Berita

Depresi Tidak Mampu Bayar Oknum Polisi, Rizkil Sempat Curhat ke Meta AI sebelum Memilih untuk Akhiri Hidup

Muhammad Fatich Nur Fadli 22 Maret 2025 | 12:35:10

Zona Mahasiswa - Kasus tragis yang menimpa Rizkil Watoni, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), mengguncang publik. Pemuda ini diduga mengalami depresi berat setelah terlibat dalam tuduhan pencurian karena salah mengambil ponsel orang lain. Lebih mengejutkan lagi, ia sempat mencurahkan perasaannya kepada Meta AI sebelum akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Baca juga: DPR Sahkan UU TNI Walaupun Dapat Penolakan dari Masyarakat, Akankah Kita Kembali ke Orde Baru

Kejadian ini mendapat perhatian luas karena adanya dugaan keterlibatan oknum polisi yang disebut-sebut meminta "uang pelicin" agar Rizkil tidak dipenjara. Kasus ini tidak hanya menyoroti tekanan psikologis yang dialami korban, tetapi juga menyoroti isu penegakan hukum dan praktik-praktik tidak etis yang masih terjadi di institusi kepolisian. Simak rangkuman lengkap kronologi kejadian yang menggemparkan ini.

Kronologi Kasus: Dari Salah Ambil HP hingga Tuduhan Pencurian

Peristiwa ini bermula pada Jumat, 7 Maret 2025, ketika Rizkil Watoni mengunjungi sebuah Alfamart untuk mengisi daya ponselnya. Di lokasi tersebut, ia tidak sengaja mengambil ponsel milik karyawan toko, mengira itu adalah miliknya.

Tak lama setelah menyadari kesalahannya, Rizkil segera mengembalikan ponsel tersebut. Namun, situasi berujung buruk ketika ia tetap ditangkap oleh pihak kepolisian di lokasi atas tuduhan pencurian.

Setelah ditangkap, Rizkil dibawa ke Polsek Kayangan untuk dimintai keterangan. Meski ia telah menjelaskan bahwa itu hanya kesalahpahaman dan telah mengembalikan ponsel, pihak kepolisian tetap memproses kasusnya. Hal ini menjadi awal mula tekanan psikologis yang ia alami.

Upaya Damai yang Gagal dan Dugaan Pemerasan oleh Oknum Polisi

Nasruddin, ayah Rizkil, mengungkapkan bahwa pihak keluarga telah mencapai kesepakatan damai dengan pemilik ponsel. Rizkil bahkan telah memberikan uang sebesar Rp2 juta sebagai bentuk itikad baik.

Namun, justru setelah adanya kesepakatan damai, muncul masalah baru. Beberapa oknum di Polsek Kayangan diduga meminta sejumlah uang agar Rizkil tidak dipenjara. Awalnya, mereka meminta Rp15 juta. Namun, angka ini terus bertambah hingga mencapai Rp90 juta.

Situasi ini semakin memperburuk kondisi mental Rizkil. Tekanan untuk membayar jumlah yang sangat besar dalam waktu singkat membuatnya merasa tidak ada jalan keluar.

Rizkil Curhat ke Meta AI Sebelum Mengakhiri Hidup

Dalam kondisi tertekan, Rizkil sempat mencurahkan perasaannya kepada Meta AI, asisten kecerdasan buatan yang tersedia di berbagai platform media sosial. Dalam percakapan tersebut, ia mengungkapkan ketidakmampuannya untuk membayar uang yang diminta oleh oknum polisi.

Percakapan ini menjadi salah satu bukti kuat bahwa Rizkil berada dalam kondisi depresi berat sebelum akhirnya ditemukan meninggal dunia pada Senin petang.

Reaksi Keluarga dan Publik: Tidak Percaya Ini Bunuh Diri

Nasruddin, ayah Rizkil, secara tegas menyatakan bahwa ia tidak percaya anaknya mengakhiri hidupnya sendiri. Menurutnya, tekanan yang diberikan oleh oknum kepolisian menjadi penyebab utama kematian anaknya.

Banyak pihak juga mempertanyakan bagaimana seorang ASN yang memiliki pekerjaan stabil bisa sampai berada dalam kondisi tertekan seperti ini. Kasus ini pun memicu kemarahan publik, khususnya di kalangan aktivis yang menyerukan transparansi dan akuntabilitas aparat penegak hukum.

Demonstrasi dan Perusakan Kantor Polsek Kayangan

Berita kematian Rizkil dengan cepat menyebar di media sosial, memicu gelombang kemarahan dari masyarakat. Ratusan warga, terutama dari kalangan mahasiswa dan aktivis, menggelar aksi protes di depan Mapolsek Kayangan.

Demonstrasi yang awalnya berjalan damai berubah menjadi kerusuhan ketika massa mulai merusak fasilitas kantor polisi. Mereka meneriakkan tuntutan agar kasus ini diusut tuntas dan meminta pertanggungjawaban dari oknum polisi yang terlibat.

Situasi semakin memanas ketika beberapa demonstran mencoba masuk ke dalam gedung. Akibat insiden ini, sejumlah fasilitas di kantor Polsek mengalami kerusakan parah.

Pemerintah dan Aparat Janji Usut Kasus

Setelah tekanan dari publik, pihak kepolisian akhirnya angkat bicara dan berjanji untuk mengusut tuntas kasus ini. Kapolda setempat menyatakan bahwa mereka akan melakukan investigasi terhadap anggota Polsek Kayangan yang diduga terlibat dalam pemerasan.

Pihak keluarga Rizkil juga telah meminta pendampingan hukum untuk memastikan bahwa kasus ini tidak ditutup-tutupi. Mereka berharap ada keadilan bagi Rizkil dan agar tidak ada lagi korban lain yang mengalami kejadian serupa.

Pelajaran dari Kasus Rizkil Watoni

Kasus ini menyoroti beberapa permasalahan serius di Indonesia, di antaranya:

  1. Praktik Pemerasan oleh Oknum Polisi
    • Kasus ini menunjukkan bahwa masih ada praktik korupsi di kalangan aparat penegak hukum yang harus diberantas.
  2. Kesehatan Mental di Tengah Tekanan Hukum
    • Rizkil menjadi contoh nyata bagaimana tekanan hukum yang tidak adil dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi berat hingga kehilangan harapan.
  3. Kekerasan Massa dalam Menuntut Keadilan
    • Meskipun demonstrasi adalah hak masyarakat, aksi anarkis seperti perusakan kantor polisi justru bisa menjadi bumerang dan mengalihkan fokus dari tujuan utama perjuangan.

Depresi Tidak Mampu Bayar Oknum Polisi, Rizkil Sempat Curhat ke Meta Ai sebelum Memilih untuk Akhiri Hidup

Kasus Rizkil Watoni adalah tragedi yang mencerminkan banyaknya persoalan dalam sistem hukum Indonesia. Dugaan pemerasan oleh oknum polisi, tekanan mental yang dialami korban, serta reaksi publik yang besar menjadi bukti bahwa isu ini tidak bisa dianggap remeh.

Pihak kepolisian kini berada dalam sorotan, dengan masyarakat menuntut keadilan bagi Rizkil dan reformasi dalam institusi penegak hukum. Akankah kasus ini menjadi momentum untuk perubahan, atau justru hanya akan menjadi salah satu dari sekian banyak kasus yang hilang begitu saja?

Baca juga: Bejat! Oknum Guru Ngaji di Cirebon Setubuhi ABG 13 Tahun di Hotel Diringkus Polisi, Berawal dari Curhat Masalah Keluarga

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150