zonamahasiswa.id - Kasus pembunuhan Munir masih menjadi misteri sampai saat ini. Namun, kemunculan hacker Bjorka menimbulkan spekulasi dari berbagai pihak tentang siapa dalang di balik pembunuhan Munir.
Sementara, sudah 18 tahun berlalu kasus pembunuhan aktivis Munir Said Thalib yang terjadi pada 7 September 2004. Kabarnya saat itu, Munir akan bertolak dari Jakarta menuju Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Nahas, kabarnya ia justru diracuni hingga dinyatakan meninggal dunia.
Baca Juga: Lagu Ultah Bergema, Puan Maharani Sumringah di Tengah Aksi Demo Tolak Kenaikan BBM
Kronologi Kasus Kematian Munir
Jika melansir dari Kompas, Munir yang akan ke Belanda menaiki pesawat dengan nomor penerbangan GA-974 dan sempat transit di Bandara Changi, Singapura. Ketika dalam perjalanan, Munir mengeluh sakit perut usai meneguk segelas jus jeruk.
Berdasarkan informasi dari Harian Kompas (2004), seorang saksi mengatakan Munir sempat beberapa kali ke toilet. Bahkan, ia sempat mendapat pertolongan dari salah satu penumpang pesawat yang kebetulan berprofesi sebagai dokter.
Nahasnya, Munir dinyatakan meninggal dunia pada ketinggian 40.000 kaki di atas tanah Rumania pukul 08.10 waktu setempat. Jenazah Munir baru diturunkan setelah pihak keamanan setempat melakukan proses pemeriksaan selama 20 menit lamanya usai mendarat di Belanda.
Kemudian, pada 12 September 2004 Munir dimakamkan di kota kelahirannya yakni Batu, Malang. Sehari setelah dimakamkan, Institut Forensik Belanda (NFI) mengungkap adanya senyawa arsenik di tubuh Munir. Mereka pun menyatakan bahwa Munir meninggal dunia karena diberi racun arsenikum.
Sayangnya hingga saat ini dalang di balik meninggalnya Munir masih belum terkuak. Meski pada 19 Maret 2005 lalu, tim penyidik Mabes Polri telah menetapkan pilot Garuda Indonesia Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai tersangka. Namun hal ini tetap masih belum berhasil memecahkan misteri kematian Munir.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Indra Setiawan dan Sekretaris Chief Pilot Airbus 330 PT Garuda Indonesia Rohainil Aini juga ikut terseret dalam kasus ini. Bahkan pihak Kejaksaan juga mendakwa mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Muchdi Purwopranjono sebagai pengajur dalam kasus pembunuhan Munir.
Namun, lagi-lagi mejelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan vonis bebas yang diperkuat pula dengan putusan Mahkamah Agung. Hal ini pun menjadi misteri besar hingga saat ini. Bahkan sampai hacker Bjorka ikut membongkar dalang di balik pembunuhan Munir.
Sementara, Pollycarpun Budihari Priyanto divonis hukuman 14 tahun penjara. Indra Setiawa dinovis 1 tahun penjara karena dianggap menempatkan Pollycarpus sebagai extra crew pada jadwal penerbangan Munir ke Belanda.
18 tahun kasus Munir tak kunjung terungkap dalang di balik pembunuhannya. Terlebih, kasus ini tak termasuk sebagai pelanggaran HAM berat melankan hanya pembunuhan biasa. Hal ini sempat dikatakan oleh Direktur Imparsial Gufron Mabruri.
Kronologi Versi Bjorka
Lewat unggahannya, Bjorka mengungkap siapa dalang di balik pembunuhan Munir yang masih menjadi misteri saat ini. Ia mengungkap sosok misterius yang diduga membunuh Munir adalah Ketua Umum Partai Berkarya Muchdi Purwopranjono. Ia pun membeberkan kronologi lengkapnya hingga nama Megawati pun ikut terseret.
"Who Killed Munir? (Siapa yang membunuh Munir?)" tuturnya.
Saya akan memberi nama jika Anda meminta siapa sosok yang berada di balik pembunuhan Munir. Dia adalah Mucdi Purwopranjono yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Berkarya.
Munir adalah koordinator KontraS yang mengungkap bahwa pelaku penculikan 13 aktivis periode 1997-1998 adalah anggota Kopassus yang dikenal dengan Tim Operasi Mawar. Akibat pengungkapan itu, Muchdi Komandan Jenderal Kopassus menjadi tidak senang dengan Munir.
Akibatnya, Muchdi harus diberhentikan dari jabatan barunya selama 52 hari. Muchdi ditunjuk menjadi Kepala Deputi V BIN pada 27 Maret 2003. 'Posisi yang membuka banyak kesempatan untuk menghentikan aktivis, korban mendiang Munir yang merugikan terdakwa'.
Muchdi memanfaatkan jaringan non organik BIN, Pollycarpus Budihari Priyanto pilot PT Garuda Indonesia Airways untuk membunuh Munir. Saat itu diketahui Munir akan terbang ke Belanda menggunakan Garuda Indonesia.
Polly kemudian diangkat menjadi petugas keamanan penerbangan agar bisa naik pesawat PT Garuda Indonesia Airways manapun, termasuk pesawat yang nantinya akan ditumpangi Munir. Selanjutnya, Polly membuat surat rekomendasi kepada PT Garuda Indonesia agar ditempatkan di corporate security.
Draf surat diketik Polly menggunakan komputer di ruang staf Deputi V BIN (Muchdi). Setelah selesai, surat dikoreksi oleh saksi Budi Santoso dan sempat menanyakan untuk apa surat tersebut.
Beberapa hari kemudian, Polly mengatakan kepada Budi Santoso 'Saya mendapat tugas dari Mr Muchdi Purwopranjono untuk membunuh Munir'. Surat kemudian ditandatangani dan disimpan dalam amplop BIN dengan nomor R-451/VII/2004 yang langsung diberikan Polly kepada Indra Setiawan selaku Presiden Direktur PT Garuda Indonesia Airways.
Selanjutnya, Polly menelepon Munir yang diangkat oleh istrinya Suciwati untuk bertanya kapan ia akan bertolak ke Belanda. Polly pun mengatur agar bisa bergabung dengan penerbangan sebagai kru tambahan. Padahal Polly seharusnya menjadi pilot utama penerbangan ke Peking, China pada 5 September sampai 9 September 2004.
Polly bisa menerbangkan pesawat bersama Munir yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Pukul 23.32 WIB setelah terbang sekitar 120 menit pesawat mendarat di Bandara Changi Singapura.
Polly yang sudah bertemu Munir, lantas membawanya ke Coffee Bean melalui Gebang 42. Munir menunggu Polly yang tengah memesankan dua minuman, yang mana satunya telah dimasukkan racun arsenik.
Munir pun kembali ke pesawat untuk melanjutkan penerbangan. Sementara Polly kembali ke Jakarta pada Selasa pukul 10.47 waktu setempat. Sedangkan Munir meninggal dunia pada dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol Amsterdam, Belanda.
Berdasarkan hasil otopsi, tubuh Munir mengandung 3,1 miligram racun arsenik. Putusan hakim terhadap terdakwa Muchdi pada Rabu, 31 Desember 2008 jauh dari tuntutan jaksa yakni 15 tahun pejara.
"Menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan merencanakan pembunuhan Munir sesuai dakwaan jaksa," ucap Ketua Majelis Hakim Suharto.
"Tiga orang yang pernah duduk di kursi penjara atas tuduhan melakukan pembunuhan Munir menghirup udara bebas. Indra Setiawan, mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia yang divonis majelis hakim karena ikut membuat surat palsu. Telah dibebaskan setelah menjalani satu tahun penjara. Polly yang dituduh sebagai algojo pembunuhan Munir dibebaskan 28 September 2014. Sementara Muchdi bahkan dibebaskan dari tuduhan merencanakan pembunuhan terhadap aktivis tersebut," tulisnya.
Dalam keterangannya, Bjorka turut menyebut nama Ketua BIN saat itu yakni AM Hendropriyono serta Megawati karena menurutnya seorang bawahan tak mungkin bisa bertindak sendiri tanpa adanya perintah dari atasan.
Bjorka menyayangkan Presiden Jokowi yang menurutnya selalu berjanji akan menuntaskan kasus Munir, namun tak kunjung menemui hasilnya. Bahkan, kasus pembunuhan Munir tersebut bisa saja kadaluarsa dan tak ada perkembangan lebih lanjut.
Dengan kata lain, bukan membenarkan kronologi kasus Munir versi Bjorka namun rasanya terasa masuk akal. Terlebih siapa pun yang menjadi dalang di balik pembunuhan Munir, rakyat Indonesia hanya berharap pemerintah terlebih Presiden Jokowi dapat menuntaskan kasus tersebut.
Mengingat Kembali Kasus Pembunuhan Munir dan Kronologi Versi Bjorka
Itulah ulasan mengenai misteri kasus pembunuhan Munir yang belum menemukan titik terang sampai saat ini, hingga seorang hacker bernama Bjorka muncul dan menceritakan kronologi kejadian peristiwa yang menimpa aktivis tersebut.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca Juga: Aneh Tapi Nyata, NIK Orang Lain Bisa Dipakai Daftar Beasiswa Kuliah?
Komentar
0