Zona Mahasiswa - Diketahui bahwa pemuda tersebut masih berstatus sebagai siswa SMA. Bukannya mengakui kesalahannya karena tidak mematuhi peraturan lalu lintas, pemuda tersebut malah bersikap tengil. Dia mengklaim sebagai anak dari seorang ajudan pejabat atau aspri. Ia bahkan menawarkan untuk memberikan nomor telepon aspri tersebut kepada polisi yang memberhentikannya sebagai bentuk peringatan agar selamat berkendara.
Di video yang diunggah oleh akun Hilmyalx tersebut terlihat pemuda itu sedang menelepon seseorang yang diduga anggota kepolisian, dengan menyebutnya 'aspri'," tulis akun tersebut. Diketahui bahwa pemuda tersebut masih berstatus sebagai siswa SMA.
Polisi bernama Hilmy menegaskan kembali pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda itu. "Ngomong apa tadi? Kamu tanya apa? Tanya Ambon Pati? Kenapa orang tua kamu polisi? Jika orang tua kamu sampai mencari nama saya, saya yang akan menghubungi dan kasih bukti," katanya.
Sayangnya, usai menjual nama yang disebut sebagai “aspri” tadi, bocah ini dibiarkan melenggang pergi dengan motor tanpa pelat nomor, tanpa STNK, tanpa spion, dan kebut-kebutan.
Di akhir unggahan, juga ditampilkan pesan dari akun Instagram @_pulangpetang_ yang mengklaim bernama Radhin Al Maghribi dan mengidentifikasi dirinya sebagai sosok bocah tengil dalam video tersebut. "Ini IG saya pak, sekalian tag," tulisnya.
Respons Netizen dan Masyarakat
Komentar-komentar netizen beragam, mulai dari menuntut agar bocah tersebut diberi hukuman yang pantas hingga meminta orang tua bocah tersebut untuk lebih ketat dalam mendidik anaknya. Banyak juga yang mengecam penggunaan nama Aspri sebagai "tameng" untuk lolos dari jeratan hukum.
Ada juga yang merasa bahwa kejadian ini mencerminkan masalah yang lebih besar, yaitu penyalahgunaan kekuasaan dan pengaruh oleh sebagian orang. Netizen merasa miris melihat bagaimana seorang remaja bisa merasa seolah kebal hukum hanya karena membawa nama orang penting.
Fenomena Jual Nama Orang Berpengaruh
Fenomena "jual nama" orang berpengaruh sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Dalam banyak kasus, ada orang-orang yang menggunakan nama pejabat, orang terkenal, atau asisten pribadinya untuk mendapatkan perlakuan istimewa atau bahkan menghindari hukuman. Dalam kasus bocah tengil ini, ia mencoba menggunakan cara tersebut.
Hal ini memperlihatkan betapa buruknya dampak dari mentalitas kebal hukum yang mungkin tertanam sejak kecil di benak sebagian orang. Ada anggapan bahwa selama kita "mengenal" orang berpengaruh, kita bisa lolos dari tanggung jawab atas kesalahan yang kita perbuat. Padahal, prinsip ini jelas bertentangan dengan nilai keadilan dan kesetaraan di mata hukum.
Tindakan bocah ini juga menggambarkan bahwa masih ada generasi muda yang tumbuh dengan pemahaman yang salah tentang hukum dan keadilan. Di mana seharusnya, hukum berlaku bagi semua orang tanpa pandang bulu, baik itu pejabat, orang biasa, maupun anak dari kalangan berpengaruh.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Dari kejadian ini, ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil, terutama untuk kita sebagai generasi muda yang akan terus berhadapan dengan dunia nyata yang penuh aturan dan norma.
- Hukum Berlaku untuk Semua Orang
Salah satu hal paling mendasar yang harus kita pahami adalah bahwa hukum berlaku sama untuk semua orang, tanpa kecuali. Baik kita kenal orang penting atau tidak, aturan harus tetap dipatuhi. Jika melanggar, sudah sepatutnya kita siap menerima konsekuensinya.
- Kesadaran Akan Tanggung Jawab di Jalan Raya
Jalan raya adalah ruang publik yang harus digunakan dengan penuh tanggung jawab. Kebut-kebutan di jalan bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga nyawa orang lain. Anak muda, terutama mereka yang baru mendapatkan SIM, harus paham betul bahwa mengendarai kendaraan bermotor itu bukan main-main.
- Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Dini
Kasus bocah tengil ini juga menjadi pengingat betapa pentingnya pendidikan karakter, terutama di rumah. Orang tua memiliki peran besar dalam membentuk sikap dan perilaku anak-anaknya. Jika anak tumbuh dengan pemahaman bahwa mereka bisa lolos dari aturan hanya karena "koneksi", maka mereka tidak akan pernah belajar tentang pentingnya tanggung jawab dan disiplin.
- Penggunaan Sosial Media sebagai Alat Kontrol Sosial
Video viral ini juga menunjukkan bahwa media sosial kini berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang kuat. Kejadian yang terekam dan diunggah oleh masyarakat bisa langsung menarik perhatian banyak orang dan menjadi pembelajaran bersama. Namun, penting juga untuk menggunakan media sosial dengan bijak dan tidak berlebihan dalam memberikan reaksi yang bersifat negatif.
Viral! Bocah Tengil Kebut-kebutan di Jalan Jual Nama Aspri saat Diberhentikan Polisi
Kasus bocah tengil yang kebut-kebutan di jalan dan mencatut nama Aspri saat ditindak polisi bukan hanya sekadar insiden viral, tapi juga refleksi dari masalah yang lebih dalam terkait sikap tanggung jawab, penghargaan terhadap hukum, dan penyalahgunaan pengaruh. Tindakan bocah tersebut menjadi cerminan buruknya pemahaman sebagian generasi muda tentang arti tanggung jawab dan aturan yang berlaku di masyarakat.
Sebagai anak muda, penting bagi kita untuk memahami bahwa hukum tidak bisa diakali hanya karena mengenal orang penting. Di atas segalanya, keselamatan di jalan adalah prioritas utama yang harus dijaga oleh semua orang. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih disiplin, bertanggung jawab, dan menghargai hukum yang ada.
Baca juga: Viral! Santri Ketahuan Merokok Disiram Air Cabe, Terduga Pelaku Sudah Ditangkap
Komentar
0