
Zona Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang (UNNES) kembali menjadi sorotan publik setelah seorang dosennya terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah mahasiswi.
Kasus ini menambah daftar panjang insiden serupa di lingkungan akademik Indonesia, menekankan urgensi penanganan dan pencegahan kekerasan seksual di kampus.
Kronologi Kejadian
Kasus ini mencuat pada November 2024 ketika empat mahasiswi dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) melaporkan tindakan tidak senonoh yang dilakukan oleh seorang dosen. Menurut laporan, dosen tersebut melakukan tindakan seperti mengelus leher, mencubit pinggang, serta mengelus punggung dan tangan mahasiswi tanpa persetujuan. Tindakan ini dilakukan dengan dalih sebagai bentuk dukungan atau terapi, namun jelas melanggar batasan profesional antara dosen dan mahasiswa.
Langkah Awal Penanganan
Setelah menerima laporan pada 13 Desember 2024, Tim Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (PPK) UNNES segera melakukan pemeriksaan terhadap para korban. Proses ini dilanjutkan dengan pemanggilan saksi-saksi dan terduga pelaku untuk mengumpulkan bukti dan keterangan yang diperlukan. Meskipun proses ini memakan waktu hingga 17 hari, hal ini menunjukkan komitmen universitas dalam menangani kasus tersebut dengan cermat dan adil.
Sanksi terhadap Pelaku
Berdasarkan rekomendasi dari Tim Satgas PPK, pihak universitas memutuskan untuk mencopot dosen tersebut dari jabatannya dan melarangnya menjabat selama dua tahun. Keputusan ini diambil sebagai bentuk sanksi atas pelanggaran yang dilakukan dan sebagai upaya untuk memberikan rasa aman bagi seluruh civitas akademika. Kepala Humas UNNES, Rahmat Petuguran, menyatakan bahwa universitas berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kampus yang bebas dari kekerasan dan pelecehan seksual.
Reaksi Publik dan Media Sosial
Kasus ini mendapatkan perhatian luas setelah viral di media sosial, khususnya di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter). Akun @hannibananna menjadi salah satu yang pertama mengangkat kasus ini ke publik, mengkritik lambatnya penanganan oleh pihak universitas. Unggahan tersebut memicu diskusi dan desakan dari netizen agar universitas mengambil tindakan tegas terhadap pelaku.
Pentingnya Pencegahan dan Edukasi
Kasus ini menyoroti pentingnya pencegahan dan edukasi terkait kekerasan seksual di lingkungan kampus. Universitas sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk memastikan lingkungan yang aman bagi seluruh mahasiswa dan staf. Implementasi kebijakan yang jelas, pelatihan bagi dosen dan mahasiswa, serta mekanisme pelaporan yang efektif menjadi kunci dalam mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang.
Terbukti Lakukan Pelecehan Seksual ke Sejumlah Mahasiswi, Dosen UNNES Dicopot dari Jabatannya
Pencopotan dosen UNNES yang terbukti melakukan pelecehan seksual merupakan langkah positif dalam upaya menciptakan lingkungan akademik yang aman dan bebas dari kekerasan. Namun, kasus ini juga menjadi pengingat bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam hal pencegahan, edukasi, dan penanganan kekerasan seksual di kampus. Semoga kejadian ini menjadi momentum bagi institusi pendidikan lainnya untuk lebih proaktif dalam melindungi hak dan martabat setiap individu di lingkungan akademik.
Komentar
0