Pilihan Editor

Misteri Kamar 308A Rusunawa UII

Dinik Afrianingsih 11 November 2021 | 18:05:13

zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Kali ini Sans akan membawa kalian ke salah satu universitas Islam di Yogyakarta, yaitu Universitas Islam Indonesia atau UII.

Universitas Islam Indonesia merupakan perguruan tinggi swasta nasional tertua di Indonesia. Universitas ini telah berdiri sejak 1945 dan ternyata juga memiliki berbagai cerita mistis bahkan masih penuh dengan misteri. Seperti halnya Kamar 308A di rusunawa kampus UII.

Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan misteri kamar 308A yang katanya horor. Yuk, Sans mulai ceritanya! Sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya, agar lebih seru! Selamat membaca.

Berawal dari sebuah kegiatan para mahasiswa UII yang mengharuskan seluruh mahasiswa baru tinggal di rusunawa kampus tersebut, salah satunya adalah Eris. Ia dan mahasiswa baru lainnya mengikuti rangkaian acara sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan panitia. Kegiatan yang berlangsung hingga petang. Setelah acara berakhir, mereka kembali ke rusunawa selatan kampus UII.

Rusunawa selatan UII merupakan rusunawa yang terkenal akan kisah horornya, terutama misteri kamar 308A. Hampir semua mahasiswa UII telah mendengar kisah mistis tersebut. Kamar yang terletak di lantai 3 gedung dan berdekatan dengan kamar mandi itu tak pernah dibuka bertahun-tahun. Hingga saat ini pun tempat tersebut tetap terkunci dan seluruh mahasiswa dilarang memasukinya.

Semua mahasiswa baru termasuk Eris pun sudah mendengar kisah seram di balik kamar 308A itu. Konon katanya ada seseorang yang meninggal bunuh diri. Sayangnya, tak ada yang tahu siapa sosok yang meninggal di sana.

"Kalian tidur di kamar 301A dan 301B. Jangan ada yang boleh tidur di kamar lain selain dua kamar itu ya. Termasuk 308A, mengerti?" ucap Bima, seorang musyrif yang diperintahkan menjaga mahasiswa baru di lantai 3.

"Kenapa kami nggak boleh di kamar itu musyrif?" tanya Eris penasaran.

Ya, Eris adalah satu dari delapan orang yang tinggal di kamar lantai 3. Pada dasarnya pemuda berambut cepak itu memang sosok yang selalu penasaran terhadap apapun, terutama hal-hal berbau mistis.

"Nggak usah banyak tanya kenapa, yang pasti jangan pernah ke kamar itu atau kamar lain selain tempat tidur kalian," tegas Bima menatap para maba di depannya.

"Kalau kalian mau ke kamar mandi, lebih baik bersama-sama. Jangan sampai pergi sendirian," lanjutnya.

Semua orang di sana pun mengangguk mengiyakan perintah sang musyrif. Kemudian mereka pergi ke kamar masing-masing. Seperti halnya Eris yang satu kamar dengan Bima.

Di dalam kamar, Eris pun kembali mempertanyakan alasan di balik perintah Bima tadi. Sementara itu, temannya yang lain hanya bersikap acuh.

"Musyrif, kenapa kita nggak boleh ke kamar 308A sih? Saya penasaran banget lho sama ceritanya," tuntut Eris.

"Udah, kamu nggak usah penasaran, sekarang mending kamu tidur. Besok masih ada kegiatan dari pagi sampai malam," jawab Bima.

"Halah, bilang aja nggak tahu. Gak usah pakai alasan," gerutu Eris.

Bima hanya mendelik kaget melihat tingkah adik tingkatnya yang kurang ajar itu. Ia pun mengelus dada untuk menenangkan diri.

Eris merasa heran, dahinya mengkerut, bila memang tidak cerita itu tidak benar adanya, kenapa mereka tidak boleh tidur di sana. Melihat adik tingkatnya masih sangat penasaran bahkan tampak ingin mengajukan pertanyaan lagi, Bima pun menyeletuk menyuruh Eris tidur.

"Nggak usah tanya-tanya lagi dan nggak usah coba-coba ke sana. Sepenasaran apapun kamu mending sekarang tidur gih," perintah Bima yang sudah lelah dengan Eris.

"T-tapi...."

"Nggak usah banyak tapi-tapian. Tidur!" perintah Bima sambil menunjuk tempat tidur Eris yang ada di bawahnya.

Akhirnya Eris dan teman-teman satu kamarnya tidur setelah mendengar perintah Bima yang tampak mulai emosi. Namun, dalam hati Eris tetap penasaran dengan kamar 308A dan misterinya.

Pukul 00.01 dini hari. Semua orang yang tinggal di lantai 3 telah terlelap dalam tidur mereka. Termasuk Eris dan Bima yang terbuai oleh mimpi indah. Sementara itu, di luar kamar suasana sepi dan sunyi, dengan lampu-lampu yang temaran menerangi lorong lantai 3 rusunawa UII. Entah dari mana asalnya udara dingin menyelimuti lorong dengan kabut yang entah muncul dari mana.

Pencahayaan mulai temaram dan lampunya berkedip-kedip, suasana lorong semakin mencekam terutama di area kamar kosong di sekitar kamar mandi.

Kreek...Gedebukk...

Sebuah suara jatuh terdengar nyaring memenuhi lantai 3, bahkan seluruh orang di lantai tersebut dapat mendengarnya, termasuk Bima dan Eris. Keduanya melonjak kaget setelah mendengar suara jatuh itu. Mereka saling menatap dan kemudian keluar dari kamar. Bima dan yang lainpun menuju kamar di seberang mereka, kamar 301B.

Sesampainya di sana Bima mengecek keberadaan seluruh mahasiswa yang ada di kamar 301B. Ia menghitung jumlah mahasiswa yang ada, dan ternyata hanya ada tujuh termasuk dirinya.

"Wah, kayaknya ada yang ilang nih," seru Eris.

Eris tampak senang sedari keluar dari kamar mereka. Entah kenapa ia tampak menikmati kejadian dini hari itu.

"Siapa yang nggak ada?" tanya Bima.

Mereka yang tidur di kamar 301B saling menatap ketakutan. Tak ada satupun yang berani menjawab pertanyaan sang musyrif. Hingga seorang pemuda berambut klimis dengan mata sipit maju.

"I-itu Musyrif, ya-yang nggak ada di-di sini A-Abi musyrif," ucapnya terbata-bata.

"Kemana dia? Masa nggak tahu? Kan kalian sekamar," tuntut Bima.

"Ka-katanya tadi ke kamar mandi musyrif."

Mendengar itu Bima kaget, wajahnya memerah manahan amarah. Padahal ia sudah mengatakan untuk tidak pergi sendirian. Tapi, ternyata Abi malah pergi sendiri dan teman-temannya ini hanya menunggu di kamar.

"Kan sudah dibilangi, harusnya kalian temani Abi, jangan sampai pergi sendirian! Astaghfirullah!" Bima marah kepada ketiga orang di depannya.

Dengan kesal Bima pun meninggalkan para adik tingkatnya itu menuju kamar mandi tempat Abi berada. Wajah sang musyrif itu tampak khawatir dan marah. Ia merasa lalai dengan amanah yang diberikan padanya.

Sebenarnya kamar mandi tersebut tidak jauh dari kamar mereka. Namun, entah kenapa langkah Bima, Eris, dan yang lainnya terasa berat. Seperti suasana di lorong itu berubah seketika. Bahkan terasa lebih dingin dari biasanya. Padahal di lantai 3 tidak ada jendela sama sekali, yang ada hanya jendela balkon di setiap kamar.

Akhirnya setelah sampai di kamar mandi mereka pun langsung memanggil Abi dan mengetuk setiap pintu biliknya.

"Abi...," panggilnya. Namun, tidak mendengar sahutan apapun.

Sementara itu, yang lainnya juga mencari Abi dengan mengintip dari celah bilik kamar mandi. Akan tetapi Eris hanya terdiam melihat teman-temannya. Sambil menyandarkan punggungnya di pinggir pintu kamar mandi ia hanya tersenyum dan menatap sang musyrif penuh canda.

"Ris, kalau nggak mau bantu, pergi aja deh!" ucap Bima sebal melihat ketidak acuhan Eris.

"Slow dong. Nggak usah ngegas wahai musyrif yang budiman. Kalau Abi memang nggak ada di sini, berarti ya cari di tempat yang lain. Mungkin aja kan dia ada di sana," ucapnya sambil menunjuk sebuah pintu yang terbuka sedikit.

Ya, sebuah pintu terbuka dan pintu itu adalah kamar 308A yang terlarang. Bima yang semakin gusar tanpa babibu langsung lari menuju kamar itu. Padahal pintu itu selalu terkunci, bahkan penjaga rusunawa juga tak pernah memegang kunci kamar tersebut.

"ABI!" teriak Bima yang melihat adik tingkatnya duduk lemas di dalam kamar itu.

Abi duduk dengan wajahnya yang sudah pucat pasi, tubuhnya penuh keringat dingin, bahkan kulitnya sudah mendingin seperti mayat hidup. Tatapannya pun kosong seperti nyawanya baru terserap oleh sesuatu.

"Abi...Abi...sadar. Abi!" ucap Bima sambil menepuk pipi Abi.

Perlahan telunjuk Abi mulai bergerak ke jendela balkon kamar 308A. Bibirnya tampak bergetar ingin mengatakan sesuatu pada sang musyrif dan teman-temannya.

"Di-di sana...di-dia di sana...."

Semua orang menatap ke balkon yang ditunjuk Abi. Tidak ada apapun di sana, hanya jendela yang terbuka dengan angin berhembus ke dalam kamar.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pelan terdengar dari arah pintu kamar 308A. Semua orang menatap ke arah pintu dan tak ada siapapun. Semuanya mengernyit heran. Bahkan Bima mengira bila Eris yang melakukannya. Sementara yang dituduh malah mengendikkan bahunya.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pelan kembali terdengar namun kali ini berbeda. Bukan dari pintu, akan tetapi dari jendela balkon. Semua orang manatap ke arah sumber tersebut.

"Hihihihi" terdengar tawa cekikikan menggema di seluruh kamar.

Tampak seorang wanita berambut panjang dengan pakaian putih melekat di tubuhnya. Wajahnya tertutup dengan rambut hitam miliknya yang kusut. Namun, bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman mengerikan.

"Su-geng da-lu," sapa hantu perempuan itu dengan terbata-bata sambil melambaikan tangannya.

Semua orang di sana terdiam membisu. Mereka menatap lekat sosok menakutkan itu dan tak menyangka bahwa si misterius yang berada dalam kamar 308A adalah perempuan.

Kini terjawab sudah rasa penasaran mereka dan bahkan ketakutan hingga tak ingin mengingat kejadian menyeramkan malam ini. Eris dan kawan-kawannya tidak akan kembali lagi ke kamar tersebut dan cerita itu pun menyebar luas di kampus UII hingga saat ini.

Misteri Kamar 308A Rusunawa UII

Apakah Sobat Zona juga pernah mengalami kejadian horor seperti di rusunawa UII? Sharing sama Sans yuk! Oh iya, kira-kira kampus mana lagi nih yang harus Sans kunjungi untuk menceritakan kisah horor selanjutnya? Tulis di komentar ya.

Baca Juga: Misteri Lorong Lantai 2 Universitas Ahmad Dahlan

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150