zonamahasiswa.id - Halo Sobat Zona. Bagaimana kabarnya semua? Sudah kangen dengan Zona Misteri Horor kan? Kali ini, Sans kembali membawakan kisah horor yang ada di kampus-kampus di seluruh penjuru Indonesia.
Nah kali ini, Sans bakal membawakan kisah horor yang ada di salah satu kampus yang ada di Indonesia. Kalau kemarin Sans sudah ajak kalian menjelajahi kisah horor di Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung (Polman Bangka Belitung), sekarang kita ganti universitas lagi.
Kampus yang bakal Sans ulas kali ini bernama Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Kampus Depok. Tapi sebelum Sans bahas ceritanya, kita simak dulu yuk sekilas info mengenai kampus ini.
Universitas Bina Sarana Informatika atau yang biasa disebut dengan BSI adalah salah satu universitas swasta terkenal di Kota Depok.
Kampusnya sendiri tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Universitas BSI ini berawal dari lembaga pendidikan komputer yang Bernama LPK BSI.
Awal mula berdirinya kampus ini adalah pada tanggal 3 Maret 1988, saat masih menjadi LPK BSI.
Meskipun nggak terlalu tua seperti kampus-kampus legendaris Indonesia pada umumnya, Universitas BSI ini ternyata juga menyimpan segudang cerita horor yang tak kalah mencekam dibandingkan kampus lain.
Bahkan, cerita horor di sana sudah diceritakan dari mulut ke mulut hingga masuk ke media sosial karena popularitasnya.
Salah satunya seperti kisah kesurupan fenomenal yang terjadi di kampus ini.
Sebelum kita masuk ke ceritanya, kamu siapkan dulu cemilan, minuman serta ambil posisi duduk paling nyaman. Karena sebentar lagi, Zona Horor aktif...
Kesurupan di Kampus
Kisah horor kali ini dialami langsung oleh sepasang anak muda yang sedang menjalin hubungan asmara. Sebut saja Namanya Dimas dan Rara.
Dimas dan Rara kebetulan sama-sama jadi mahasiswa semester 5 di Universitas BSI.
Meskipun jurusan keduanya berbeda, Dimas selalu dengan setia menunggu atau mengantar Rara kuliah jika kelas mereka tidak sama jadwalnya.
Hari itu adalah hari Kamis di bulan Oktober 2018. Hari yang cukup menyenangkan karena suasana cerah meskipun sore telah datang.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Dimas seperti biasa sedang menunggu Rara yang sedang ada kelas kuliah yang berbeda dengan dirinya.
Sembari menunggu Rara, Dimas asyik nyebat di bawah pohon rindang yang ada di taman depan gedung fakultas Rara.
FYI, gedung fakultas Rara ini terletak di area belakang kampus, sehingga areanya cukup jauh dari pintu utama kampus.
Sembari asyik nyebat, pikiran Dimas melanglang buana ke mana-mana sambil memandangi gedung di depannya itu.
Sejurus kemudian ia membatin dalam hati,
“Lama-lama kalau dilihat, gedung fakultasnya Rara ini kelihatan angker juga meskipun baru bangunannya, hmm kenapa ya…”
Lama Dimas nyebat sambil melamun, tiba-tiba Rara yang sudah selesai kuliah mengagetkan dirinya dari arah samping.
“Dorrrrr….” teriak Rara.
“Astajim beb, ngagetin mulu dah ni anak, mau copot nih jantungku,” ucap Dimas.
“Ya kamu sih, ngelamun terus sambil nyebat sampe nggak kerasa udah abis berapa batang itu, aku lewat samping aja kamu nggak nyadar” celoteh Rara.
“Yaudah yuk buruan pulang, laper nih” ucap Dimas.
“Eit bentar beb, aku kebelet pipis nih, tungguin bentar ya aku toilet fakultas dulu bentarr aja” ucap Rara.
Tanpa menunggu babibu, Rara langsung melesat lari ke toilet karena saking kebeletnya.
Ia masih sempat berteriak,
“Beb tungguin di situ aja jangan ikut ke toilet!!!”
Dimas pun cuma diam sambal lanjutin nyebat.
Rara langsung masuk ke toilet fakultasnya yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang sangat rindang.
Selama ia menyelesaikan hajatnya, tiba-tiba saja lampu di dalam toilet mati padahal hal itu nggak pernah terjadi sebelumnya.
Rara yang sudah selesai pun kaget dan segera membereskan diri dan keluar.
Tepat saat ia keluar, Rara bertemu dengan teman-teman sekelasnya yang juga mau ke toilet.
Rara: “Guys, jangan ke toilet, lampunya mati, percuma nanti kalian nggak bisa ngaca, ke toilet gedung depan aja”
Teman-teman Rara yang udah kebelet pun nggak peduli dan langsung masuk aja ke dalam toilet.
Tapi anehnya, lampu di dalam toilet menyala dengan baik saat mereka masuk.
Rara yang sudah selesai pun segera masuk lagi ke dalam kelasnya yang kebetulan ada di lantai 1 menghadap ke arah taman, hendak membereskan tasnya lalu pulang dengan Dimas.
Sesampainya di dalam kelas, Rara tiba-tiba merasakan keanehan di dalam tubuhnya.
Badannya mulai perlahan mendingin meskipun cuaca saat itu sedang cerah tanpa awan.
Ia pun pelan-pelan duduk di mejanya sembari mulai diam menunduk merasakan seluruh sensasi aneh di tubuhnya.
Tak berapa lama kemudian, Rara tiba-tiba menangis tersedu-sedu.
Ilustrasi menangis *Hu hu huuuu
Teman-teman Rara begitu kaget dengan perilaku Rara yang aneh.
Fia: “Rara, kamu kenapa Ra? Kamu abis putus sama Dimas?”
Elma: “Ra, sini cerita ke kita, jangan dipendam sendiri, kamu abis berantem ya sama Dimas?”
Mendapat pertanyaan itu, Rara semakin menjadi isak tangisnya diikuti dengan mengamuk hingga membanting meja kursi di kelas.
(Suara meja kursi dibanting)
Rara yang badannya begitu mungil dengan berat badan hanya 45kg mampu membanting seluruh meja kursi di sekitarnya hingga porak poranda.
Teman-teman sekelasnya langsung menyingkir karena takut terkena lemparan meja kursi.
Fia langsung inisiatif memanggil dosen serta satpam, sedangkan Elma memanggil Dimas yang masih asyik nyebat.
Elma: “Dim, buruan ke kelas, Rara ngamuk kesetanan”
Dimas: “Hah, yang jelas lu? Kok bisa ngamuk tuh kenapa?”
Elma: udah yuk buruan ke kelas dulu
Ketika Dimas sudah sampai di kelas, ia terperangah melihat Rara yang mungil dengan mudahnya memporak porandakan isi kelas itu.
Dimas dan teman-teman Rara tak tahu harus berbuat apa hingga akhirnya datanglah satpam dan dosen-dosen yang masih ada di gedung itu.
Satpam dan para dosen berusaha menyadarkan Rara namun tetap tak berhasil.
Tiba-tiba saja, Rara mulai tertawa cekikikan tanpa sebab.
Hi hi hi hi hi hiii...
Karena tak membuahkan hasil, akhirnya satpam memutuskan untuk memulangkan Rara ke kosnya ditemani Dimas dan teman yang lain.
Disukai Noni Belanda
Sesampainya di kos, Rara masih terus kesetanan bahkan ketika sudah di dalam kamar.
Mereka pun memutuskan untuk memanggil orang pintar dari warga sekitar.
Beberapa saat ditangani oleh orang pintar, Rara pelan-pelan mulai tenang dan akhirnya bisa tertidur.
Dimas yang penasaran akhirnya bertanya pada orang pintar ini.
Dimas: “Pak, yang nempel di Rara ini sudah pergi kan ya pak?”
Orang pintar: “Sebenarnya nak, yang ganggu teman kamu ini masih ada di sini, masih nempel di badannya”
Orang pintar: “Asal kamu tahu, sosok yang menempel dan mengganggu temanmu ini adalah hantu noni-noni belanda. Dia suka sama teman kamu ini”
Meskipun sudah berusaha, orang pintar itu tetap tak mampu mengusir sosok noni belanda itu.
Hingga pukul 9 malam, orang pintar dan teman-teman Rara akhirnya pamit pulang karena sudah tak bisa apa-apa lagi.
Saat itu, Dimas baru saja pulang usai membeli makanan.
Sesampainya di kamar Rara, ia melihat Rara sudah terduduk dan hanya menatap lurus ke arah depan.
Sedetik kemudian, Rara mulai tersenyum lebar hingga ke pipi sembari menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri.
Sedetik kemudian, Rara mulai tertawa cekikikan lagi hingga membuat Dimas langsung turun ke bawah menemui pemilik kosan.
Bersama, mereka memanggil orang pintar kedua untuk mengobati Rara.
Singkat cerita, Rara berhasil ditenangkan Kembali.
Dimas lantas bertanya pada orang pintar ke-2 ini apakah sosok noni belanda itu sudah benar-benar menghilang.
Orang pintar ke-2 pun dengan jujur mengatakan jika sosok noni belanda dari kampus itu tak bisa ia usir dari tubuh Rara.
Ia hanya bisa keluar sebentar dan menunggu di depan kamar Rara.
Orang pintar ke-2 ini mengatakan jika sosok noni belanda ini begitu menyukai Rara karena mereka berdua punya banyak kemiripan.
Singkat cerita, Dimas akhirnya pulang dari kos Rara dan masuk kuliah keesokan harinya.
Sepulang kuliah, Dimas mampir ke kos Rara untuk membawakan makanan.
Saat memasuki kamar Rara, ia terlihat menatap tajam kepada Dimas dengan seringai tipis di wajahnya.
Tanpa melepaskan seringai, Rara langsung masuk ke kamar mandi dan mulai mandi sambal bersenandung.
Saat ia sudah selesai mandi, Rara masih terus bersenandung seperti lagu-lagu Belanda lama sambil menyisir rambutnya.
Nana na naaa nana nanaaa….
Mengetahui Rara yang masih ditempeli sosok itu, Dimas akhirnya inisiatif untuk melakukan salat di kamar Rara
Saat Dimas salam di rakaat terakhir, ia kaget melihat Rara yang sudah berdiri tepat di belakangnya sembari tersenyum menatapnya beribadah.
Khawatir karena Rara tak ada perkembangan, Dimas dan teman-teman akhirnya memanggil orang pintar ketiga untuk mengobati Rara.
Berbeda dengan orang pintar sebelumnya, orang pintar ketiga ini memberikan sebuah jimat berbentuk bungkusan kecil seukuran kue wajik untuk selalu dibawa Rara.
Bungkusan kecil ini tak lain berisi kertas bertuliskan huruf-huruf arab gundul dan simbol-simbol aneh lainnya.
Orang pintar ke-3 ini juga berkata hal yang sama bahwa noni belanda toilet kampus ini tak bisa diusirnya selama bukan ia sendiri yang pergi meninggalkan Rara.
Sosok Kepala Buntung Penunggu Pohon Kampus
Selama 2 bulan lamanya, Dimas dan Rara berdamai dengan kondisi itu.
Namun sepertinya, ujian Rara nggak berhenti sampai di situ saja.
Satu hari, Rara tiba-tiba menelpon Dimas karena ia ketakutan akan adanya satu sosok.
Dimas yang khawatir akhirnya segera menuju ke kos Rara.
Rara pun mulai bercerita jika dirinya mulai melihat sosok orang dengan kepala buntung di kamarnya.
Setiap hari, Rara tak pernah tidur dengan nyaman karena sosok kepala buntung ini selalu menimpa badannya tepat di atas Rara.
Sejak saat itu, muncul lebam-lebam biru memenuhi seluruh punggung Rara.
Meski kondisinya semakin memburuk dengan adanya 2 sosok bersemayam di dalam dirinya, Rara tetap berusaha menjalani kuliah semampunya.
Hingga satu hari, Dimas inisiatif ngobrol dengan satpam kampus yang pernah membantunya menangani Rara saat kesurupan.
Satpam tersebut pun akhirnya menceritakan jika sosok noni belanda ini memang terkenal sejak dulu sebagai penunggu toilet di gedung kampus itu.
Bahkan, ini pertama kalinya satpam tersebut tahu jika noni belanda itu bisa meninggalkan tempatnya dan membuntuti Rara selama ini.
Dimas pun menceritakan perkembangan terbaru dari Rara.
Dimas: “Tapi ini pak, sekarang ada sosok baru yang juga ikut nempel di Rara, yaitu sosok kepala buntung”
Satpam: “ooo itu kepala buntung to”
Dimas: “Lho, bapak kok tahu..”
Melihat Dimas yang mulai keheranan, satpam itu pun mulai menjelaskan jika sosok kepala buntung itu salah satu penghuni legendaris di kampus.
Sosok kepala buntung ini digambarkan menempati sebuah pohon besar yang ada di samping toilet gedung kampus tempat Rara kesurupan.
Awalnya pihak kampus tak ingin melakukan apa-apa terhadap pohon besar itu.
Tapi mendengar jika ada mahasiswi yang ditempeli hingga membuatnya meninggalkan rumahmya, membuat pihak kampus inisiatif untuk menebang pohon tersebut.
Alasannya, mumpung sosok kepala buntung itu sedang di luar, pohon besar itu akan bisa ditebang dan sosoknya tidak akan bisa kembali ke pohon itu dan tak punya rumah.
Pengusiran Hantu
Pihak kampus akhirnya setuju untuk menebang pohon besar samping toilet gedung itu demi kebaikan bersama.
Proses perizinannya pun cepat, hanya berselang 2 hari setelah percakapan Dimas dengan satpam kampus.
Hari yang ditentukan pun tiba. Saat itu, Rara sedang tidak ada jam kuliah sama sekali.
Pohon besar itu dengan mudahnya ditebang hingga selesai.
Di sisi lain, Dimas dan teman-teman sudah memanggil orang pintar ke-4 untuk membantu mengobati Rara.
Singkat cerita, orang pintar satu ini berhasil mengusir noni belanda dan hantu kepala buntung yang sudah bersemayam di badan Rara.
Pasca kejadian itu, 2 sosok itu memang bisa diusir dari tubuh Rara. Namun ia tak bisa kembali normal seperti sedia kala.
Kini, Rara jadi mudah kerasukan setiap berada di lokasi yang ‘berpenghuni’.
Sosok noni belanda dan hantu kepala buntung pun tak pernah terlihat lagi hingga kini.
Ngeri! 3 Bulan Kesurupan Noni Belanda & Hantu Kepala Buntung di Universitas BSI Kampus Depok
Entah ada yang percaya atau tidak dengan cerita Rara yang kesurupan selama 3 bulan karena begitu disukai oleh penghuni di kampusnya. Barangkali ada yang pernah mengalami kejadian serupa? Kalau ada, jangan lupa tulis di kolom komentar ya. Sampai jumpa.
Baca juga: Teror Mencekam Penghuni Bengkel Kampus Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Komentar
0