Opini

Tidak Peduli Mahal atau Murah, Selama Masih Membayar UKT, Mahasiswa Tetap Jadi Beban Keluarga. Benarkah Demikian?

Zahrah Thaybah M 23 Februari 2021 | 19:58:58

zonamahasiswa.id – UKT selalu menjadi perdebatan alot di kampus manapun, tak heran jika  mahasiswa melakukan aksi demo demi mendapatkan keringanan. Bahkan, ketika masa-masa pembayaran UKT, kita seolah-olah menjadi beban keluarga.

Rasa-rasanya jika mendekati akhir semester ingin berdoa agar bisa menjadi pserta uang kaget yang mendapat segepok uang. Selain itu, juga agar tidak hanyabisa mengeluhkan biaya UKT yang cukup tidak masuk akal ini.

Baca Juga: Robohnya Nilai Moral Kampus adalah Sinyal Kegagalan Pendidikan Indonesia, Benarkah Demikian?

Biaya Kuliah Semakin Mahal

Ilustrasi biaya kuliah (Foto: pexels)

Menurut Mimin, sebenarnya biaya kuliah alias UKT mahal dan tidaknya itu relatif. Banyak faktor yang bisa membuat UKT jadi mahal. Misalnya, jika Sobat Zona berkuliah di perguruan tinggi favorit, perguruan tinggi swasta, atau jurusan-jurusan yang passing gradenya tinggi.

Ada golongan mahasiswa yang bersikeras ingin ada penurunan UKT, eh tapi nggak sadar kalau mereka bagian dari fakultas Teknik, MIPA, Ilmu Administrasi, Ekonomi dan Bisnis, dan Hukum. Di mana semua fakultas tersebut memang sangat top dan bergengsi.

Namun, sudah ada kebijakan dari kampus untuk memberikan keringanan UKT sesuai dengan kemampuan finansial orang tua. Selain itu juga, sudah ada program bidikmisi, KIP Kuliah, beasiswa dan lain sebagainya yang membantu meringankan biaya kuliah.

Back to topic, kalau berdasarkan observasi ala-ala Mimin ini, biaya kuliah memang semakin mahal. Eits, tapi nggak hanya biaya kuliah sih, melainkan biaya pendidikan. Ya jelaslah mahal, kan untuk menjadi pintar serta membanggakan bangsa dan negara itu butuh modal bro. Segala hal di dunia ini nggak ada yang gratis.

Lalu, mahalnya biaya kuliah juga sebanding dengan cetakan mahasiswanya nanti, alias membentuk insan yang mampu mengahdapi tantangan dunia yang semakin hari semakin berat saja. Sudah jadi beban keluarga, eh ini malah ketambahan jadi beban negara. Alamak, rasanya ingin tenggelam di rawa-rawa sajalah.

Pandemi dan Keringanan UKT

Gambar mahasiswa demo UKT (Foto: Tribunnews)

Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, berdampak hebat bagi roda perputaran ekonomi, termasuk Indonesia. Banyak sektor industri yang terpaksa gulung tikar untuk mengatasi permasalahan tesebut. Masyarakat harus kehilangan pekerjaan akibat PHK, pembatasan kegiatan di luar rumah, dan masih banyak hal lain yang mendasari turunnya perekonomian.

Hal ini menyebabkan kita sebagai mahasiswa turut terkena imbasnya. Alhasil, perkuliahan dilakukan secara daring hingga waktu yang ditentukan. Kemudian, para beban keluarga ini melakukan banyak cara agar pihak perguruan tinggi memiliki belas kasih untuk menurunkan UKT, sebab melihat dari kondisi perekonomian orang tua. Tentu saja, Mimin sangat mendukung gerakan penurunan UKT.

Hm, tapi nyatanya masih banyak kampus yang tidak memberikan potongan UKT ke mahasiswanya. Justru, kami sebagai mahasiswa yang sama sekali tidak menikmati dan menggunakan fasilitas kampus selama kuliah daring harus tetap membayar penuh.

Beberapa teman Mimin dari berbagai macam kampus, juga bercerita kalau yang mendapatkan potongan UKT adalah golongan mahasiswa pejuang skripsi alias mahasiswa yang sedang berada di ujung tanduk. Sehingga, mahasiswa mau tidak mau melakukan aksi demo di depan Rektorat kampusnya dan meminta keadilan pada petinggi kampus.

Baca Juga: Adakah Hubungan antara Besar Kecilnya IPK dengan Kejombloan Mahasiswa?

Nasib Beban Keluarga yang Berjuang Demi Masa Depan

Ilustrasi mahasiswa (Foto: pexels)

Ujung-ujungnya semua kembali kepada kita. Mau UKT mahal atau murah sekalipun, kalau tidak ada niat yang serius untuk kuliah juga percuma. Walaupun sistem perkuliahan sementara ini masih daring, ada baiknya kita juga membantu orang tua dengan bekerja sampingan atau membuka usaha.

Agar setidaknya calon-calon beban negara ini nantinya juga betul-betul tidak menjadi beban. Kita juga bisa menjadi generasi penerus bangsa yang layak untuk diapresiasi.

Kalau dipikir-pikir, kita bisa lepas dari gelar beban keluarga ketika sudah mampu menghasilkan uang sendiri dan memiliki pekerjaan yang layak dan mapan. “Kira-kira kapan ya? “ Wah, ya jangan tanya Mimin, tanya dengan dirimu sendiri. Kapan siap untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi semua orang. Lagipula, Mimin bukan Mama Laurens yang bisa meramal hidup Sobat Zona.

Tidak Peduli Mahal atau Murah, Selama Masih Membayar UKT, Mahasiswa Tetap Jadi Beban Keluarga. Benarkah Demikian?

Itulah ulasan tentang UKT yang menjadi ‘momok’ bagi para mahasiswa yang menyandang gelar beban keluarga. Semoga pandemi segera berakhir dan kita menjadi calon orang-orang sukses dan membanggakan seluruh pihak. Tetap semangat dan selamat berjuang. Salam mahasiswa!

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti update informasi seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan dengan mengaktifkan notifikasi website zonamahasiswa.id. Sampai jumpa!

Baca Juga: Apa Benar Semakin Tinggi Semester, Semakin Sadar Bahwa Kita Salah Jurusan?

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150