz Ahmad Faisal. Sebagian besar dari mereka dulunya adalah santriwati yang masih di bawah umur ketika kejadian berlangsung. Namun karena pengaruh kuat dari ustaz di lingkungan pondok, mereka tidak pernah berani bersuara.

Beberapa korban bahkan sempat mengalami tekanan mental berat, merasa bersalah, dan takut bahwa mereka telah melakukan dosa. Padahal, posisi mereka saat itu adalah korban yang berada dalam kendali psikologis dan spiritual seseorang yang mereka percayai.

Masyarakat dan Stigma

Sayangnya, tidak semua pihak langsung percaya dengan kesaksian para korban. Beberapa masyarakat di sekitar pondok masih menyangsikan cerita tersebut dan menganggapnya sebagai fitnah. Ada pula yang beranggapan bahwa ini adalah ujian bagi Ahmad Faisal.

Namun, dengan semakin banyaknya korban yang mulai berani bersuara, narasi mulai bergeser. Publik mulai sadar bahwa ini bukan lagi isu personal, tapi sudah menyangkut keselamatan dan masa depan banyak perempuan.

Sadar Habis Nonton Serial Walid Santriwati di Lombok Laporkan Sang Ustaz

Kasus ini menjadi bukti bahwa kekerasan bisa terjadi di mana saja, bahkan di tempat yang dianggap suci. Korban bukanlah orang yang lemah, mereka hanyalah individu yang berada di tempat dan waktu yang salah, dengan pelaku yang memanfaatkan kekuasaan secara jahat.

Semoga keberanian satu korban ini bisa menjadi domino efek bagi korban lainnya untuk mulai bersuara. Dan semoga masyarakat bisa lebih membuka mata, telinga, dan hati untuk mendengar kebenaran, seberapa pun pahitnya.

Baca juga: Ngeri! China Bikin Internet 10G Pertama di Dunia, Download 20GB per 20 Detik

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150