zonamahasiswa.id - Terkadang merasa heran dengan Indonesia, yang masih saja banyak terjadi kebocoran data. Entah data pribadi dipakai untuk vaksin atau mendaftar beasiswa kuliah. Anehnya, kenapa juga pihak yang bersangkutan seakan bungkam dengan kejadian ini.
Baca Juga: Andai Mahasiswa Seperti Ini, Perjuangkan Hak Kuliah Gegara Dosen Mangkir
Kebocoran Data
Kabar mengenai RUU PDP(Perlindungan Data Pribadi) yang belum disahkan, semakin membuat masyarakat waspada mengenai data-data miliknya dikhawatirkan bocor. Kasus seperti ini pun marak terjadi, namun hanya beberapa saja yang terendus media.
Belum lama, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) membantah adanya kebocoran data registrasi nomor ponsel. Namun nyatanya, bantahan tersebut tak menyelesaikan masalah. Adanya, masyarakat malah ragu bahkan sampai enggan percaya kepada pemerintah tentang kerahasiaan data pribadi miliknya.
Tentu, kasus kebocoran data sudah berulangkali dialami masyarakat dan respon pemerintah hanya berusaha meyakinkan bahwa bocornya bukan dari server internal mereka. Ungkapan tersebut lah yang membuat masyarakat makin nggak habis pikir dengan pemerintah.
Padahal data pribadi milik masyarakat sangat penting dan harus dijaga, tapi kenapa pemerintah mesti kecolongan? Sementara, hal ini sejalan dengan ungkapan pakar yang menyatakan infrastruktur keamanan siber di pemerintahan kita memang terbilang sangat buruk.
Belum lagi, soal sikap yang ditunjukan pemerintah yang terkesan kurang serius dalam menyelesaikan masalah yang ada. Sebagai contoh nih ya, ketika Rektor Universitas Lampung (Unila) Karomani tertangkap KPK, data pribadi miliknya pun disediakan secara cuma-cuma di situs milik kampus terkait.
Bahkan, isinya pun bisa dikatakan lengkap mulai dari nama, TTL, alamat rumah, NPWP, hingga nama istri dan anak beserta tanggal lahirnya. Nah kan, kita saja bisa mendapat informasi data pribadi orang lain dengan sangat mudah.
Baru-baru ini pun, NIK menjadi hal yang paling disorot masyarakat. Sebab, ternyata banyak Nomor Induk Kependudukan (NIK) milik masyarakat yang digunakan oleh orang lain.
Entah untuk data di pinjaman online, dipakai untuk mendaftar partai politik, hingga daftar beasiswa kuliah. Benar-benar sangat menyayat hati ketika ingin meraih impian untuk masa depan yang lebih baik, justru harus tersandung masalah gegara NIK dipakai orang lain.
Pencurian NIK ini pun dialami oleh seorang pemuda asal Desa Sukorambi, Jember bernama Ahamad Samani. Setidaknya selama dua tahun lamanya, ia mengaku gagal mendaftar kuliah melalui jalur beasiswa KIP karena NIK miliknya telah dipakai orang lain.
Setelah melaporkan ke Dispendukcapil Jember, NIK-nya tersebut ternyata dipakai oleh seorang perempuan berinisial AY. Sementara AY diketahui sedang berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Jember.
Yang menjadi pertanyaan, kenapa pihak kampus tidak bisa mengambil tindak tegas meski sudah mendapat laporan tentang kasus tersebut. Rasanya sedikit geram melihat pihak kampus hanya bungkam hingga dihubungi oleh Kabid Informasi Dispendukcapil Jember, Yoni Restian.
Aksi pencurian NIK ternyata juga pernah terjadi yang dipakai untuk kepentingan vaksinasi Covid-19, registrasi nomor ponsel, menambah suara pemilu, hingga mendaftarkan Lamborghini untuk menghindari pajak.
Sejalan dengan opini di atas, Kepala Divisi Akses Internet SAFEnet Unggul Sasena menyebut kasus pencurian NIK tersebut sudah mecuat mulai tahun 2000-an. Unggul pun menyarankan kepada masyarakat untuk menjaga data pribadinya tanpa bergantung ke pemerintah atau negara.
Bisa dengan melakukan tidak membagikan data pribadi ke media sosial dan lebih selektif lagi saat hendak memberikan infromasi penting ke orang asing atau pihak tertentu.
Aneh Tapi Nyata, NIK Orang Lain Bisa Dipakai Daftar Beasiswa Kuliah?
Itulah ulasan mengenai kejadian aneh tapi memang nyata terjadi yang dialami pemuda asal Jember yang tak bisa mendaftar kuliah gegara NIK miliknya sudah dipakai orang lain.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca Juga: Penderita HIV AIDS di Kota Bandung Capai 10 Ribu Orang, Seks Bebas Lumrah Bagi Mahasiswa?
Komentar
0