zonamahasiswa.id - Pengusutan terhadap Tragedi Kanjuruhan masih terus dilakukan. Kasusnya telah naik ke tahap penyidikan dan mulai menemui titik terang.
Dalam hal ini, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bertolak ke Jawa Timur untuk menemui korban (5/10). Dari bandara Malang, ia disambut oleh Aremanita yang meneriakkan 'Usut Tuntas Pak!'.
Lantas, Presiden Jokowi meminta tim gabungan independen agar menyelesaikan pencarian fakta dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Mengingat menurutya kasus ini sudah menemui banyak titik terang.
Baca Juga: Ketidaknormalan Tragedi Kanjuruhan Menjadi Malapetaka Bagi Ribuan Penonton
Fakta-Fakta Tragedi Kanjuruhan
Melansir CNN Indonesia, Tim Investigasi Polri telah memeriksa 35 orang saksi terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo tak mengungkap secara detail identitas para saksi yang diperiksa.
"Sudah 35 saksi yang dimintai keterangan, baik saksi internal artinya bahwa anggota Polri yang juga terlibat di dalam kegiatan pengamanan di Stadion Kanjuruhan maupun saksi dari eksternal," ucap Dedi (5/10).
Setidaknya sebanyak 31 anggota Polri diperiksa mengenai dugaan pelanggaran kode etik dalam pengamanan laga Arema FC vs Persebaya pada 1 Oktober 2022.
"Melakukan pemeriksaan terhadap 31 anggota Polri. Dari 31 anggota Polri tersebut, belum selesai (diperiksa) dilanjutkan juga pemeriksaan pada malam hari ini karena sesuai dengan arahan bapak Kapolri, ada beberapa hal yang harus betul-betul didalami," sambungnya.
Dedi mengungkap pihaknya sedang mendalami sejumlah aturan, salah satunya soal aturan FIFA yang melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola. Aturan tersebut tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations Pasal 19b.
Di sisi lain, Dedi juga membantah kabar penangkapan warga yang mengunggah video Tragedi Kanjuruhan. Sebelumnya, beredar kabar di media sosial soal penangkapan seseorang bernama Kelpin yang diduga diculik di dekat stasiun saat hendak berangkat memenuhi undangan Mata Najwa di Jakarta.
"Saya sudah tanyakan kepada tim, khususnya ke tim investigasi yang ada di Mapolres ini ya, itu tidak ada. Saya sudah tanyakan juga ke Kapolda Jawa Timur pun demikian," kata Dedi.
4 Anggota TNI Akui Perbuatannya
Terpisah, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengatakan satu dari lima prajurit yang diperiksa belum mengakui perbuatannya. Mengingat, pemeriksaan itu didasarkan temuan bukti awal yang pihaknya sudah kantongi.
"Sejauh ini prajurit yang sudah kita periksa ada lima. Periksa ini karena sudah ada bukti awal. Dari lima ini, sudah empat mengakui, tapi satu belum, tapi kami nggak menyerah," tutur Andika di Istana Kepresidenan Jakarta (5/10).
Ia mengungkap empat orang di antara prajurit yang diperiksa berpangkat sersan dua, sementara satu orang lainnya mempunyai pangkat prajurit satu.
Diketahui, anggota TNI Angkatan Darat (TNI AD) telah menendang penonton saat kejadian Tragedi Kanjuruhan. Anggota tersebut dikabarkan telah meminta maaf kepada keluarga korban. Terlebih, momen permintaan maaf itu terekam dalam sebuah video yang beredar di media sosial.
"Betul, memang sudah minta maaf," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AD Kolonel Arh Hamim Tohari.
Usai tragedi itu, pejabat kepolisian maupun TNI mendatangi rumah keluarga korban di sejumlah wilayah Malang. Dalam kunjungannya, pihaknya menawarkan kepada keluarga korban ataupun korban untuk menjadi polisi atau TNI.
"Pak Kapolri menyampaikan memang yang diutamakan adalah untuk pendaftaran yang tahun ini. Karena adik almarhum masih kelas 3 SMP, ini menjadi bahan pertimbangan Polda. Nanti akan kami sampaikan informasi kepada pihak keluarga," kata Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat.
Sementara, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Nurchahyanto menawari korban tendangan prajuritnya untuk menjadi tentara. Namun Ibu korban mengatakan anaknya menolak, lantaran dirinya ingin menjadi seorang wirausaha.
"Saya nggak tahu jelas, sempat ditanyain cita-citanya apa? Kalau mau jadi tentara silahkan. Tapi anak saya nggak mau, mungkin kalau dia mau bisa juga ditawari jadi TNI AD tanpa tes. Saat itu anak saya jawab ingin jadi wirausaha," sahut Isrotul, ibunda korban.
Tragedi Kanjuruhan Menemui Titik Terang
Presiden Jokowi meminta Menko Polhukam Mahfud MD beserta jajarannya untuk mengungkap kasus Tragedi Kanjuruhan. Menurutnya, pengungkapan bisa lebih cepat dilakukan oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).
"Kan sudah disampaikan Menko Polhukam beliau minta satu bulan tapi saya minta secepat-cepatnya karena ini barangnya kelihatan semua," tegas Jokowi (5/10).
"Yang bersalah diberikan sanksi kalau ada unsur pidana, maka pidanakan," sambungnya.
Terpisah, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengungkap pihaknya menemukan indikasi banyak korban yang tewas karena gas air mata. Ia mengungkap Komnas HAM menemukan jejak luka yang sama yaitu lebam biru pada wajah korban.
"Pertama adalah kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru. Jadi muka biru ini banyak. Ini yang menunjukan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen, karena juga gas air mata. Terus ada matanya merah keluar juga busa," pungkasnya.
Fakta Baru Tragedi Kanjuruhan: Puluhan Polisi Diperiksa hingga TNI Minta Maaf
Itulah ulasan mengenai sejumlah fakta-fakta baru atas kejadian Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan penonton hingga 31 Polri diperiksa dan anggota TNI meminta maaf kepada korban.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca Juga: DPR Anggarkan Rp1,5 Miliar untuk Beli TV, Warganet Beri Pesan Menohok: Gak Punya Empati
Komentar
0