
Zona Mahasiswa - Media sosial kembali dihebohkan dengan tren aneh di kalangan pelajar sekolah dasar. Mengubah penghapus menjadi gasing. Fenomena ini memicu kekhawatiran dari para guru dan orang tua karena dinilai tidak hanya mengganggu konsentrasi belajar, tetapi juga berpotensi membahayakan keselamatan anak-anak. Sebuah video viral yang memperlihatkan tumpukan penghapus yang disita dari siswa menjadi bukti nyata betapa masifnya tren ini.
Modifikasi Kreatif yang Membahayakan
Tren gasing penghapus ini pertama kali muncul di TikTok pada September 2025 dan dengan cepat menyebar di kalangan siswa SD. Anak-anak beramai-ramai membeli penghapus, lalu memodifikasinya menjadi gasing dengan menambahkan staples dan paku payung sebagai poros. Ada pula yang menambahkan lampu kecil, stiker, dan lukisan untuk mempercantik gasing mereka.
Seorang guru dalam video yang viral tersebut menyampaikan pesan khusus kepada orang tua untuk lebih memperhatikan penggunaan perlengkapan sekolah anak-anak mereka. Ia mengungkapkan kekhawatirannya karena benda-benda tajam seperti staples dan paku payung dapat melukai siswa jika terlepas atau tercecer. "Coba bayangin kalo tercecer kena kaki," tulis salah satu netizen, menyoroti bahaya tersembunyi dari permainan ini.
Tidak hanya dari segi keselamatan, para guru juga menganggap tren ini tidak bermanfaat. Mereka menilai anak-anak menjadi boros karena menghabiskan uang jajan untuk membeli penghapus baru, yang seharusnya digunakan untuk belajar, malah dijadikan mainan.
Pro dan Kontra Kreativitas Anak
Fenomena ini memunculkan pro dan kontra di kalangan netizen. Di satu sisi, banyak yang menganggap gasing penghapus ini sebagai bentuk kreativitas anak-anak yang perlu diapresiasi. "Kreatif banget, tapi salah pake penghapus," tulis seorang warganet.
Di sisi lain, mayoritas pihak, termasuk para pendidik, menilai kreativitas ini harus diarahkan ke hal yang lebih positif dan aman. Beberapa orang dewasa bahkan mencoba membuat gasing dari bahan daur ulang seperti baterai atau mancis bekas untuk menunjukkan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis, meskipun tetap berisiko.
Perdebatan ini menyoroti dilema antara membiarkan anak-anak bereksperimen dengan ide-ide mereka dan menjaga keselamatan serta fokus belajar mereka. Meskipun kreativitas adalah hal yang baik, para guru dan orang tua harus lebih proaktif dalam membimbing anak-anak agar kreativitas mereka tidak berujung pada hal-hal yang merugikan.
Bagaimana menurut kalian, apakah tren ini lebih banyak dampak positifnya atau negatifnya? Dan bagaimana seharusnya peran orang tua dan guru dalam menyikapi fenomena seperti ini?
Baca juga: Fenomena Seks Bebas di Malang, Sepasang Mahasiswa Ditangkap Usai Buang Bayi Hasil Aborsi ke Sungai
Komentar
0