
Zona Mahasiswa - Perayaan HUT ke-80 RI di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, diwarnai duka mendalam setelah seorang ibu muda bernama Anik Mutmainah (38) meninggal dunia saat menonton karnaval sound horeg. Anik, yang dikenal suaminya Mujiarto sebagai penggemar berat acara dengan dentuman musik keras, tiba-tiba pingsan di tengah keramaian dan dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit.
Kronologi Kejadian: Dari Kegembiraan Menjadi Duka
Pada Sabtu malam (2/8/2025), Anik bersama kakaknya, Sofia (54), datang ke acara karnaval yang digelar sebagai bagian dari selamatan desa dan perayaan kemerdekaan. Acara ini menampilkan sejumlah sound horeg dari Lumajang dan luar kota, menciptakan suasana yang semarak dan meriah. Anik, yang memang sangat menyukai acara semacam ini, bahkan sempat mengabadikan momen tersebut dengan ponselnya.
Namun, di tengah keramaian dan dentuman suara yang memekakkan telinga, Anik tiba-tiba merasa pusing dan kemudian pingsan. Sofia yang mendampingi langsung meminta bantuan warga untuk mengevakuasi Anik ke RSUD Pasirian.
Sayangnya, saat tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD), kondisi Anik sudah sangat kritis. Dokter jaga RSUD Pasirian, dr. Yessika, menyatakan bahwa Anik sudah dalam kondisi henti napas dan henti jantung. Tim medis sempat memberikan pertolongan pertama, namun Anik tidak menunjukkan respons kehidupan. "Dokter sempat berikan pertolongan hidup dasar, tapi pasien tidak memberikan refleks kehidupan," terang Yessika.
Meskipun demikian, pihak RSUD tidak bisa berspekulasi mengenai penyebab pasti kematian Anik dan menyatakan bahwa diperlukan pemeriksaan forensik lebih lanjut.
Respons Keluarga dan Pemerintah Daerah
Jenazah Anik Mutmainah telah dimakamkan di pemakaman umum Desa Selok Awar-awar. Suasana duka masih menyelimuti keluarga yang tabah menerima takdir. Suami Anik, Mujiarto, menyatakan keikhlasannya. "Ya mau bagaimana lagi, namanya umur kan nggak ada yang tahu, tapi saya ya ikhlas karena sudah takdirnya," ujarnya.
Kejadian ini juga mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Bupati Lumajang, Indah Amperawati, secara langsung mendatangi rumah duka untuk menyampaikan belasungkawa. Ia mengatakan bahwa pihak keluarga ikhlas atas kepergian korban dan menganggapnya sebagai takdir.
Indah juga menegaskan bahwa karnaval sound horeg tersebut telah memiliki izin. Meski demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang akan mengevaluasi pelaksanaannya dan berkoordinasi dengan Polres Lumajang terkait kegiatan serupa di masa mendatang.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit tentang risiko yang mungkin timbul dari kegiatan dengan intensitas suara yang sangat tinggi. Meskipun acara semacam ini populer dan meriah, keamanan dan kesehatan peserta tetap menjadi prioritas utama yang tidak boleh diabaikan.
Bagaimana menurut Anda, bagaimana seharusnya pihak penyelenggara dan pemerintah daerah memastikan keamanan peserta, terutama mereka yang memiliki kondisi kesehatan rentan, dalam acara yang melibatkan suara keras seperti karnaval sound horeg?
Komentar
0