Berita

Kisah Unik di Balik Nama Singkat yang Bikin Dosen Gagal Lupa, Cuma Satu Huruf 'Z', Mahasiswa Undip Ini Lulus Cum Laude!

Muhammad Fatich Nur Fadli 02 Desember 2025 | 18:30:11

Zona Mahasiswa - Apa yang ada di benakmu jika mendengar nama seseorang hanya terdiri dari satu huruf? Mungkin kamu mengira itu adalah kesalahan ketik atau nama samaran di dunia maya. Namun, di Universitas Diponegoro (Undip), nama "Z" adalah identitas sah dari seorang mahasiswa yang baru saja mencuri perhatian publik dan civitas akademika.

Baca juga: Pejuang Skripsi Wajib Ngerti Hal Ini! Apalagi yang Penelitiannya Kualitatif

Bukan hanya karena namanya yang super irit, Z membuktikan bahwa di balik kesederhanaan identitasnya, tersimpan otak yang encer dan semangat juang yang tinggi. Ia berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dengan predikat Cum Laude.

Momen Unik di Wisuda ke-180 Undip

Suasana haru dan bangga menyelimuti Gedung Serba Guna Muladi Dome saat prosesi Wisuda ke-180 Universitas Diponegoro digelar. Di antara ratusan nama wisudawan yang panjang dan penuh gelar, MC acara seolah mendapatkan "jeda istirahat" singkat ketika memanggil satu nama dari Program Studi S1 Ekonomi: Z.

Tanpa embel-embel, tanpa nama belakang, benar-benar hanya huruf terakhir dalam alfabet. Z menjadi salah satu dari 285 wisudawan FEB yang hari itu resmi menyandang gelar sarjana. Keunikannya langsung menjadi highlight, memangkas waktu antrean pemanggilan nama, sekaligus membuat banyak orang bertanya-tanya tentang sosok di balik nama tersebut.

Prestasi Z tidak main-main. Ia lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,58, sebuah angka yang sangat memuaskan, apalagi mengingat perjalanan kuliahnya yang tidak mulus karena terhantam badai pandemi.

Filosofi Nama: Doa Orang Tua yang "To The Point"

Bagi sebagian orang, nama adalah doa yang panjang. Namun bagi orang tua Z, doa itu dirangkum dalam kesederhanaan yang padat. Z sendiri awalnya sempat bingung dengan pemikiran orang tuanya. Mengapa hanya satu huruf? Mengapa huruf terakhir?

Namun, seiring berjalannya waktu, Z menyadari makna mendalam di baliknya. Orang tuanya berharap Z tumbuh menjadi pribadi yang sederhana namun meninggalkan kesan mendalam. Huruf Z, sebagai penutup alfabet, seringkali menjadi huruf yang paling diingat karena letaknya di ujung.

Filosofi ini terbukti nyata. Di mana pun Z berada, mulai dari bangku sekolah hingga kuliah, ia selalu menjadi sosok yang mudah dikenali dan sulit dilupakan. Identitas yang singkat itu justru menjadi personal branding alami yang kuat tanpa perlu ia berusaha keras.

Perjuangan "Angkatan Corona": Masuk Jalur SBMPTN 2021

Perjalanan akademik Z di Undip dimulai pada tahun 2021 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kita semua tahu, tahun 2021 adalah masa-masa kelam dunia pendidikan akibat puncak pandemi Covid-19.

Z adalah bagian dari "Angkatan Corona", generasi mahasiswa yang harus memulai kehidupan kampus dari balik layar laptop.

"Masa itu tidak mudah. Saya kesulitan memahami materi dan membangun relasi dengan teman baru," tutur Z, mengenang masa-masa awal kuliahnya.

Tantangan kuliah daring bukan hanya soal sinyal atau kuota, tetapi juga soal interaksi sosial yang minim. Bagi mahasiswa baru, tidak bisa bertemu teman sekelas secara fisik adalah pukulan mental tersendiri. Namun, di tengah kesulitan itu, nama uniknya justru menjadi "senjata" tak terduga.

Dilema Nama Unik: Antara Keuntungan dan "Teror" Dosen

Dalam perkuliahan via Zoom, dosen biasanya mewajibkan mahasiswa menggunakan nama asli agar interaksi lebih hidup. Di sinilah nama "Z" menjadi pusat perhatian.

"Karena nama saya cuma satu huruf, dosen dan teman-teman jadi cepat ingat," ungkapnya.

Namun, menjadi mudah diingat dosen ternyata bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, Z mudah mendapatkan teman karena namanya unik. Di sisi lain, ia mengalami kecemasan tersendiri alias was-was setiap kali kuliah berlangsung.

Z menceritakan pengalaman lucunya saat kuliah daring. Ada seorang dosen yang saking ingatnya dengan nama Z, beliau selalu menyapa Z di setiap pertemuan.

"Ada dosen yang masih mengingat saya di semester dua, padahal hanya mengajar di semester satu. Setiap pertemuan beliau selalu menyapa, jadi agak was-was juga kalau tiba-tiba dipanggil," ujarnya sambil tertawa.

Bayangkan perasaanmu ketika kamu belum terlalu paham materi kuliah online, tapi namamu sudah ditandai oleh dosen. "Z, bagaimana menurut pendapatmu?" adalah kalimat yang mungkin paling sering membuat jantungnya berdegup kencang. Namun, tekanan itulah yang secara tidak sadar memaksanya untuk selalu siap dan belajar lebih giat.

Bangkit di Era Tatap Muka: Menjadi Asisten Riset

Ketika badai pandemi mereda dan perkuliahan tatap muka (PTM) dimulai, Z perlahan menemukan ritme terbaiknya. Adaptasi dari dunia maya ke dunia nyata berjalan mulus berkat namanya yang sudah "terkenal" duluan.

Z tidak menyia-nyiakan kesempatan kuliah offline. Ia membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar mahasiswa dengan nama unik, tetapi juga mahasiswa yang berintegritas.

Ia dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab. Di tengah kesibukan mengejar IPK, Z aktif berkontribusi dalam dunia akademik dengan membantu penyusunan data penelitian dosen. Ini adalah peran yang tidak mudah didapatkan oleh sembarang mahasiswa. Kepercayaan dosen kepadanya membuktikan bahwa Z memiliki kapabilitas dan etos kerja yang mumpuni.

Keseimbangan Hidup: Tips Anti-Burnout ala Z

Kuliah di FEB Undip dengan target lulus 4 tahun 1 bulan 17 hari tentu bukan hal yang santai. Z mengakui bahwa tugas seringkali menumpuk hingga memaksanya begadang.

"Kalau tugas menumpuk, saya selesaikan meski sampai larut malam," katanya menunjukkan dedikasi.

Namun, Z sadar akan pentingnya kesehatan mental. Generasi Z seringkali terjebak dalam hustle culture yang toxic, tapi Z punya cara sendiri untuk tetap waras.

"Tapi kalau mulai jenuh, saya isi ulang energi (recharge) dengan keluarga atau sahabat," ungkapnya.

Keseimbangan antara ambisi akademik dan kehidupan sosial inilah yang mengantarkannya ke podium wisuda dengan senyum lebar dan predikat Cum Laude.

Pesan Z untuk Pejuang Skripsi dan Mahasiswa Indonesia

Kini, Z telah resmi menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Ia bersiap menapaki dunia kerja profesional sembari tetap menjaga hubungan baik dengan almamaternya melalui bantuan penelitian.

Menutup kisahnya yang inspiratif, Z memberikan pesan menohok bagi Sobat Zona dan seluruh mahasiswa yang mungkin sedang merasa insecure atau lelah dengan proses kuliah.

"Hai, Dips! Tetap semangat ya. Setiap orang punya jalannya masing-masing, dan Tuhan pasti adil memberi hasil sesuai usaha kita," pesannya penuh optimisme.

Ia juga mengingatkan agar kita fokus pada proses pribadi dan tidak mudah membandingkan diri dengan orang lain. Di era media sosial di mana pencapaian orang lain seringkali membuat kita merasa kecil, pesan Z ini sangat relevan.

Kisah Z mengajarkan kita bahwa tidak peduli seberapa singkat atau unik namamu, yang akan dikenang orang pada akhirnya adalah kualitas dirimu, kerja kerasmu, dan jejak prestasimu. Z telah membuktikan bahwa nama satu huruf pun bisa memiliki "cerita berlembar-lembar" yang membanggakan.

 

Baca juga: Dapat Bocoran dari Dosbing, Kurang-kurangin Pakai Redaksi Kayak Gini di Skripsi

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150