Horor

Teror Mencekam Penghuni Bengkel Kampus Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung

Alif Laili Munazila 07 September 2023 | 16:45:07

Zona Mahasiswa - Halo Sobat Zona. Bagaimana kabarnya semua? Sudah kangen dengan Zona Misteri Horor? Kali ini, Sans kembali membawakan kisah horor seputar kampus-kampus di seluruh penjuru Indonesia.

Sans masih nggak bosan-bosannya menghadirkan nuansa horor perkuliahan buat kalian semua. Kali ini, Sans ajak kalian jalan-jalan sedikit jauh dari kisah sebelumnya. Kisah horor kampus kali ini berasal dari salah satu institusi di Bangka Belitung.

Kampus yang bakal Sans ulas ini bernama Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung (Polman Bangka Belitung). Tapi sebelum Sans masuk ke ceritanya, kita simak dulu yuk sekilas informasi seputar kampus ini.

Polman Bangka Belitung sendiri sudah berdiri sejak tahun 1994 dengan nama awal Akademi Teknik Polman Timah. Polman Bangka Belitung sendiri terletak di Kawasan Industri Air Kantung, Sungailiat, Bangka Belitung.

Kampus satu ini berbeda dari politeknik lainnya. Polman Bangka Belitung berlokasi di kawasan pinggir pantai, sehingga mahasiswa bisa memandang laut dengan bebas.

Tak hanya itu, tidak ada satupun rumah warga yang berdiri di sekitar kawasan kampus tersebut. Yang ada hanyalah perusahaan perkapalan dan pertambangan saja yang menjadi tetangga kampus ini.

Dari penuturan warga setempat, 25 silam silam di lokasi kampus ini berdiri adalah bekas kompleks pemakaman Cina. Bahkan, pemakaman Cina konon katanya terkenal tersebar di seluruh penjuru Pulau Bangka Belitung.

Namun, di balik kampus yang terlihat indah karena ada di pesisir pantai, ternyata tersimpan kisah horor berdarah yang sudah jadi cerita terkenal di Polman Bangka Belitung.

Sebelum kita masuk ke ceritanya, kamu siapkan dulu cemilan, minuman serta ambil posisi duduk paling nyaman. Karena sebentar lagi, Zona Horor aktif...

Bel Horor di Bengkel

Kisah horor ini berawal dari pengalaman nyata salah satu mahasiswa Polman Bangka Belitung. Sebut saja namanya Bayu.

Bayu adalah seorang mahasiswa semester 3 jurusan Teknik Mesin yang kini tengah disibukkan dengan tugas kuliah. Tak jarang, Bayu harus mengerjakan tugasnya di area kampus karena mencari wifi gratis.

Maklum, saat itu di tahun 2013, internet dan wifi masih jadi barang ‘mewah’ untuk masyarakat Indonesia. Bayu sore itu hendak mengerjakan laporan praktik dari dosennya bersama temannya, sebut saja Rian.

Sekitar pukul 20.00 WIB, Bayu dan Rian bersama-sama pergi menuju ke kampus karena mereka satu kos. Keduanya menuju ke kantin dekat gedung aula sebagai tujuan utama.

Ternyata di sana sudah menunggu Dinda dan Acha, 2 teman perempuan yang kebetulan sekelas dengan Bayu dan Rian.

“Loh, Din Cha, ngapain kalian di sini malem-malem?,” tanya Bayu. Bayu sedikit heran karena biasanya jarang ada mahasiswi yang mau ke kampus malam-malam.

“Oh hei Bayu Rian. Ini loh, aku sama Dinda lagi ngerjain laporan praktikum dari Pak Joko. Lumayan kan dapat wifi gratis,” jawab Acha.

“Kalian kok berani banget di sini berdua aja,” ucap Rian dengan keheranan.

“Ya gimana Ri, kos kita nggak ada wifinya. Padahal kan kita butuh banget buat kerjain laporan. Terpaksa deh ke sini,” jawab Dinda.

“Yaudah, pumpung kita semua udah kumpul, kita kerjain laporannya bareng-bareng biar cepet selesai,” jawab Bayu sembari mengajak ketiga temannya menuju ke kantin.

Mereka berempat langsung fokus dan saling berdiskusi mengerjakan tugas laporan.

Di tengah fokus mengerjakan laporan, Dinda tiba-tiba nyeletuk. “Guys, kalian tahu nggak sih kalau bel lonceng di bengkel kita itu suka bunyi sendiri malam-malam begini?”.

Bel lonceng di kampus Bayu adalah bel konvensional dari besi tua yang harus dipukul menggunakan batang besi.

Bel itu terletak di dalam bengkel, sebutan para mahasiswa untuk laboratorium praktik mereka selama ini.

Rian yang sebal dengan kelakuan Dinda akhirnya ngomel.

“Ah, kamu ngarang cerita aja kan Din. Mumpung malam-malam sepi gini kan. Dasar”

“Yee, Rian dikasih tahu malah nggak percaya. Denger sendiri tahu rasa deh” ucap Acha.

Bayu yang hanya mendengarkan ketiga temannya debat, hanya bisa diam.

Ia sedari tadi sebenarnya sudah merasakan hawa tak nyaman. Maklum, Bayu sedikit sensitif dengan hal-hal berbau mistis.

Tiba-tiba saja…

Teng…

Tenggg… Tenggg…. Tengggg….

Bayu dan ketiga temannya saling tatap mendengar suara bel.

Mereka berempat lalu memutuskan untuk mengecek asal suara bel itu, yakni dari dalam bengkel. Jarak kantin menuju ke bengkel cukup jauh, sekitar 200 meter.

Sesampainya di depan bengkel, mereka bersama-sama mengintip dari jendela bengkel.

Betapa kagetnya mereka ketika melihat batang besi pemukul bel masih bergoyang-goyang tanda habis dipakai padahal bengkel terkunci rapat.

Kabuurrrrrr…..

Pingsan di Bengkel

Pasca kejadian di bengkel malam itu, mereka berempat berusaha melupakan apa yang terjadi. Kehidupan perkuliahan Bayu dkk pun berjalan lagi seperti biasanya.

Kuliah di kelas, praktik di bengkel tiap seminggu sekali, ngerjain tugas laporan dan sebagainya.

Di satu hari, kebetulan kelas Bayu sedang melakukan praktik di bengkel.

Bayu yang malam sebelumnya begadang karena mengejar laporan praktikum, berjalan lesu karena kecapean dan kurang enak badan.

Saat lonceng tanda istirahat berbunyi, Pak Joko yang terkenal disiplin waktu langsung memerintahkan mahasiswanya istirahat.

Rian yang kelaparan karena pagi tidak sarapan, langsung ngajak Bayu buat makan siang bakso.

“Bay, ngebakso yuk, laper banget nih perutku abis kerja rodi,” ajak Rian.

“Ri, aku kok rada males ke kantin ya, cape banget ini badan,” jawab Bayu.

Rian yang udah kelaparan, nggak mau lagi dengar alasan Bayu. “Ssst udah, gada alasan lagi, pokoknya kita ngebakso,” tegas Rian.

“Duh iya iya, ga pengertian amat jadi temen. Bentar, aku ambil dompet dulu ke loker,” oceh Bayu.

Bayu lalu berjalan balik menuju bengkel karena ia lupa tidak membawa dompetnya.

Loker mahasiswa ada di bagian depan di dalam bangunan bengkel. Saat itu, bengkel dalam keadaan sepi karena semua mahasiswa sudah istirahat.

Samar-samar, Bayu mendengar suara yang sedikit aneh di telinganya.

Haaaaahhhhhh….

Bayu yang sudah kecapean, nggak menggubris suara itu dan terus menuju ke loker. Suara misterius itu tetap ada, bahkan semakin kencang di telinga Bayu.

Di samping loker bengkel, terdapat ruangan khusus mesin CNC.

Saat sampai di depan loker, Bayu sama-samar melihat ada sesuatu di dalam ruang CNC yang gelap.

Sekelebat bayangan putih terlihat berpindah-pindah dari satu mesin CNC ke mesin lainnya. Pelan-pelan, suara misterius itu mulai jelas terdengar di telinga Bayu.

Dimanaaa…

Dimanaaa….

Dimanaaa….

Bayu tertegun mendengar suara itu, pelan-pelan berusaha fokus untuk membuka loker tasnya.

Sekelebat bayangan putih itu pelan-pelan mendekati Bayu hingga ia akhirnya bisa melihat dengan jelas. Bayu melihat dengan jelas seseorang berbaju putih tapi tak memiliki kepala.

Bayu yang sudah kecapean, berusaha tak menggubris apa yang dilihat dan didengarnya.

Dimanaa…

Dimanaa…

Dimanaa…

Di saat Bayu membuka loker hendak mengambil dompet di tas, tiba-tiba muncul sebuah kepala berlumuran darah di dalam lokernya sembari berteriak di depan muka Bayu...

DIMANA KEPALAKUUUU……

Bayu yang tak menduga apa yang dilihatnya, seketika jatuh pingsan saking syoknya. 

Brukkkk!

Entah berapa lama Bayu pingsan, hingga ia mulai tersadar karena diseret Rian.

Perlahan Bayu mulai membuka matanya dan ia bisa melihat teman-teman sekelas sudah mengerumuninya.

“Bay, bangun Bay. Kamu kenapa sampai pingsan gini?,” Rian bertanya sembari memberi minyak kayu putih di hidung Bayu.

Bayu yang pelan-pelan mulai bangun, hanya bisa menjawab “Aku nggak papa kok”.

Setelah kejadian hari itu, Bayu langsung sakit demam selama seminggu lamanya. Ia pun tak menceritakan peristiwa siang itu ke siapapun, bahkan pada Rian sekalipun.

Tragedi Mesin Gerinda

Hari-hari perkuliahan di Polman Bangka Belitung terus berjalan seperti biasanya. Bayu yang sudah sehat, kembali masuk kuliah karena mulai masuk minggu persiapan ujian.

Hari itu, jadwal kelas Bayu untuk praktikum di bengkel, mata pelajaran yang diajar oleh Pak Joko.

Para mahasiswa tengah istirahat siang. Saat itu, Pak Joko hendak mengasah pahat bubut yang akan digunakannya nanti saat jam kuliah kembali dimulai.

Pak Joko lantas berjalan menuju ke ruang logistik yang berada di dalam bengkel.

Beliau hendak mengasah pahat bubut ke mesin gerinda otomatis di dalam ruang logistik.

Trengggg…

Trengggg….

Trenggggg

Saat sedang mengasah pahat bubut, Pak Andi, salah satu staf ruang logistik melintas di depan ruangan.

Pak Andi tiba-tiba berteriak ketika melihat ke dalam ruang logistik.

Croott!

"Astaghfirullahal adzimmm," teriak Pak Andi begitu kagetnya.

Pak Andi langsung berlari ke arah Pak Joko yang masih mengasah pahat bubut.

Ditariknya Pak Joko menjauh dari mesin gerinda yang terus menyala.

“Eh eh eh, kamu kenapa narik-narik saya lagi mahat?,” ucap Pak Joko.

Pak Joko terlihat begitu marah karena tiba-tiba ditarik menjauh saat sedang fokus-fokusnya.

"Astaghfirullah adzim pak, itu lihat tangan bapak,” ucap Pak Andi sambil menunjuk tangan Pak Joko.

Pak Joko baru tersadar dari marahnya ketika melihat kondisi tangannya. Tangannya kini sudah mengucurkan darah dengan begitu derasnya.

2 ruas jarinya hilang habis tergerus di mesin gerinda. Cipratan darah Pak Joko mengenai dinding dan mesin-mesin yang ada di ruang logistik.

Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada Pak Joko hingga ia tak sadar sudah menggerus tangannya sendiri.

Pasca kejadian itu, Pak Joko tetap masuk mengajar di kelas keesokan harinya.

Namun, tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Pak Joko hari itu.

Teror Mencekam Penghuni Bengkel Kampus Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung

Entah ada yang percaya atau tidak dengan cerita pengalaman Bayu bersama temannya tentang keangkeran kampusnya hingga hampir merenggut nyawa. Barangkali ada yang pernah mengalami kejadian serupa? Kalau ada, jangan lupa tulis di kolom komentar ya. Sampai jumpa.

Baca juga: Kisah Kelam Arwah Gentayangan Mahasiswi Terjatuh di Universitas Gunadarma Kampus Kalimalang

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150