Opini

Ada Apa dengan Jutaan Remaja Indonesia yang Didiagnosis Kena Gangguan Jiwa?

Nisrina Salsabila 16 Desember 2022 | 21:40:13

zonamahasiswa.id - Baru-baru ini, survei mengatakan jutaan remaja di Indonesia didiagnosis mengalami gangguan jiwa selama 12 bulan terakhir. Ironisnya, gangguan jiwa tersebut justru menyasar para remaja yang masih berusia 10.17 tahun.

Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (INAMHS) yang bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Rupanya, penelitian itu uga menemukan sebanyak 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Sungguh miris negeri ini dengan para penerus bangsanya harus dihadapkan dengan gangguan jiwa di umur yang masih belia. Padahal, seharusnya mereka bisa menikmati hidup selayaknya anak seumurannya. Lantas, apa yang mempengaruhi adanya gangguan jiwa tersebut?

Baca Juga: Dear Pengguna Medsos, Cianjur Masih Butuh Bantuan Meski Berhembus Isu Sempat Ditolak

Gangguan Jiwa Pada Remaja

Masalah kesehatan mental itu sebenarnya telah ditemukan tim peneliti saat melakukan pengumpulan data sepanjang 2021 lalu. Sebanyak 5.664 remaja Indonesia melakukan wawancara tentang gangguan kesehatan jiwa.

Entah apa yang terjadi pada mereka sehinngga banyak mengalami gangguan kecemasan. Bukan hanya itu, ternyata gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, dan PTSD pun ditemukan di remaja Indonesia.

Mirisnya mereka tak mencoba mencari bantuan tenaga profesional. Padahal pemerintah telah meningkatkan akses ke berbagai fasilitas kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan mental.

Data menunjukkan hanya 2,6 persen remaja yang menghubungi tenaga profesional untuk membantunya keluar dari zona hitam. Dari sedikitnya presentase tersebut, masih banyak remaja yang sepertinya tak mempercayai atau bahkan tidak membutuhkan bantuan profesional.

Lantas apa yang melatarbelakanginya? Salah satu alasan yang memungkinkan adalah kepercayaan atau pengetahuan tentang kesehatan mental dalam masyarakat Indonesia masih rendah.

Banyak dari mereka yang masih menyepelekan gangguan mental yang berujung kematian. Mereka yang memilih jalan seperti itu kemungkinan juga atas dasar tak memiliki uang jika melakukan pemeriksaan pada tenaga profesional.

Seperti yang dialami kebanyakan orang saat ini, para orangtua cenderung menganggap sepele gangguan mental tersebut. Mereka percaya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, penyakit mental itu akan sembuh dengan sendirinya?

Tentang ini, tergantung kepecayaan masing-masing ingin meresponnya seperti apa. Namun, bagi mereka yang memiliki gangguan mental sekiranya harus dibawa ke tenaga profesional untuk mempercepat proses penyembuhan.

Bisa jadi gangguan tersebut datang dari orang terdekat seperti keluarga. Sebab banyak saat ini kasus-kasus kekerasan maupun pelecehan yang akhirnya membuat remaja semakin trauma.

Kebanyakan dari mereka yang menjadi korban hanya berdiam diri sembari menunggu nasib baik datang kepada mereka. Berharap orang lain mengulurkan tangan melaporkan kejadian tersebut.

Dampaknya psikologis mereka akan terguncang. Bahkan trauma yang dirasakan mungkin bisa muncul sepanjang hidupnya. Bukan hanya itu saja, mungkin banyak faktor lain yang melatarbelakanginya.

Dengan berbagai alasan yang membuat mereka enggan pergi ke tenaga profesional menjadikan para remaja mendiagnosis diri sendiri akan gangguan mental yang dialami. Pada data riset pencarian Google mengungkap kata kunci Anxiety paling banyak dicari di Indonesia selama tahun 2022.

Inilah yang membuktikan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia lebih mempercayai dengan hasil diagnosis diri sendiri berdasarkan sekilas informasi dari Google. Pertanyaan yang kian terngiang saat ini, sebenarnya apa sih yang membuat mereka enggan mencari bantuan profesional dan mengapa harus mendiagnosis diri sendiri? Bagaimana menurut Sobat Zona?

Ada Apa dengan Jutaan Remaja Indonesia yang Didiagnosis Kena Gangguan Jiwa?

Itulah ulasan mengenai kabar jutaan remaja di Indonesia yang didiagnosis terkena gangguan kesehatan jiwa hingga faktor apa yang melatarbelakangi kasus tersebut.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca Juga: Pemuda Indonesia Jadi Pengabdi Psikopat yang Gemar Siksa Bayi Monyet

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150