zonamahasiswa.id - Lagi, kejadian nahas mencoreng nama baik dunia perkuliahan Indonesia. Seorang mahasiswa fakultas teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) meninggal dunia saat mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar (diksar) komunitas mahasiswa pecinta alam (mapala) yang diikutinya minggu lalu.
Baca juga: Tergiur Uang, 2 Remaja di Makassar Culik dan Bunuh Bocah 11 Tahun Untuk dijual Organ Tubuhnya
Kronologi Kejadian
Nahas memang tak bisa dihindari lagi. Hal itulah yang terjadi pada seorang mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur angkatan 2021, Virendy Marjefy Wehantouw (19).
Virendy, begitu panggilannya, merupakan salah seorang mahasiswa yang menjadi peserta pendidikan dan pelatihan dasar (diksar) mahasiswa pecinta alam (Mapala) 09 Universitas Hasanuddin (Unhas). Namun nahas, momen diksar itu menjadi momen terakhirnya di dunia ini.
Virendy meninggal dunia ketika mengikuti diksar mapala itu pada hari Jumat (13/1) lalu. Korban meninggal saat mengikuti kegiatan lintas jalur dari Kabupaten Maros ke Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Informasi yang didapatkan dari Humas Unhas, Supratman Athana, mengatakan jika kegiatan diksar Mapala 09 Unhas tersebut dimulai hari Selasa (10/1) lalu. Menurutnya, korban sudah merasa tidak enak badan ketika melakukan perjalanan dari Maros ke Malino, namun korban tetap memaksakan diri.
"Jadi korban sempat merasakan tidak enak badan saat berjalan dari Maros ke Malino," terang Supratman pada Minggu (15/1) lalu.
Rencana perjalanan diksar tersebut, para peserta akan melintasi sembilan desa di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Sesudah berhasil melintasi tiga desa pada hari ke-empat diksar, barulah korban mengeluhkan jika dirinya kelelahan hingga tak sadarkan diri.
Saat korban tak sadarkan diri, pihak panitia langsung menolongnya dan mengevakuasi korban turun dari gunung. Pihak panitia lantas membawa korban ke Rumah Sakit Grestelina, Makassar.
Namun, korban akhirnya meninggal dunia saat dalam perjalanan ke rumah sakit. "Akan tetapi, korban meninggal dunia saat dalam perjalanan ke rumah sakit. Pihak keluarga saat itu sudah ada di rumah sakit dan membawanya ke rumah duka," ucap Supratman.
Virendy memang meninggal dunia pada Jumat (13/1) lalu. Namun jasadnya baru bisa dievakuasi menuju ke Kota Makassar pada Sabtu (14/1) lalu.
Keluarga Ingin Kasus Ini Diusut Tuntas
Keluarga Virendy sempat melarang korban untuk tidak mengikuti diksar yang diadakan mapala kampusnya tersebut. Sang ibu, Pemilo Tulung, sempat memastikan apakah anaknya mampu mengikuti diksar tersebut.
"Sempat nanya, kamu mampu ya? Karena ini kan hujan. Sempat saya larang," ucap Pemilo.
Menurut penuturan orang tua Virendy, anaknya tidak memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya. Namun sebelum diksar tersebut dilaksanakan, Virendy sudah mengeluhkan jika dirinya kelelahan.
"Dia tidak pernah sakit. Cuman mengeluh kelelahan sejak latihan dulu sama ikut langsung itu, dia sudah capek," terang Pemilo.
Pemilo mengungkapkan jika dirinya menerima telpon dari teman Virendy jika korban sudah berada di RS Grestelina. Dirinya hanya diberitahu untuk segera menuju ke rumah sakit. Namun ternyata, sang putra tercinta sudah meninggal dunia saat ia sampai di sana.
Pemilo juga menuturkan jika dirinya tak mengetahui pasti penyebab kematian putranya. Namun menurut dokter di rumah sakit tersebut, Virendy meninggal dikarenakan kelelahan.
Ayah korban, James Wehantouw mengungkapkan jika ia ingin kasus yang membuat anaknya meninggal ini bisa diusut hingga tuntas. Ia pun menumpahkan perasaannya di laman media sosial miliknya pribadi pada Minggu (15/1) lalu.
"Harus diusut tuntas!" tulis James di laman facebook pribadinya.
Ditambah, pihak keluarga akhirnya menemukan kejanggalan dalam kematian sang putra tercinta. Mereka menemukan adanya luka lebam di tubuh Virendy yang ditemukan saat jasad korban dimandikan di rumah sakit.
"Ada beberapa lebam (pada tubuh korban)," terang James pada Minggu (15/1) lalu.
James menambahkan kembali jika luka lebam tersebut terdapat di bagian punggung, tangan, hingga kaki korban. Namun, pihaknya belum mengetahui apa penyebab lebam di badan Virendy.
Atas insiden yang menewaskan putra tercintanya, pihak keluarga Virendy akhirnya melaporkan kejadian ini secara resmi ke Polres Maros. Laporan tersebut dibuat dengan dugaan pelanggaran Pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang Menyebabkan Kematian.
Pihak Kampus Segera Bertindak
Atas insiden meninggalnya salah satu mahasiswa kampusnya, Unhas akhirnya membentuk tim investigasi dan meminta kegiatan Mapala yang diikuti Virendy tersebut. Bahkan, pihak Dekan Fakultas Teknik yang langsung memberikan perintahnya.
"Kemarin Pak Dekan Teknik itu, langsung mengultimatum untuk menghentikan dulu kegiatan Mapala. Jadi akan diturunkan tim investigasi juga dari fakultas," terang Prof Muhammad Ruslin selaku Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas.
Ruslin juga menambahkan jika kegiatan diksar mapala itu sudah mendapatkan izin dari Unhas. Kegiatan diksar mapala itu juga memiliki proposal kegiatan hingga sudah mengantongi izin dari setiap orang tua mahasiswa peserta.
Dia melanjutkan, kegiatan diksar yang dilakukan oleh UKM Mapala 09 Unhas tersebut merupakan proses kaderisasi yang diperuntukkan bagi setiap anggota yang akan bergabung ke unit kegiatan mahasiswa (UKM) tersebut.
"Itu memang bentuknya diksar untuk calon anggota masuk ke UKM Mapala 09 Fakultas Teknik," kata Ruslin.
Mahasiswa Teknik Unhas Meninggal Saat Ikuti Diksar Mapala, Keluarga Minta Usut Tuntas Kasusnya
Itulah ulasan mengenai kasus meninggalnya seorang mahasiswa teknik Unhas saat mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar (diksar) komunitas mapala yang diikutinya hingga keluarganya meminta kasus ini bisa diusut tuntas.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca juga: Kisah Mahasiswi UNY dari Keluarga Miskin yang Perjuangkan Keringanan UKT Hingga Meninggal Dunia
Komentar
0