Berita

Gadis di NTT Ini Buktikan Bisa Lolos UI meski Guru dan Tetangga Meremehkan: Miskin Jangan Kuliah!

Muhammad Fatich Nur Fadli 26 Juli 2025 | 16:04:11

 

Zona Mahasiswa - Kisah inspiratif datang dari seorang gadis muda asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, bernama Margaret. Ia berhasil membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi besar. Margaret berhasil lolos seleksi ke Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), sebuah pencapaian luar biasa yang diraihnya di tengah cibiran dan keraguan dari guru hingga tetangga terdekatnya.

Baca juga: Drama! Siswi yang Mau Putus Sekolah karena Ditagih Uang Rekreasi ternyata Emang Nggak Mau Sekolah

Bangkit dari Cacian dan Keterbatasan

Margaret dan keluarganya hidup dalam kesederhanaan, tinggal di sebuah rumah kayu yang menunjukkan kondisi ekonomi mereka yang tidak mampu. Kisah perjuangan Margaret ini terungkap setelah Imam Santoso, seorang Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus influencer, mendatangi rumahnya di Pulau Rote. Kehadiran Imam Santoso tidak sendiri, ia ditemani oleh Doktor Sudibyo, seorang dosen legendaris dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI yang dikenal sebagai "legenda hidup" bagi mahasiswa UI.

Kedatangan mereka memiliki tujuan mulia: memberikan beasiswa, hadiah berupa uang tunai, dan sebuah laptop kepada Margaret, sebagai bentuk dukungan atas prestasinya.

Namun, di balik senyum bangga Margaret kini, tersimpan kisah pilu tentang bagaimana mimpinya pernah diremehkan. Gadis berprestasi ini mengaku pernah mendapatkan perkataan yang menyakitkan dari gurunya sendiri saat mengungkapkan cita-citanya berkuliah di UI.

"Diomongin ulang-ulang 'Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI'," ucap Margaret menirukan perkataan gurunya. Ia juga mengakui bahwa dirinya memang sempat menunggak uang sekolah. Ucapan menyakitkan dari guru tersebut sempat membuat Margaret berkecil hati, bahkan berniat mengubur mimpinya untuk menempuh pendidikan tinggi di UI.

Tekad Kuat di Detik-detik Akhir

Meskipun sempat goyah, tekad Margaret untuk menempuh pendidikan tinggi di UI kembali menguat menjelang penutupan pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Ini adalah momen krusial yang menentukan masa depannya.

"Jadi waktu itu hampir tidak daftar SNBP, H-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret, menggambarkan perjuangan dan keberaniannya mengambil keputusan di menit-menit terakhir. Dengan keyakinan penuh, ia hanya memilih satu pilihan: hanya UI saja.

Kala itu, Margaret merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, bahkan dari orang tuanya sendiri. Ia mungkin tak ingin menambah beban pikiran keluarga atau takut jika harapannya tidak terwujud.

Pengumuman yang Mengejutkan dan Dukungan Keluarga

Di hari pengumuman SNBP, Margaret merasakan kejutan luar biasa saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi UI. Sebuah mimpi yang terasa mustahil kini menjadi kenyataan.

Kabar gembira ini segera disambut dengan sukacita, terutama oleh kakak kandungnya. Mengetahui Margaret diterima di UI, sang kakak langsung bekerja esktra keras untuk mengumpulkan uang demi ongkos sang adik menuju Jakarta. "Kakaknya kerja hampir 24 jam setelah tahu Margaret diterima UI," kata Margaret, menunjukkan betapa besar dukungan dan pengorbanan keluarganya.

Cibiran Tetangga: "Miskin Jangan Kuliah!"

Namun, perjuangan Margaret belum berhenti sampai di situ. Setelah dinyatakan diterima di UI, ia kembali mendapatkan pernyataan merendahkan, kali ini bukan dari guru, melainkan dari tetangganya. Tetangga Margaret dengan sinis mengatakan agar gadis tersebut tak usah bermimpi bisa kuliah di luar Pulau Rote, alasannya karena ia berasal dari keluarga miskin. "Miskin jangan kuliah!" mungkin adalah esensi dari cibiran yang diterima Margaret.

Perkataan-perkataan seperti ini, yang seringkali mencerminkan stigma sosial terhadap kemiskinan dan keterbatasan akses pendidikan, adalah tantangan berat yang harus dihadapi oleh banyak anak-anak muda berprestasi dari keluarga kurang mampu. Namun, Margaret telah membuktikan bahwa kemiskinan bukanlah alasan untuk mengubur impian, melainkan bisa menjadi pelecut semangat untuk berjuang lebih keras.

Kisah Margaret adalah pengingat kuat bahwa potensi tidak mengenal latar belakang ekonomi, dan bahwa dukungan moral serta kesempatan dapat mengubah takdir seseorang. Perjalanan Margaret di UI diharapkan akan menjadi inspirasi bagi banyak anak muda lain di seluruh pelosok Indonesia, terutama mereka yang menghadapi kondisi serupa.

Baca juga: Ternyata Ini Alasan Hakim Tetap Hukum Tom Lembong Meskipun Tidak Menikmati Hasil Korupsi

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150