Berita

Disertasinya Hanya Diminta Revisi, Rocky Gerung: Bahlil Memang Memalukan tapi Lebih Memalukan Lagi Rektor UI

Muhammad Fatich Nur Fadli 12 Maret 2025 | 09:48:49

Zona Mahasiswa - Dunia akademik Indonesia kembali diguncang dengan kontroversi yang melibatkan disertasi doktor Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Isu ini semakin memanas setelah Universitas Indonesia (UI) memutuskan hanya memberikan kesempatan revisi terhadap disertasi tersebut, meskipun Dewan Guru Besar UI sebelumnya merekomendasikan pembatalan gelar doktor karena dugaan pelanggaran akademik.

Baca juga: Ngeri! Metro TV Terang-terangan Bahas Liga Korupsi di Indonesia, Netizen: Ini yang Ditunggu-tunggu

Keputusan UI ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk pengamat politik sekaligus mantan dosen UI, Rocky Gerung. Menurutnya, keputusan tersebut adalah sebuah bentuk ketidakseriusan dalam menegakkan standar akademik di Indonesia. Ia bahkan menyebut tindakan UI lebih memalukan daripada pelanggaran yang dilakukan oleh Bahlil sendiri.

Dugaan Pelanggaran dalam Disertasi Bahlil

Berdasarkan risalah rapat pleno Dewan Guru Besar UI pada 10 Januari 2025, ditemukan beberapa indikasi pelanggaran akademik dalam disertasi yang diajukan oleh Bahlil Lahadalia. Dugaan tersebut meliputi:

  • Ketidakjujuran dalam pengambilan data, di mana informasi yang digunakan dalam penelitian didapatkan tanpa izin narasumber.
  • Kurangnya transparansi dalam penggunaan data, yang menimbulkan pertanyaan besar terkait validitas hasil penelitian.
  • Dugaan plagiarisme, meskipun belum secara eksplisit disebutkan oleh pihak UI.

Berdasarkan temuan ini, Dewan Guru Besar UI merekomendasikan agar gelar doktor Bahlil dibatalkan. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan Rektor UI, Prof. Heri Hermansyah, yang pada akhirnya memilih untuk memberikan kesempatan revisi alih-alih mencabut gelar akademik tersebut.

Kritik Rocky Gerung: "UI Semakin Memalukan!"

Salah satu suara yang paling vokal dalam menanggapi kasus ini adalah Rocky Gerung. Sebagai intelektual sekaligus mantan dosen UI, ia menilai bahwa keputusan UI mencoreng dunia akademik Indonesia. Dalam sebuah video yang diunggah di berbagai platform media sosial, Rocky menyampaikan kritik pedasnya terhadap Rektor UI dan kebijakan yang diambil.

“Anda bisa nulis disertasi tebal – tebal dan terlihat berat karena tebal 1.000 halaman. Tapi kalimat pertama dibantah kalimat terakhir, akibatnya apa? Resultantenya nol. Itu yang dilakukan Bahlil,” ujar Rocky dengan nada sarkas.

Menurutnya, keputusan UI yang hanya meminta revisi disertasi tanpa sanksi yang lebih tegas merupakan bentuk ketidakseriusan dalam menjaga standar akademik. Ia bahkan menyebut bahwa UI, yang mengklaim sebagai "World Class University", justru semakin jauh dari standar akademik yang seharusnya ditegakkan.

“Bahlil memalukan, tapi lebih memalukan lagi Rektor UI yang memberi kesempatan revisi. Loh, dia harusnya DO. Jadi yang dungu itu rektor UI,” tegas Rocky Gerung.

Reaksi Publik: Kekecewaan dan Tuntutan Transparansi

Kasus ini langsung menjadi topik hangat di media sosial. Banyak mahasiswa, akademisi, hingga masyarakat umum yang merasa kecewa dengan keputusan UI.

Beberapa komentar dari netizen yang viral di media sosial:

  • "Kalau mahasiswa biasa yang plagiat, langsung di-DO. Tapi kalau pejabat, kok bisa revisi?"
  • "Buat apa susah-susah nulis skripsi kalau akhirnya bisa revisi walau ada pelanggaran?"
  • "UI makin jauh dari world class university, malah jadi 'WC UI' kayak kata Rocky."

Selain itu, muncul petisi online yang menuntut UI untuk lebih transparan dalam menangani kasus ini. Petisi tersebut telah ditandatangani oleh ribuan orang dalam waktu singkat.

Sikap Universitas Indonesia

Menanggapi kritik yang datang bertubi-tubi, Rektor UI Prof. Heri Hermansyah akhirnya memberikan klarifikasi. Menurutnya, keputusan untuk tidak membatalkan gelar doktor Bahlil sudah melalui berbagai pertimbangan akademik.

“Kami menghormati rekomendasi dari Dewan Guru Besar UI, namun dalam sidang internal universitas, kami memutuskan bahwa revisi adalah solusi terbaik,” ujar Heri Hermansyah.

Namun, pernyataan ini tetap tidak memuaskan banyak pihak. Banyak yang menilai bahwa keputusan tersebut tidak mencerminkan ketegasan UI dalam menjaga standar akademik.

Pentingnya Menjaga Integritas Akademik

Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai standar akademik di Indonesia. Jika sebuah universitas ternama seperti UI tidak bisa tegas dalam menangani dugaan pelanggaran akademik, maka hal ini bisa menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia.

Seharusnya, integritas akademik menjadi hal yang dijunjung tinggi. Universitas harus memastikan bahwa semua penelitian dilakukan dengan standar yang ketat dan transparan. Jika terjadi pelanggaran, sanksi yang diberikan haruslah adil dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Disertasinya Hanya Diminta Revisi, Rocky Gerung: Bahlil Memang Memalukan tapi Lebih Memalukan Lagi Rektor UI

Kontroversi disertasi Bahlil Lahadalia menunjukkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah dalam menjaga integritas akademik di Indonesia. Keputusan Universitas Indonesia yang hanya meminta revisi tanpa menjatuhkan sanksi lebih berat memicu kritik dari berbagai kalangan, termasuk akademisi seperti Rocky Gerung.

Ke depan, masyarakat berharap agar dunia akademik Indonesia dapat lebih transparan, tegas, dan berkomitmen dalam menegakkan standar akademik yang tinggi. Jika tidak, kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan akan terus menurun, dan dunia akademik hanya akan menjadi ajang formalitas tanpa makna yang sebenarnya.

Baca juga: Pemerintah ke Mana? Ada Spanduk Menohok di Jalan Berlubang Pringsewu: Sedang Ada Perbaikan Oleh Rakyat

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150